32. Obrolan Fajar dan Rian

3K 386 98
                                    

Rian benar-benar melaksanakan apa yang ia katakan. Cowok itu kembali ke rumah sakit, menjemput bunda dan Fajar, kemudian kembali ke rumah dimana Acha tinggal.

Mereka sampai di rumah kecil itu tepat pukul 8 malam. Sampai disana, Acha sedang tertidur. Kata Salsa, cewek itu tertidur setelah meminum obat. Mungkin karena ada efek mengantuknya.

Bunda langsung memeluk Acha dengan harunya begitu melihat cewek itu terbaring di kasur. Pancaran lega terpancar di mata bunda ketika melihat kondisi anaknya baik-baik saja. Tetapi semua itu tidak membuat Acha terbangun, mungkin saking lelahnya ia sampai bisa tidur sepulas itu.

"Lo yakin mau bawa dia ke Jakarta?"

Rian mengangguk mantap, sambil menunggu Fajar menyiapkan mobil ia berdiri di ambang pintu bersama dengan Salsa di sebelahnya. Salsa menghela napasnya. Sebenarnya ia cukup kaget dan khawatir dengan keputusan mendadak ini. Namun melihat Rian yang seyakin itu, ia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Pesan gue buat lo," kata Salsa mengalihkan perhatian Rian, "Kalo bisa jangan ada yang tau dimana Acha dirawat. Sembunyiin dia sampe dia bener-bener pulih."

"Iya ngerti,"

Salsa manggut-manggut. Setelah itu tidak ada perbincangan apa-apa lagi. Sampai akhirnya Fajar datang dan memecah keheningan diantara mereka.

"Ini gue yang gendong Acha nih?" tanya Fajar namun dengan senyuman jail di wajahnya.

Rian mendengus, "Lo mau nyuruh gua gelindingin Acha lagi?"

Mendengar itu Fajar seketika terbahak, "Hahaha! Enggak lah. Adikku tersayang itu."

Cowok itu kemudian berjalan masuk. Acha masih tertidur, jadi satu-satunya jalan adalah dengan Fajar menggendongnya masuk ke mobil.

Dengan sekali hentakan, Acha sudah berada di gendongannya. Fajar kemudian memutar tubuhnya, namun seseorang yang tiba-tiba berdiri di belakangnya membuat ia tersentak.

"Astaghfirullah!"

Rian berdiri disana. Tersenyum kemudian nyengir lebar begitu melihat Fajar yang terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba. Fajar mendelik, "Untung Acha gak jatoh gara-gara gua kaget! Lagian lo ngapain disitu? Ngikutin gua?"

"Mau liat aja,"

"Gak usah posesif kale! Ini abangnya yang gendong, gak mungkin gua tikung juga astaga."

Fajar mulai berjalan, diikuti dengan Rian dibelakangnya yang mendumel pelan, "Siapa yang posesif. Orang mau liat doang emang salah?"

Setelah Acha dimasukkan ke mobil, Bunda ikut masuk dan duduk disebelahnya. Sedangkan Fajar duduk di jok kemudi, bersama dengan Rian yang ikut di sebelahnya.

Rian menurunkan kaca, memberikan salam terakhir pada Salsa sebelum pergi, "Sal, makasih banyak ya. Gua gak tau bakalan gimana jadinya kalo lo gak berubah jadi baik," cowok itu kemudian terkekeh dengan ucapannya sendiri.

"Yaa, pokoknya makasih banyak ya. Udah ngerawat Acha juga selama disini. Berkat lo pokoknya, makasih ya," lanjut Rian lagi.

Salsa mengangguk kemudian tersenyum, "Jaga Acha baik-baik ya disana. Dia udah kayak sahabat buat gue."

"Pasti,"

"Oh iya," Salsa menghentikan sebelum Rian menaikkan lagi kacanya, "Kalo nikah ntar undang-undang lah ya. Awas lo gak ngundang gue!"

Rian terkekeh, "Iyaaa, tenang aja. Lo mau undangan berapa biji?"

"Ya ngapain undangan kertas doang banyak-banyak bahlul! Kalo besek iya juga!" Kali ini Fajar yang bersuara. Lalu kemudian Rian tertawa dengan khas tawa garingnya.

Taaruf | Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang