29. Revealed

2.7K 349 40
                                    

Mau berusaha fast update lagi nihh kayak dulu...
Jadiii jangan lupa vote komen!❤❤

***

Sisy melepas kacamata hitamnya, menggigit gagang kacamata itu sambil menatap bawahan-bawahannya.

"Gimana?"

"Gagal. Kami tidak bisa menemukan Salsa. Dia menghilang dari pengejaran. Semua kontaknya juga tidak bisa dihubungi."

Sisy berdecak. Bisa-bisanya Salsa mengkhianatinya. Padahal cewek itu sudah menjadi andalan yang paling ia percaya untuk menjalankan niat jahatnya ini.

"Cuma ngejar dua cewek aja gak becus. Kalian pikir saya gaji kalian buat balik dengan tangan kosong begini?"

Mereka semua menunduk. Tidak berani melihat majikannya yang menatap mereka garang. Padahal badan mereka kekar dan besar, tetapi dengan uang, mereka bisa ditundukkan dengan mudah.

"Cari lagi sampai dapat!"

Sebuah perintah tegas itu langsung membuat mereka bergegas pergi melaksanakannya. Sisy mendelik ke arah laki-laki dengan wajah penuh lebam yang duduk santai di sebelahnya. Cewek itu berdecih, "Cewek lo kabur, kenapa muka lo seneng banget gitu?"

Sambil tersenyum, Ariq mengangkat bahunya acuh, "Setidaknya dia gak akan jadi milik siapa-siapa. It's okay, itu lebih baik."

***

"Jadi rencana lo apa, Jom?"

Fajar menatap Rian yang tengah menunduk. Rekannya itu pasti sedang terpukul pula sekarang. Tapi mereka tidak bisa tinggal diam dan menunggu lebih lama lagi. Acha harus ditemukan secepatnya.

Matanya mengarah ke ranjang rumah sakit. Sebelumnya Acha lah yang terbaring disitu, tapi kali ini disana ada bunda yang terbaring lemah dengan wajah pucatnya. Fajar mendesah, ia bingung harus bagaimana.

Rian masih diam. mungkin cowok itu masih bergelut dengan pikirannya. Mencoba mencari jalan keluar namun tidak menemukan apa-apa. Sesekali cowok itu mengacak rambutnya gusar, mengusap wajahnya, lalu menunduk lagi. Diamnya menunjukkan betapa khawatirnya ia pada sosok yang selama ini selalu berada di pikirannya itu.

Kekhawatiran Rian sebelumnya ternyata benar adanya. Terjadi sesuatu pada Acha. Ikatan batin mereka cukup kuat, Fajar sampai salut melihatnya.

"Jom, kita gak bisa diem gini terus-"

"Gua juga lagi mikir, Jar!"

Fajar tersentak. Rian yang sedari tadi hanya diam akhirnya mengeluarkan suara juga. Tapi suara itu begitu berat, seakan ada ganjalan-ganjalan di tenggorokannya yang membuat suara itu sulit keluar.

Dan baru disadarinya ketika melihat langsung ke mata Rian, mata itu memerah. Ya tuhan, Fajar baru kali ini melihat kondisi Rian seburuk ini.

Pintu terbuka keras. Menyentak Fajar dan Rian dari keheningan mereka. Di ambang pintu, berdiri seorang cewek dengan rambut gelombangnya menatap Rian bahagia.

"Akhirnyaaa, ya ampun aku kangen banget demi apapun!"

Cewek itu menghambur ke pelukan Rian. Memeluk tubuh itu begitu erat sampai Rian terjengkang dibuatnya. Rian tentu tidak tinggal diam. Mana mungkin ia mau dipeluk oleh cewek lain yang jelas-jelas bukan muhrimnya.

"Lepas, Sy!"

"Gak mau," cewek itu malah semakin mengeratkan pelukannya. Tidak peduli dengan Rian yang tengah memandangnya tajam saat ini.

"Lepas atau lo mau gua yang ngelepas secara paksa dan lo sendiri yang sakit? Gua laki-laki, kekuatan gua jauh lebih besar dari lo."

Sisy melepas pelukannya dengan pipi menggembung. Namun sedetik kemudian ia tersenyum lebar, "I miss you so much."

Taaruf | Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang