45. He's Mad

4.5K 356 34
                                    

Haaiii
Sorry bangett telat up yaaa
Aku baru selesai ospek dan masih capek banget hehe

Yukk langsung aajaaa
Happy reading!!!

***

"Halo?"

Suara serak dan berat seorang cowok terdengar dari speaker ponsel. Acha seketika terkekeh, sepertinya Rian baru bangun tidur saat mengangkat telponnya ini. Terbukti dari suara cowok itu yang masih serak seperti kodok.

"Assalamualaikum...."

"Ehem, oh iya waalaikumsalam," jawab Rian seraya berdeham membersihan tenggorokannya yang terasa gatal.

"Mas?"

"Hn? Ada apa, Cha?"

"Belum bangun ya?" Acha terkekeh pelan.

Lama Rian tidak menjawab, yang terdengar hanya suara grasak-grusuk selimut saja. Sepertinya cowok itu masih setengah sadar. Cukup lama, sekitar 5 menit Acha menunggu dalam keheningan. Hingga beberapa detik kemudian suara tersentak tiba-tiba terdengar.

"Astaghfirullah! Kesiangan! Bentar, aku subuh dulu!"

Sedetik kemudian, telpon dimatikan. Acha terkekeh. Memang benar sih, sekarang waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam. Sudah hampir terlambat untuk sholat subuh. Cowok itu sepertinya tidur kemalaman semalam, sehingga hari ini ia bangun terlambat tidak seperti biasanya.

Sambil menunggu, Acha melakukan kegiatan rutinitasnya sehari-hari. Ia membuka-buka bukunya dan mulai belajar. Karena menurutnya, belajar di pagi hari sangatlah bagus. Otaknya masih fresh, dan pelajaran mudah terserap dengan baik.

Drrt drrt

Pukul 6 pas, ponsel yang berada di atas nakas itu berdering. Telpon yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Acha segera meraihnya dan buru-buru mengangkat pada dering ketiga.

"Halo assalamualaikum."

"Waalaikumsalam..."

Kali ini suara Rian sudah tidak serak lagi. Suaranya kembali normal seperti suara yang selalu dirindukan Acha. Cewek itu tersenyum, "Udah sholatnya?"

"Iya, udah."

Acha menghembuskan napas beratnya. Teringat janjinya pada Fajar semalam, cewek itu harus memberi tahu Rian soal pertemuannya dengan Sisy kemarin. Karena benar kata Fajar, Rian berhak tau. Tapi cewek itu bingung harus mulai dari mana.

Mereka kemudian sama-sama terdiam. Tidak ada yang memulai percakapan sama sekali. Hingga akhirnya Rian lah yang membuka suara duluan.

"Kenapa, Cha?"

"Eum... Soal semalem...."

"Oh semalem," Rian berdeham, "Telponan sama siapa semalem? Katanya tidur?"

Pertanyaan to the point Rian membuat Acha menjadi semakin gugup. Nada bicara cowok itu pun sangat datar. Apa ia marah?

"Semalem nelpon bang Fajar."

"Oh Fajar," jawab Rian singkat.

Tidak seperti biasanya, kali ini Rian sangat irit bicara. Sejak tadi yang keluar dari mulutnya hanya sepatah dua patah kata. Dan nada suaranya pun juga begitu datar. Acha jadi semakin yakin. Kayaknya Rian memang beneran marah.

"Kamu marah ya?" tanya Acha hati-hati.

Tidak ada jawaban. Hening. Dan tentu saja membuat Acha semakin uring-uringan dibuatnya.

Taaruf | Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang