31. I'll Take Care Of You

3.1K 368 122
                                    

Besoknya Rian sudah siap untuk menjemput Acha. Cowok itu mengenakan celana hitam panjang dengan hoodie putih santainya. Ia menatap Fajar, lalu kemudian memakai tas selempangnya, "Lo yakin gak mau ikut?"

Fajar mengangguk, "Lo aja, gua harus jaga bundanya Acha disini."

"Bener?"

"Iya elah," Fajar duduk di sofa dengan santai, "Udah jadi tugas lo kan? Hehe, walaupun sebenernya belum sih, tapi gua udah melimpahkan tugasnya ke lo sekarang. Lo harus jaga Acha bener-bener, gak boleh sampe lecet."

Rian terkekeh, "Apaan si, iyalah tanpa lo bilang juga gue tau tugas gue apa."

Cowok berponi pirang itu kemudian manggut-manggut, "Lo dijemput jam berapa?" tanyanya.

Rian melihat jam tangannya, kemudian berpikir sebentar, "Iya juga, gue lupa kemaren gak ada janjian dijemput jam berapa."

"Haha, dodol, ya udah telpon lah!"

Baru Rian mengeluarkan ponselnya, pesan masuk langsung muncul di layar. Dari Salsa. Rian terkekeh, baru juga diomongin. Kayaknya cewek itu panjang umur.

'Gue jemput lo jam 2. Inget, lo jalan kaki yang jauuuuhhh dulu dari rumah sakit. Kalo bisa 10km dari rs!'

Rian berdecak, "Jam 2. Hft setengah jam lagi, lama banget."

"Mau kemana mas?"

Suara cewek tiba-tiba menyentak mereka. Fajar dan Rian menoleh bersamaan, lalu mereka sama-sama menggeram ketika mendapati Sisy lah yang lagi-lagi muncul seperti jelangkung, datang tak dijemput pulang tak diantar.

"Setengah jam lagi mau kemana?" Sisy memperjelas pertanyaannya. Cewek itu berjalan mendekat, mengagumi penampilan Rian sebentar kemudian merangkul tangan cowok itu.

"Sy, bisa gak sih kalo dateng gak usah nempel-nempel kayak gini?" Rian menarik tangannya, Cowok itu bergerak mundur memberi jarak yang cukup jauh dari Sisy.

Sisy memutar bola matanya, "Kenapa si? Gue gak gigit kali."

"Bukan muhrim kaleeee," Fajar memutar bola matanya, "Heran."

"Gua risih, apaan si!" Rian menarik tangannya menjauh ketika Sisy mencoba meraihnya lagi. Ia kemudian memandang cewek itu tajam, "Gak usah macem-macem!"

"Ya udah, bilang kamu mau kemana!"

Rian melirik Fajar, menyiratkan pandangan bertanya harus menjawab apa. Kecurigaannya pada Sisy membuatnya tidak mungkin memberi tahu Sisy yang sebenarnya. Ingin rasanya ia menyemprot Sisy sekarang juga, tapi itukan baru kecurigaannya sendiri, belum ada bukti apa-apa.

"Kepo amat sih," Fajar yang akhirnya menjawab, "Jombang mau boker nanti jam 2, kenapa mau ngikut juga?"

"Hah? Kok jam 2? Sotoy lo!"

"Ya emang jadwal bokernya jam 2. Kok lo yang sewot sih."

Jawaban Fajar yang asal bunyi itu membuat Rian merapatkan bibirnya, ia ingin tertawa. Lagipula gimana ceritanya mau buang air besar saja di jadwal harus jam 2?

Sisy mengernyit, "Terus tadi kenapa masjom ngeluh jam 2 lama banget?"

"Ya dia gak sabar udah kangen pengen nongkrong," jawab Fajar asal.

"Ada yang mau ditanya lagi?" kali ini Rian yang bersuara. Seperti tersindir, Sisy menggembungkan pipinya kesal.

"Jutek banget si," Sisy mendekat lagi ingin meraih tangan Rian. 

"Sy!" Rian menjauh lagi.

Fajar terkekeh, "Lo cewek paling barbar yang pernah gua temuin. Pantes Jombang gak pernah betah kalo ada lo."

Taaruf | Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang