53. Dirampas

1.3K 155 10
                                    

Hari ini adalah hari minggu. Terhitung sudah lima hari setelah hari dimana Rian dan keluarganya datang ke rumah Acha. Setelah itu, Rian mulai menjadi orang sibuk. Banyak hal yang ia lakukan untuk persiapan menuju hari H. Karena tanggal pernikahan telah ditetapkan akan dilangsungkan bulan depan.

Semuanya benar-benar mendadak. Bahkan ketika Rian mengabari ke keluarga jauhnya yang lain, mereka sampai terkejut begitu tahu Rian sudah mau menikah saja.

"Ya Allah, Rian! Kamu udah mau nikah aja toh? Baru kemaren bibi rasa masih gantiin popok kamu."

Seperti itulah gambaran respon mereka ketika Rian mengabarinya lewat telpon. Rian hanya tersenyum kikuk. Walaupun ia tahu, bibinya itu tidak dapat melihat senyumannya.

Saat ini cowok itu tengah bersiap-siap untuk menjemput Acha. Rencananya mereka akan mengunjungi gedung tempat acara akan dilangsungkan. Sebenarnya om Acha telah memilihkan gedung itu atas saran dari sahabat karibnya. Namun ia tetap meminta Acha dan Rian untuk melihatnya sendiri dan menyesuaikan dengan selera.

Rian merasakan ponsel yang ada di kantung celananya bergetar. Cowok itu kemudian merogohnya dan mengeluarkan ponsel pintar bercase hitam.

ID Caller

Sisy

Nama yang terpampang pada layar ponselnya itu membuat Rian menggeram. Mau apa cewek itu?

Rian tidak peduli. Dengan enteng ditolaknya telpon itu. Namun selang 2 detik kemudian, nama Sisy kembali muncul di layar ponsel. Sepertinya cewek itu tidak akan menyerah sampai Rian mengangkat telponnya.

"Apaan sih?!"

"Astaga, kaget aku mas." Suara paling menyebalkan itu kini tertangkap telinga Rian. Cowok itu kemudian mendesah kesal. Sulit sekali rasanya menahan emosi ketika berbicara dengan cewek ini.

"Mau apa, Sisy?"

"Mau telpon kamu, emang gak boleh?"

"Gak."

"Galak banget sih, padahal aku kan nelponnya baik-baik."

"To the point deh, Sy. Kalo gak penting, gua matiin nih." Rian mulai kesal. Namun Sisy hanya tertawa menanggapinya.

"Apa ya? Aku lupa tadi mau ngomong apa-"

"Oke, gua matiin-"

"Eh eh jangan dong! Hehehe iyaiya. Jadi gini mas. Duh gimana ya ngomongnya."

Rian mengernyit, "Apaan sih?!"

"Mas Rian, nikah yuk?"

Rian terkesiap. Mulutnya sampai menganga saking terkejutnya. Ini cewek udah gila kali ya? Gak ada angin gak ada hujan.

"Sakit jiwa lo, Sy."

"Ih kok sakit jiwa sih?!" Sisy mencak-mencak, seakan jawaban dari Rian adalah jawaban paling menyebalkan yang pernah ia dengar. Cewek itu kemudian berucap lagi, "Kamu masih ngarepin Acha? Kan lamaran kamu udah ditolak sama dia."

Rian menggeram, "Lo ngomong apa ke Acha?!"

"Apa ya? Kamu pengen tau aja apa pengen tau banget nih?"

Taaruf | Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang