48. Promise

1.3K 182 4
                                    

"Udah nunggu dari tadi?"

Rian menoleh ketika suara lembut terdengar dari belakang punggungnya. Cowok itu kemudian bangkit dari duduknya seraya tersenyum, "Kamu lama."

"Bang Fajar ini yang lama. Dandannya 2 jam," bela Acha kemudian.

Fajar mendengus, "Abang aja terus yang dibantalin." Cowok itu kemudian celingak-celinguk memandangi sekitarnya dengan bingung, "Kita ngapain sih dek kesini? Ketemu Jombang pula. Males banget. Pulang yuk ah!"

"Heh heh heh!" Suara Rian seketika menghentikan pergerakan Fajar yang ingin menarik tangan Acha pergi. Matanya memandang tajam pada tangan Fajar yang menaut tangan Acha. Membuat kedua orang itu juga sama mengikuti arah pandangannya.

Fajar kemudian terkekeh renyah, "Hehehe, gak deh, Jom. Ampun." Dilepasnya lagi tangan Acha, lalu ia mengangkat kedua tangannya ke udara, "Gak pegang nih gak pegang."

"Dasar,"

"Ya Allah, sama kakak ipar aja cembokur. Iya sih gue emang ganteng banget kalo diliat-liat, tapi gak mungkin juga Acha naksir sama kakaknya sendiri. Secara gitu walaupun gue gantengnya kesumat-kesumat gini, tetep aja kita kan adek kakak, Jom." Fajar mendumel sendirian. Cowok itu kemudian melangkahkan kakinya mendahului Rian. Meninggalkan Rian berdua dengan Acha di belakang sana.

Saat ini mereka sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan. Acha bilang ada yang ingin ia beli, dan cewek itu sudah izin dengan Rian sebelumnya. Namun karena Rian yang terlalu khawatir dan tidak berani membiarkan cewek itu kemana-mana sendirian, akhirnya ia pun memutuskan untuk ikut menemani.

Tak lupa juga mengajak Fajar. Niatnya sih agar tidak hanya berduaan.

"Mau beli apa?" tanya Rian ketika mereka sudah menapakkan kaki di pintu masuk. Cowok itu menoleh ke samping. Melihat pada Acha yang setinggi dagunya.

"Kamu mau ikut?"

"Kan emang itu niat aku kesini."

Acha tersenyum tipis, "Kirain mau main sama Bang Fajar."

"Bosen sama dia mah," Rian lalu mengedarkan pandangannya ke penjuru mall, "Mana orangnya juga udah ilang. Main nyelonong pergi aja, parah banget."

Acha terkekeh mendengarnya. Jarang sekali rasanya mendengar Rian mendumal seperti itu. Namun sekalinya mendumal, cowok itu sungguh terlihat lucu.

Di persimpangan jalan, Acha berhenti sebentar. Cewek itu kemudian melangkahkan kakinya ketika matanya menemukan toko baju yang ia cari berada tepat di ujung jalan. Rian mengernyit, namun ia tetap melangkah mengikuti. Rasanya kini cowok itu tahu apa yang ingin Acha beli.

"Aku mau beli baju buat dateng ke resepsi pernikahan sepupu kamu."

Rian mengangguk mengerti. Cowok itu tidak banyak komentar. Kakinya tetap bergerak mengikuti kemana pun Acha pergi. Mungkin ia sudah terlihat seperti bodyguard sekarang.

"Mas,"

Rian mengalihkan pandangannya yang sebelumnya melihat-lihat baju yang berada di pajangan, menjadi menatap mata Acha, "Hm?"

"Warna kesukaan kamu apa?"

"Apa ya?" Rian berpikir sejenak, "Biru mungkin?"

Setelah mendengar itu, Acha kembali melanjutkan kegiatan memilih-milihnya. Tidak menjawab ataupun merespon omongan Rian lagi. Cowok itu terlihat bingung, namun bibirnya tidak melontarkan pertanyaan apapun. Yang ia lakukan hanya diam dan tetap mengikuti Acha dari belakang.

"Ini gimana?"

Rian menatap sebuah gamis berwarna biru dongker yang Acha rentangkan di tangannya, "Biru?"

Taaruf | Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang