HALOOO
jadi, karena hari ini aku ultah, dan karena hari ini FajRi juga menang, jadi sebagai perayaan hari spesial ini aku updateee part 24.Part ini juga mungkin terakhir yaaa sebelum aku mulai hiatus besok.
Bakalan kangen banget si pasti sama komenan kalian, tapi aku harus hiatus 😭😭❤
Selamat membacaaa dan jangan lupa vote commentnyaaa...
***
Sudah terhitung tiga minggu Fajar dan Rian berada di Bandung. Kondisi Acha semakin baik dari hari ke hari. Hanya tinggal pemulihan dan kakinya sudah bisa berjalan lagi. Walaupun dokter masih melarangnya untuk banyak bergerak.
Fajar dan Rian sudah harus kembali ke Cipayung besok. Itu artinya mereka harus meninggalkan Acha, walaupun cewek itu belum sembuh total. Fajar sih gak masalah, karena dia tau Acha itu cewek kuat.
Tapi beda dengan Rian. Cowok itu kepikiran, ia takut Ariq tiba-tiba datang lagi dan melakukan hal yang semakin berbahaya lagi dari kemaren.
"Cha,"
Acha yang sebelumnya sedang fokus bermain hp, menoleh pada Rian yang duduk di kursi samping ranjangnya. Padahal lima belas menit yang lalu, Acha lihat Rian ketiduran di sofa. Sejak kapan cowok ini bangun?
"Besok saya pulang," kata Rian hati-hati.
Acha tersenyum, "Iya, Acha udah tau."
Rian mengalihkan pandangannya. Bukan itu yang ia maksud. Itukan kode, tapi Acha gak peka.
"Kenapa mas?"
Rian menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi, cowok itu menghela napasnya, "Gak papa."
Jawaban Rian membuat Acha mengernyit, cowok itu bilang gak apa-apa, tapi raut wajahnya mengatakan sebaliknya.
"Biasanya nih kalo cewek, kalo dia bilang gak papa artinya ada sesuatu."
Rian menatap Acha tidak terima, "Emang saya cewek?"
"Oh iya, hahaha,"
Acha tertawa, dan Rian tidak bisa mengalihkan pandangannya pada pemandangan indah itu. Namun setelah sadar kalau itu dosa, Rian langsung buru-buru memindahkan pandangannya pada plafon rumah sakit.
Andai udah sah, bisa liatin sepuasnya tanpa takut dosa.
"Bang Fajar dimana deh, mas? Kok kayaknya gak keliatan dari tadi pagi."
"Fajar ada urusan katanya," Rian menegakkan punggungnya, "Aneh deh, Cha. Akhir-akhir ini dia kayak lagi deket sama cewek gitu. Tapi dia gak mau ngaku kalo saya tanya. Jawabnya selalu ada urusan sama temen. Padahal saya yakin nih waktu itu saya denger dia telponan sama cewek."
"Oh ya?" Acha tertawa, "Bagus dong, artinya dia masih laku."
Rian mengangguk setuju, "Biar dia gak jadi nyamuk terus-terusan, haha."
Cklek.
Suara pintu dibuka mengalihkan perhatian mereka. Seorang suster dengan nampan dengan obat-obatan diatasnya masuk setelahnya. Suster itu begitu cantik, rambutnya dicepol ke atas membuat ia tampak begitu rapi.
"Loh, Rian?"
Rian menoleh, "Eh, Salsa?"
Acha mengernyit. Rian dan suster ini terlihat seperti teman lama yang baru dipertemukan setelah bertahun-tahun. Apalagi suster ini cantik, entah kenapa Acha gak suka liatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taaruf | Rian Ardianto
FanfictionRian dan Acha, seorang atlet dan seorang mahasiswi kedokteran yang tidak sengaja dipertemukan dalam sebuah kejadian. Pertemuan yang benar-benar menjadi memori itu, menyatukan hati mereka tanpa pernyataan dan campur tangan siapapun. Tetapi tidak ada...