17. Hikmah Tahajud

5.6K 723 101
                                    

Halo para haluers 😂
Selamat bersedih sedih ria~

***

"Jar, Acha kecelakaan!"

Fajar tersentak. Cowok itu bahkan tidak sadar kalau raketnya langsung terbanting jatuh begitu saja. Membuat semua orang yang sedang berlatih di lapangan ini menoleh semuanya.

"Inalillahi...."

"Jar, kamu harus kesini sekarang juga! Acha butuh banyak darah! Stok darah AB bener-bener susah dicari!"

"Sekarang Acha gimana tante?!"

Suara napas tante Melin yang memburu juga isakan tangis dari orang yang Fajar pikir adalah bundanya Acha, membuat Fajar langsung tahu kalau Acha tidaklah baik-baik saja. Fajar langsung berlari, entah kenapa ia merasa harus segera memberi tahu kabar ini kepada Rian.

"JOM! JOMBANG MANA JOMBANG!"

"Kenapa, Jar?" Rian langsung berlari begitu mendengar teriakan Fajar. Perasaan tidak enak mulai menyeruak dalam hatinya. Apalagi melihat Fajar yang tampak sangat kacau seperti ini.

"Jom, Acha kecelakaan, Jom!"

"Astaghfirullah,"

"Ya Tuhan!" Ginting yang sebelumnya sedang berlatih bersama Rian ikut terkejut. Setelah itu semua atlet ikut mengerubungi mereka dan sama terkejutnya.

Rian merasakan seluruh sendinya melemas. Cowok  itu memang sudah tidak tenang seharian ini. Dan ternyata inilah yang terjadi. Rian langsung menyender pada tembok di belakang saking lemasnya.

Cowok itu menutup wajahnya gusar, 'Ya Allah, apa ini?'

"Sekarang dia butuh banyak darah, dan gua satu-satunya dari keluarga yang punya golongan darah yang sama dengan dia," Fajar mengacak rambutnya, "Ya Allah, harus gimana ini Jom?"

"Pulang sekarang, Jar!" Rian berlari mengambil tasnya, "Pulang sekarang! Gua yang akan bilang sama coach. Ini urgent, lo harus cepet!"

Fajar mengangguk, "Gua bakal pesen 2 tiket pesawat. Acha juga pasti butuh lo disana. Gua tunggu di bandara!" Cowok itu langsung menggendong tasnya dan berlari kembali ke penginapan untuk mengambil barang-barangnya.

Rian bergegas pergi ke tempat Coach berada. Disana ada banyak Coach dan beberapa kru official yang sedang beristirahat.

"Koh," Rian langsung pada niatnya, tidak ada basa-basi terlebih dahulu. Ia sudah terlalu panik saat ini.

"Maaf koh, saya dan Fajar gak bisa mengikuti turnamen ini. Salah satu keluarga Fajar kecelakaan dan butuh donor darah Fajar sekarang. Kami memutuskan untuk WO, ini urgent koh."

"Astaga, siapa yang kecelakaan?" semua orang yang berada di ruangan itu ikut menoleh.

"Adik sepupunya Fajar. Gak apa-apa kan koh? Saya dan Fajar rencananya akan kembali ke Indonesia sekarang juga. Fajar udah otw ke bandara."

"Iya gak apa-apa. Tapi satu masalahnya yan, salah satu dari kalian harus tinggal disini untuk melapor besok."

Rian semakin bingung. Ia ingin sekali melihat Acha, tapi kalau begini harus gimana?

"Kamu tinggal disini, yan. Biar Fajar yang pulang. Ini udah persyaratan mutlak dari BWF bagi peserta yang ingin WO, salah satu dari kalian harus datang buat lapor."

Acha sedang membutuhkan Fajar saat ini. Fajar lah yang sangat sedang dibutuhkannya. Rian berusaha menguatkan hatinya. Mau bagaimanapun juga, ia tidak ingin menjadi egois. Setidaknya, dengan Fajar pulang Acha akan tertolong. Biarlah Rian disini, dan berserah agar Allah selalu melindungi Achanya.

Taaruf | Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang