19. Lampu Hijau

6.1K 776 199
                                    

FAJRI KALAH :(

Yahhh sudah sudahh jangan sedih lagi nih aku kasih yang gemes gemes.
Apaansi gemes gemes 😂

***

"Hiks, saya gak nyangka kalau Ariq yang saya tau anak baik-baik ternyata begini mbak..."

Tante Melin mengusap bahu Bunda Acha. Bunda Acha terus terisak begitu mengingat hal yang terjadi tadi. Apalagi ucapan yang keluar dari mulut Ariq membuatnya murka.

Mereka semua hening di lorong ini. Fajar duduk di sebelah Rian dan masih berusaha menetralkan emosinya. Ariq beruntung, kalau saja tidak ada Rian dan keluarga lainnya, mungkin cowok itu sudah siap untuk dimakamkan malam ini juga.

Siapa yang terima adiknya diperlakukan seperti itu?

"Saya gak tau bakal senyesel apa kalau pernikahan Acha dan Ariq beneran terjadi," Bunda menenggelamkan wajahnya pada telapak tangan yang sudah basah air mata.

"Alhamdulillah pernikahan itu gak beneran terjadi," jawab Tante Melin berusaha menenangkan.

Dada Fajar naik turun karena emosinya yang belum stabil, ditengoknya Rian yang duduk di sebelahnya dengan pandangan kesal, "Harusnya lo gak usah tahan gua. Orang itu harus ngerasain juga apa yang Acha rasain! Acha koma di dalam sana karena dia!"

Rian hanya diam, tidak menjawab apa-apa. Cowok itu menghembuskan napas beratnya. Bagaimanapun juga, apa yang ia lakukan telah menyelamatkan Fajar dan reputasi pekerjaannya. Entah bagaimana PBSI akan menghukum Fajar nanti jika mereka tahu Fajar terlibat perkelahian dengan seorang pasien di rumah sakit.

"Jar, kamu udah lama tau tentang ini semua?"

Pertanyaan Bunda Acha ditengah tangisannya membuat semua ikut menoleh ke Fajar untuk menantikan jawaban cowok itu.

"Baru tau juga kok, tan. Saya pikir Ariq orang baik sebelumnya, tapi sikap aslinya mulai keluar setelah tau kalau Acha suka sama Rian."

Ucapan itu membuat semuanya kaget dan langsung melihat ke arah Rian yang duduk di sebelah Fajar. Rian yang ditatap oleh semua orang jadi salah tingkah dan bingung sendiri. Apalagi disini ada calon mertua.

Fajar melanjutkan penjelasannya, "Acha gak pernah suka sama Ariq sebelumnya, tan. Bahkan alasan kalau Acha yang minta pernikahannya dipercepat itu semuanya bohong. Acha nangis waktu tau kalau lamarannya minggu depan, dia nelpon saya waktu itu. Dia juga nangis waktu ngomong sama Rian. Acha bahkan minta diselamatin dari perjodohan yang gak pernah dia inginkan ini."

"Ya Allah, kenapa dia gak pernah bilang apa-apa sama bunda?"

"Bahkan H-5 sebelum lamaran itu, kita udah gak bisa ngehubungin Acha lagi. Hp Acha diambil Ariq. Kita lost contact sama Acha sejak saat itu."

Fajar menghembuskan napas beratnya, "Untungnya ada Rian yang selalu bisa nenangin Acha. Rian juga yang selalu doain Acha. Bahkan malam sebelum kecelakaan itu, saya liat Rian tahajud 12 rakaat, tan. Mungkin doa Rian sampe ke Acha."

Bunda Acha tersenyum. Dengan menghapus air matanya, sosok wanita paruh baya itu bangkit kemudian menarik Rian untuk berdiri.

"Rian, kamu udah liat Acha? Kamu udah masuk?"

Semua itu membuat Rian terkejut. Bahkan tangannya yang disentuh oleh Bunda Acha membuatnya jadi deg-degan. Bener-bener serasa lagi ngadepin mertua.

"Belum, tan."

"Masuk lah, nak. Acha mungkin udah nungguin kamu selama ini," Bunda Acha mendorong Rian untuk masuk, "Bawa Acha kembali kesini ya, Rian. Tolong kuatkan dia. Terimakasih, nak."

Taaruf | Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang