"Lagi masak apa bu?"
Ibu menolehkan kepalanya ketika suara Acha terdengar dari pintu dapur. Wanita itu kemudian tersenyum hangat, "Makanan kesukaannya Rian. Sini nak, mau bantu?"
Acha mengangguk, ketika sudah sampai di sebelah Ibu, cewek itu kemudian meneliti satu persatu bahan makanan yang tersedia di atas meja.
"Rian suka makan sop buntut. Sini, ibu ajarin cara bikinnya karena nanti kelak kamu yang bakalan jadi pengganti ibu buat masakin Rian ini."
Pipi Acha memerah mendengarnya, Acha kemudian tersenyum seraya berkata, "Iya bu."
Acha mengambil beberapa buah wortel kemudian mencucinya di westafel. Sambil sesekali cewek itu mendengarkan Ibu bercerita banyak hal tentang Rian.
"Rian orangnya pengertian dan gak banyak nuntut. Dia selalu menghargai apapun yang orang lain lakuin untuk dia," kata Ibu seraya tersenyum menatap Acha.
Acha mengangguk setuju. Kemudian ibu melanjutkan perkataannya, "Dia belum pernah loh bawa perempuan ketemu keluarganya."
Mendengar itu membuat Acha terpaku sejenak, namun sedetik kemudian cewek itu kembali melanjutkan aktivitasnya. Sebisa mungkin ia menghindari menunjukkan wajahnya pada Ibu. Takut ketahuan kalau saat ini pipinya sangat merona.
"Sifat Rian sama persis kayak papanya. Pendiam, tapi berani dan bertanggung jawab. Ibu harap kelak kalian jadi pasangan yang serasi dunia akhirat ya."
Ibu berjalan mendekat ke Acha, wanita itu kemudian membelai kepala Acha penuh sayang, "Rian juga manusia biasa yang punya banyak kekurangan. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Tapi ibu yakin, kelak kalian akan saling menyempurnakan satu sama lain. Ibu bahagia karena dari sekian banyak wanita, kamu yang Rian pilih. Jaga Rian dengan baik ya, nak."
Lalu kemudian Acha mengangguk mantap. Kata-kata Ibu menyentuh tepat di hatinya. Membuatnya merasa begitu dicintai oleh calon mertuanya. Padahal ini baru pertama kali mereka bertemu. Namun sifat dan juga perlakuan ibu yang hangat dan penuh kasih sayang padanya membuat hati Acha terasa begitu berbunga-bunga.
Acha memandang Ibu sambil tersenyum. Pelupuk matanya mulai menggenang air mata. Cewek itu memandang ibu dengan pandangan penuh arti.
"Makasih ya bu, makasih banyak."
Ibu tersenyum, kemudian menghapus air mata yang berada di sudut mata Acha, "Terima kasih Acha, karena sudah mau mencintai Rian apa adanya."
***
Acha meletakkan piring makanan di meja makan. Setelah selesai memasak sop buntut bersama ibu tadi, cewek itu kemudian membantu kak Vivin menyiapkan makan malam.
Sejak tadi cewek itu tidak melihat Rian sama sekali. Terakhir mereka bertemu adalah saat di halaman belakang. Lalu ketika Acha bilang ia ingin membantu ibu di dapur, Rian hanya mengangguk kemudian melanjutkan obrolan dengan sepupu-sepupunya.
"Kak,"
Kak Vivin yang sedang menata piring di meja makan menoleh ketika Acha memanggilnya. Lalu kemudian ia mendekatkan telinganya kepada Acha ketika cewek itu memberi isyarat ingin membisikkan sesuatu.
"Liat Mas Rian gak?"
"Oalah, gitu aja pake bisik-bisik," kak Vivin terkekeh pelan. Baru wanita itu ingin menjawab, matanya menangkap seorang laki-laki dengan kaus putih muncul di pintu, "Nah panjang umur. Nih orangnya."
Acha menoleh dan mendapati Rian tengah berdiri seraya menatap mereka penuh tanya. Cewek itu kemudian buru-buru pergi kembali ke dapur, mengambil beberapa piring lagi seraya menghindar dari Rian. Pipinya memerah, ia tertangkap basah sedang mencari Rian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taaruf | Rian Ardianto
FanfictionRian dan Acha, seorang atlet dan seorang mahasiswi kedokteran yang tidak sengaja dipertemukan dalam sebuah kejadian. Pertemuan yang benar-benar menjadi memori itu, menyatukan hati mereka tanpa pernyataan dan campur tangan siapapun. Tetapi tidak ada...