18. Terbongkar

5.9K 787 205
                                    

Oke, double update untuk hari ini
Selamat menikmati...

Aku janji deh, malem ini kalian mimpi indah 😘😘

***

"Gimana Acha disana, Jar?"

"Masih koma, Jom."

Helaan napas berat terdengar dari sebrang telpon. Fajar yakin Rian pasti sedang mati-matian menahan sesak di dadanya.

"Gua harap gua bisa ada disana," suara Rian begitu pelan, seakan tercekat dengan tenggorokannya sendiri.

Fajar menunduk, "Acha pasti bakalan baik-baik aja. Dia kan adek gua yang paling kuat sejagat raya, masa lo lupa? hahaha..."

Fajar mencoba menyelipkan candaan di setiap omongannya. Akan tetapi rasanya candaan itu begitu hambar dalam situasi seperti ini. Tidak ada dari mereka yang tertawa, bahkan Fajar pun terkesan sangat memaksakan tawanya sendiri.

"Gua pengen ada disana saat dia pertama kali buka matanya lagi...."

Suara itu begitu lirih. Langsung tersalur dan menularkan kesedihannya kepada Fajar juga. "Kalau gitu cepet pulang, Jom. Mungkin Acha gak mau bangun kalo lo belum dateng."

"Secepatnya. Setelah semua urusan disini selesai gua bakalan langsung pulang."

"Jar, gua bisa minta tolong sama lo?"

Fajar mengernyit, "Minta tolong apa?"

"Tolong jaga Acha. Jangan sampe Ariq ngapa-ngapain dia lagi. Tolong lindungin Acha selama gua belum bisa ngelakuin itu. Gua akan secepatnya pulang, dan gua akan akhirin semua ini. Udah cukup, Acha harusnya dibahagiain, bukan diperlakukan kayak gini."

Sudut bibir Fajar tertarik, "Lo percaya sama gua, Jom. Gua gak akan biarin dia nyentuh Acha lagi."

***

Hari demi hari berlalu. Sudah 3 hari, dan Acha masih belum juga sadar dari komanya. Fajar selalu disana, menemani Acha dan juga bunda Acha. Sebagai seorang abang, Fajar sangat merasa bertanggung jawab untuk ikut menjaga Acha sampe cewek itu bisa bangun dan pulih kembali,

Hasil rontgen dan beberapa scan lainnya baru keluar pagi tadi. Hal itu juga lah yang membuat Fajar semakin terpukul. Beberapa tulang rusuk Acha patah, dan kaki kirinya juga.

Fajar menatap adiknya itu dengan perasaan yang campur aduk. Ia merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga adiknya. Merutuki Ariq dan bersumpah akan menghajar cowok itu kalau ia berani datang kesini.

Bunda masih belum tau apa-apa soal Ariq, karena Fajar belum mengatakan apapun. Cowok itu memilih untuk menunggu sampai Acha bangun dan menceritakan semua dibalik kecelakaan itu.

Sedengar Fajar, Ariq juga mengalami patah tulang di bagian tangan kanannya. Fajar merutuk lagi, kenapa harus Acha yang jauh lebih menderita dari Ariq?

Ponselnya bergetar, Fajar dengan cepat mengeluarkannya dari saku.

"Jom?"

"Jar... Gimana Acha? Ada perkembangan? Gimana hasil rontgennya?"

Fajar menghembuskan napas beratnya, "Beberapa tulang rusuk dan kaki kirinya patah. Acha masih belum sadar. Belum ada perkembangan apa-apa."

Rian hanya diam, tidak menjawab apa-apa. Mungkin cowok itu sedang berusaha keras untuk menenangkan dirinya begitu mendengar berita buruk itu.

"Jar, video call coba. Gua mau liat Acha."

Taaruf | Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang