9. Another Heart Break

7.6K 766 170
                                    

"Jom!"

Panggilan itu membuat Rian menghentikan aktivitasnya. Ditengoknya Fajar yang berdiri di ambang pintu sambil berkacak pinggang. Cowok itu menyeringai jail, membuat Rian mendengus kemudian melanjutkan kegiatannya.

"Banyak banget yang diguntingin," kata Fajar seraya melangkah masuk dan duduk di samping Rian.

Rian menggunting senar raket ketiganya dengan galak, membuat Fajar terkejut sekaligus terkekeh kecil.

"Santai santai..."

"Mau apa?" tanya Rian langsung to the point.

"Lo masih marah apa sama yang kemaren? Kayak cewek perawan ah lo!"

Yang ditanya tidak menjawab apa-apa. Ia melanjutkan mengguntingi senar raketnya dengan wajah datar tak berekspresi. Sangat terlihat moodnya sedang tidak bagus untuk meladeni Fajar saat ini.

"Kenapa sih? Chat lo gak dibales Acha?"

Rian langsung menoleh, "Enak aja! Dibales lah!"

"Ciyeeee jadi kalian chat-an nihh?"

Rian berdecak. Merutuki dirinya sendiri yang mudah terpancing Fajar dan memberikan apa yang Fajar mau tahu secara tidak langsung.

"Jadi gimana? Mau serius sama adek gue?" Fajar menoel-noel tangan Rian yang masih sibuk menggunting senar raket. Tetapi yang ditoel tidak menggubris sama sekali. Cowok itu menyibukkan diri dengan kegiatannya walaupun ada Fajar yang berusaha mengajaknya ngobrol sedari tadi.

Hati-hati, Fajar itu suka mancing-mancing.

"Kalau emang mau serius mah langsung ambil langkah dong! Diduluin orang baru nangis lo ntar!"

Ucapan itu berhasil menarik perhatian Rian, walau sedikit.

"Hehe," Fajar nyengir sambil narik turunin alisnya.

"Diem ah!"

Setelah mengatakan itu, Rian kembali fokus dengan raket dan gunting di tangannya. Membuat Fajar langsung melengos dan menoyor Rian.

"Heh! Gua ngajak ngomong serius malah diginiin!"

Fajar mencondongkan tubuhnya untuk berbisik, "Bundanya Acha udah punya calon buat Acha loh."

Ucapan itu berhasil menarik perhatian Rian sepenuhnya. Membuat cowok itu langsung menoleh dengan cepat.

"Serius?"

Ditanya begitu, Fajar langsung sok tidak peduli dan membuang wajahnya.

"Jar!"

Fajar menoleh, dengan senyum lebarnya cowok itu berkata, "Tadi disuruh diem kan gue?"

"Ck!" Rian memutar tubuhnya menghadap Fajar, "Beneran Acha udah ada calon?"

Fajar mengangguk dengan cepat dan mantap, cengiran di wajah cowok itu belum sirna.

"Kok muka lo seneng gitu sih! Tega lo seneng diatas penderitaan temen sendiri!"

"Gue seneng lah adek gue dah ada calon," kata Fajar dengan entengnya.

Perubahan raut wajah Rian begitu jelas saat ini. Moodnya yang sebelumnya memang sudah buruk, bertambah buruk lagi. Rian melempar gunting dan raketnya ke lantai. Membuat Fajar yang lagi senyum-senyum jadi kaget setengah mati.

"Astaghfirullah! Woy gak usah banting-banting! Ini jantung gue lebih mahal dari raket lo!" Fajar mengelus dadanya. Tetapi yang dimarahi tidak peduli sama sekali.

Rian bangkit, berniat meninggalkan Fajar.

"Eitt! Kan gue belum selesai ngomong," Fajar menyenderkan punggungnya ke dinding dengan rileks, "Sini lo!"

Taaruf | Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang