16. It's Over

5.5K 754 153
                                    

TRIPLE UPDATE

SIAPIN MENTAL KALIAN BACA INI MUEHEHE

***

Hari itu akan segera tiba. Hari dimana Ariq akan membawa keluarga beserta kerabatnya untuk melamar Acha. Sudah H-1, dan Acha masih tidak tahu harus berbuat apa.

Acha terduduk di kamarnya. Diluar sana, orang ramai datang ke rumahnya untuk bantu-bantu atau sekedar silaturahmi sebelum acara lamaran besok berlangsung. Ibu-ibu berdatangan untuk bantu-bantu masak di dapur. Pokoknya semuanya repot.

Cuma Acha disini yang tidak tahu harus berbuat apa.

Bahkan Ariq pun juga datang. Padahal cowok itu seharusnya dikurung saja di rumah sebelum acara besok, tapi ia malah datang ke rumah Acha dan sok ikutan sibuk juga.

Acha yakin, Ariq kurang kerjaan begini juga biar bisa ngawasin Acha. Biar Acha gak ngadu sama bunda, atau berusaha nelpon Rian dan Fajar.

Suara ketukan di pintu membuat Acha beranjak dan membuka pintu. Disana berdiri tante Melin yang baru datang semalam, dengan senyum hangatnya.

"Acha... Kamu dicariin Ariq dari tadi ternyata disini..."

"Kenapa, tan?"

"Itu si Ariq katanya lupa ngambil cincin yang udah dipesen kemaren. Kamu kesana sama dia ya? Sekalian ngukur ukuran jari kamu juga, takutnya gak muat kan berabe."

Acha malas, mendengarnya saja ia langsung tahu kalau ini pasti cuma akal-akalan Ariq aja. Pura-pura lupa agar Acha mau ikut bersamanya.

"Gih, Ariq udah nunggu di luar," Tante Melin tersenyum seraya menuntun Acha keluar dari kamar.

Melihat senyum tante Melin yang begitu hangat, Acha gak tega untuk nolak. Dengan enggan cewek itu melangkah ke tempat Ariq sudah menunggunya sejak tadi.

***

Di lain sisi, Rian tengah mengikat sepatunya. Hari ini adalah hari dimana mereka akan mencoba latihan di lapangan yang akan digunakan untuk Denmark Open besok.

Rian mengeluarkan raket andalannya dari tas. Sebelum berjalan ke lapangan, cowok itu mengeluarkan ponselnya dan melihat tanggal yang tertera disana.

Rian mengehembuskan napasnya yang sejak tadi menyesakkan dada. Ia tidak bohong, dadanya benar-benar sesak sekarang. Besok adalah hari yang paling tidak ia inginkan untuk terjadi. Bagaimanapun juga, ia tidak akan pernah menyerah soal Acha. Tapi keberadaannya jauh sekarang. Andai saat ini ia sedang berada di Indonesia, tanpa pikir panjang ia pasti akan langsung terbang ke bandung dan mengacaukan segala acara sialan itu.

Fajar menepuk bahu Rian, mencoba memberikan semangat pada rekannya itu, "Lo percaya sama kuasa Allah kan, Jom? Allah gak akan pernah biarin cewek sebaik Acha jatuh ke tangan yang salah. Sekarang kita serahin semuanya sama takdir."

Rian mengangguk. Semalam cowok itu sudah melaksanakan tahajjud 12 rakaat untuk mendoakan Acha. Semoga cewek itu baik-baik saja disana. Apapun yang akan terjadi kelak, Rian yakin akan ada hal indah dibalik semuanya.

Rian menghembuskan napasnya sekali lagi, berusaha melonggarkan dadanya yang makin lama makin sesak. Cowok itu menatap lapangan di depannya. Ia sudah siap untuk berlatih sekarang.

'Bismillah, Cha. Jaga diri disana. Tunggu saya pulang, dan saya akan perbaiki semuanya menjadi seperti yang seharusnya. Saya gak akan pernah biarin dia menang.'

Taaruf | Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang