6. Dare

7K 844 195
                                    

HALOOO
Siapa yang masih bangun?

Ini double up aku persembahkan untuk kalian semua yang udah komen heboh sampe bikin aku semangat buat ngetik lagi hehe 😁😁

POKOKNYA MAKASIIII MUAHH😚😚

***

"Tembak Acha!"

Rian menelan ludahnya pahit-pahit. Ini lebih parah dari dare sebelumnya. Apalagi mengingat chat terakhirnya yang minta Acha untuk berhenti ngechat dia lagi. Mau ditaro dimana muka Rian kalau tiba-tiba nembak.

Udah pasti Acha gak mau.

Rian mengacak rambutnya frustasi. Dia harus apa?

"Parah! Mati adek gua ntar Vin kalo ditembak dia!" seru Fajar ditengah keheningan mereka.

Rian dengan wajah frustasinya itu, menatap Fajar dengan alis berkerut, "Adek?"

Mendengar itu, Kevin menepuk jidatnya seraya mengumpat kebodohan Fajar yang bisa-bisanya keceplosan begitu.

"Em..." Fajar menggaruk tengkuknya, "Hehe."

Fajar hanya cengar-cengir meratapi kecerobohannya, sementara Kevin memandang Fajar dengan iba. Bagaimanapun juga kesalahan yang sudah dilakukan Fajar ini sudah fatal. Mau gak mau ya harus ngaku.

"Acha itu sebenernya adek gua, Jom," kata Fajar sambil nyengir pepsodent.

Rian terkejut bukan main, "Adek?!"

"Hehe," jawab Fajar terkekeh, "Jangan kaget gitu mukanya! Gua tau lo seneng!"

Ihsan dan Ginting cuma nyimak aja daritadi. Mereka bingung harus ngomong apa. Karena mereka sama sekali tidak mengerti inti dari permasalahan yang dibicarakan saat ini. Siapa Acha? Apa hubungannya sama Rian? Emangnya kenapa kalau Acha adeknya Fajar?

"Kenapa lo bilang cewek lo?" tanya Rian dengan wajah setengah kesal setengah senang.

"Iseng aja, abisnya waktu itu lo bilang suara dia lembut bener, ya udah gua isengin," kata Fajar panjang lebar, "Eh, tapi gua dari awal gak tau ya kalo ternyata lo udah naksir adek gua dari sebelum kejadian telpon itu."

Rian membuang wajahnya, "Siapa yang naksir, gua biasa aja kok."

"Oh biasa aja? Ya udah gua cariin calon yang lain buat adek gua. Buat dia mah yang pasti-pasti aja. Jangan yang malu-malu meong dan gak berani gerak duluan kayak lo!" kata Fajar dengan sengaja untuk menyulut agar Rian cepat-cepat tancap gas.

"Gua daftar dong, Jar!" Ihsan mengangkat tangannya.

Mendengar itu, Rian langsung melotot. Seakan posisinya sedang terancam saat ini. Lagipula, kan dia yang kenal Acha duluan! Siapa cepat dia dapat dong!

"Boleh, San. Nanti gua kenalin. Atau mau nomornya sekarang? Nih nih gua kasih," kata Fajar sambil mengeluarkan ponselnya.

Sebenarnya Fajar daritadi cuma iseng buat bikin Rian panas aja. Sekalian ngukur, berapa persen rasa suka Rian saat ini.

Belum sempat Fajar menyebutkan nomornya, Rian dengan cepat merampas ponsel itu.

"Gua lempar ini hp, Jar!"

"Wah wah wah! Santai bro santai! Istighfar!" Fajar panik sendiri, melihat Rian yang seperti sudah siap melempar ponselnya. "Ampun Jom ampun!"

Wajar saja, Rian mungkin sudah diambang batasnya hari ini. Dia dikerjain abis-abisan tadi, dan sekarang dipancing-pancing emosinya sama Fajar.

Taaruf | Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang