Pukul delapan pagi, Acha sudah siap dengan gamis coklatnya. Pagi ini ia akan menghadiri akad dan resepsi pernikahan sepupu Rian. Semalam, Rian bilang akan menjemput Acha sehingga mereka dapat berangkat bersama. Namun ternyata ada sesuatu yang mendadak harus ia lakukan, sehingga tugas jemput-menjemput ia alihkan kepada rekannya, Fajar.
"Maaf ya, aku gak bisa jemput."
Acha tersenyum, "Gak apa-apa, Mas. Aku ngerti."
Kemudian cewek itu menunduk, berusaha mengaitkan tali high heels seraya mengapit ponselnya diantara bahu dan telinga.
Setelah dirasa tali high heelsnya telah terpasang dengan baik, Acha kembali berdiri tegap.
"Fajarnya udah dateng?"
"Heem, udah," Acha meraih tas jinjingnya yang ia letakkan di atas meja rias, "Aku berangkat dulu ya?"
"Hati-hati di jalan ya."
Rian kemudian mematikan ponselnya sedetik setelah mengucap salam. Bahkan cowok itu tidak menunggu Acha menjawab salamnya. Sepertinya ia sedang terburu-buru.
TIN TIN TIIIN!!!
Bunyi klakson mobil dari luar membuat Acha menoleh ke jendela. Mobil Fajar sudah terpakir di halaman sejak setengah jam yang lalu. Cowok itu pasti sudah jengah menunggu Acha yang dari tadi belum keluar juga.
"CHA AYOOO! NANTI MACET!!!"
Acha buru-buru melangkahkan kakinya keluar rumah. Dilihatnya kepala Fajar menyembul dari jendela mobil. Wajah cowok itu sudah benar-benar kusut sekarang. Abangnya ini memang tidak pernah suka menunggu.
"Ya Allah cantiknya hasil make up 10 jam," sindir Fajar sambil terkekeh pelan.
Walaupun wajah Fajar sudah kusut karena kelamaan menunggu, namun cowok itu bisa dengan cepat berganti suasana hati. Raut wajahnya sudah kembali cerah sekarang. Kembali menjadi Fajar yang jenaka.
"Suudzon banget 10 jam."
"Iya, buktinya abang nunggu disini dari 10 jam yang lalu, dan kamu baru keluar."
"Lebay! Nanti ilang loh gantengnya kalo lebay-lebay...."
"Abang mah mau gimana aja pasti ganteng," jawabnya seraya masuk kembali ke dalam mobil. "Udah siap?"
Acha mengangguk. Cewek itu kemudian mengenakan seatbeltnya dan duduk manis di sebelah Fajar, "Yuk meluncur!"
***
"Bang, udah rame...."
"Tuh kan. Kamu sih kelamaan dandannya! Udah mulai tuh akadnya."
Acha hanya nyengir kuda mendengar omelan Fajar. Cewek itu lalu melangkahkan kakinya lebar-lebar begitu melihat Fajar sudah berada jauh di depannya.
"Ayo Cha cepet jalannya!"
"Bagaimana saksi, sah?"
"Sah."
"Alhamdulillah...."
Fajar melongo begitu melihat ijab kabul telah selesai tepat ketika ia menginjakkan kakinya di pintu masuk. Cowok itu kemudian menoleh ke belakang dan mendapati Acha sedang tergopoh-gopoh mengejarnya.
Dalam hati ia terkekeh. Adiknya itu kan mengenakan high heels. Sudah pasti jalan saja susah. Dan ia malah meninggalkan Acha. Membuat adiknya itu terpaksa berlari dengan susah payah mengejarnya.
Kalau Jombang tau, bisa dibotakkin gue.
"Aduh adikku, jangan lari-lari nanti jatoh, sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Taaruf | Rian Ardianto
FanfictionRian dan Acha, seorang atlet dan seorang mahasiswi kedokteran yang tidak sengaja dipertemukan dalam sebuah kejadian. Pertemuan yang benar-benar menjadi memori itu, menyatukan hati mereka tanpa pernyataan dan campur tangan siapapun. Tetapi tidak ada...