33. Om Rian

3K 375 28
                                    

Haloooo
Berkat vote komen dan semangat dari kalian nihh
Jadi semangat ngetikk

Kalian juga semangaatt bacanya dan semangat menjalani senin yang ceria yaa
HAHAHAHA

***

Setelah obrolan tidak jelas yang membuat ia diledek habis-habisan oleh Fajar, Acha kembali tertidur. Cewek itu kembali tidur dengan pulas, sampai ia tidak tahu kalau Fajar telah berganti tugas dengan Rian soal menyetir. Fajar bilang ia mengantuk dan tidak bisa melanjutkan menyetir malam-malam begini.

Acha baru terbangun lagi setelah mobil sampai di rumah sakit tempat ia akan dirawat. Ketika membuka matanya, yang ia lihat hanyalah Fajar dan Bunda. Ingin sebenarnya ia bertanya dimana Rian, namun kemudian ia mengurungkan niatnya karena takut Fajar akan meledeknya habis-habisan lagi.

Cewek itu tersentak ketika Fajar menyentuh bahunya, "Masih ngantuk, neng?"

Tidak lama dibelakang Fajar, muncul Rian bersama dengan seorang suster yang sedang mendorong kursi roda. 

"Pindah ke kursi roda, Cha."

Acha mengangguk, tubuhnya dibantu untuk berdiri lalu dituntun ke kursi roda oleh Fajar. Sedangkan Rian masuk ke mobil, mengambil tas dan barang-barang Acha kemudian ikut berjalan di belakang mereka.

Keheningan terjadi diantara mereka. Rumah sakit terlihat begitu sepi. Tentu saja, karena saat ini sudah menunjukkan pukul 2 malam, siapa yang mau mondar-mandir di rumah sakit tengah malam begini selain suster dan dokter yang bertugas?

Acha menolehkan kepalanya untuk melihat ke belakang, namun langsung disambut dengan ledekan Fajar.

"Ada kok, masmu ada disini. Nyariin lo mulu nih daritadi, Jom. Udah madep depan aja nanti lehernya sakit!" kata Fajar dengan entengnya.

Ucapan itu langsung membuat Acha memutar kembali kepalanya ke depan. Padahal kan ia bukan cuma ingin melihat Rian, ia ingin melihat bunda, juga abangnya itu. Dasar suudzon!

Rian terkekeh di belakang sana. Walaupun cowok itu tidak menjawab ucapan Fajar sama sekali, namun kekehannya saja sudah cukup membuat Acha jadi salah tingkah. Cewek itu cepat-cepat menutup wajahnya dengan tangan. 

"Abis terciduk, pipinya merah," lanjut Fajar ketika melihat Acha menutup wajahnya.

Astaga abangnya itu, kenapa tambah menjadi-jadi sih? Acha kan jadi malu!

"Udah, Jar. Hobi bener."

"Ahahahahayyy cie Acha dibela-" kemudian ucapan Fajar terhenti setelah suara keplakan terdengar,  "Aduh! Jom, kok gua digaplok?"

Rian tertawa, "Makanya udah!"

Kalau Rian pikir dengan membela Acha begitu bisa membuat Acha jadi lebih baik, Cowok itu salah besar. Justru yang terjadi saat ini, Acha semakin tidak sehat di kursi rodanya. Jantungnya berdegup kencang. Padahal habis ini ia mau dicek, bagaimana kalau dokter menemukan detak jantungnya diatas normal?

Ketika mereka akan memasuki lift, Acha melihat Rian dengan sigap berjalan mendahului mereka untuk menekan tombol lift. Cowok itu menenteng tasnya dan juga beberapa barang lainnya. Acha tersenyum tipis, sangat lucu melihat cowok itu kerepotan sendiri dengan bawaannya yang banyak.

Mereka akhirnya sampai di kamar rawat inap Acha setelah menempuh perjalanan lift sampai lantai keempat. Kemudian seorang dokter masuk bersama dengan suster jaga yang ikut di belakangnya. 

"Selamat malam,"

Acha tersenyum membalasnya. Kemudian dokter itu melakukan beberapa pengecekan pada Acha. Seperti bertanya apa yang sedang Acha rasakan sekarang dan sejenisnya.

Taaruf | Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang