28. Hilang

2.7K 364 45
                                    

HAAALOOOOOOWWW

HEHE APA KABAR?MASIH ADA YANG SETIA KAH?

ABSEN DULU COBA MANA YANG MASIH NUNGGU?

HAPPY READING<3

***

Acha menggerakkan tubuhnya yang pegal. Punggungnya terasa begitu panas karena terlalu sering berbaring. Entah apa yang terjadi pada tubuhnya, tapi sendi-sendinya terasa begitu lemas. Acha merasa kondisi tubuhnya semakin memburuk.

Di sebelahnya, Suster Salsa tersenyum seraya menggigit bibirnya ketika menyiapkan suntikan dan beberapa obat-obatan yang harus diminum Acha.

Acha tidak mau suudzon, tapi entah kenapa senyuman itu terlihat berbeda. Antara senyum kasihan dan juga ragu.

Acha mengernyit, "Kenapa sus?"

Suster Salsa menggeleng pelan. Acha sadar, sedari tadi cewek itu selalu menghindari kontak mata dengannya. Bahkan terkesan berusaha membuat dirinya berkomunikasi seminim mungkin dengan Acha.

Suntikan sudah siap, dan Suster Salsa terlihat enggan menghadap ke Acha sepenuhnya. Ketika suntik mulai diarahkan, Suster Salsa menghela napas beratnya.

"Gak, gak bisa," cewek itu meletakkan suntikan kembali ke nampan.

Acha bingung, tapi tubuhnya terlalu lemas untuk banyak bertanya. Cewek itu hanya mengernyit memperhatikan Suster Salsa yang kebingungan sendiri. Lalu ketika ia sudah mantap dengan pilihannya, Salsa menghadap ke Acha lagi.

"Mbak, mbak dalam bahaya. Mbak harus pindah dari rumah sakit ini sekarang juga."

Acha tersentak, tapi raut kebingungan lebih tercetak jelas diwajahnya, "Maksudnya?"

"CCTV kamar ini udah diawasin mbak. Rumah sakit ini milik orang tua Sisy, sahabat saya. Mbak harus pindah."

"Sus, saya gak ngerti-"

"Mbak, saya gak bisa ngejelasin banyak. Mbak harus pergi sekarang juga."

Suster Salsa buru-buru membereskan barang-barang Acha yang berada di nakas. Juga melepaskan infus yang tertanam di tangannya.

"Tunggu sebentar, Mbak."

Acha mengernyit melihat Salsa yang lari terburu-buru keluar dari kamar. Selang satu menit kemudian, Suster itu kembali masuk membawa kursi roda dengan tergesa-gesa.

"Sus saya mau dibawa kemana?"

"Kemanapun asal jangan disini mbak,"

Acha menggeleng, "Gak, saya harus kabarin bunda dulu. Saya gak ngerti, suster kenapa sih?"

Suster Salsa terdiam. Tangannya membantu Acha untuk pindah ke kursi roda. Walau Acha sedari tadi terus mendesak untuk meminta kejelasan, Suster itu hanya diam tak bersuara.

"Saya bakalan jelasin semuanya setelah kita pergi dari sini, mbak. Kita gak punya banyak waktu."

Kursi roda di dorong dengan tergesa-gesa. Acha memejamkan matanya kuat-kuat, apa lagi ini yaa Allah?

Suster Salsa memakai maskernya, berusaha menunduk agar tidak ada satupun pihak rumah sakit yang menyadari siapa dirinya. Walau beberapa kali ia tidak sengaja berpapasan dengan dokter dan perawat lainnya, Suster Salsa terus mendorong kursi roda itu dengan santai agar tidak menimbulkan kecurigaan sama sekali.

Suster Salsa berhenti setelah menyadari sesuatu, cewek itu segera merogoh kantung bajunya dan mengeluarkan sebuah masker baru untuk Acha.

"Mbak, pake ini."

Taaruf | Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang