Aisyah Mafasha. Biasa dipanggil Acha. Seorang mahasiswi kedokteran Universitas Padjajaran. Tidak hanya dikaruniai kepintaran, Acha juga memiliki paras yang cantik dan terawat.
Acha berbeda. Dia tidak sama dengan remaja-remaja jaman sekarang. Acha menjaga dirinya dengan baik, menutup dirinya dengan baik, untuk suaminya kelak katanya. Pokoknya, Acha tipikal idaman para laki-laki di kampusnya.
Tujuannya datang ke Jakarta ini adalah memenuhi undangan sepupunya yang akan menikah minggu ini. Sepupu perempuannya.
Acha melirik jamnya sekali lagi. Bisa dibilang sudah berkali-kali ia melirik jam tangannya. Hujan pun sudah mulai reda, tetapi abangnya belum juga datang.
Sebuah mobil hitam mengilap berhenti tepat di depan halte. Dan sebelum Acha sadar, pemilik mobil sudah menurunkan kacanya.
"Yuk, dek!"
Acha tersenyum lebar, yang ia nanti-nantikan akhirnya datang juga. Cewek itu kemudian mengangkat jaket yang ia kenakan sedikit menutupi kepala, lalu berlari kecil memasuki mobil.
Ah, jaket itu! Mengingatnya, Acha tersenyum lagi.
Jaket hitam polos itu begitu kebesaran ditubuhnya. Wangi yang menempel membuat Acha sangat nyaman menggunakannya. Yah, parfum cowok itu pasti akan ikut menempel ditubuh Acha setelah ini.
"Wuih, gede amat itu jaket." sapaan pertama dari Abangnya ketika Acha sudah duduk manis di dalam mobil.
Acha hanya tersenyum menanggapi, tidak menjawab apa-apa.
"Bang Fajar abis dari mana aja? Acha nunggu lama tau!"
Fajar tersenyum simpul, "Ada deeeh! Kepo aja anak kecil!"
Yang dipanggil anak kecil hanya mengerucutkan bibirnya. Padahal mereka hanya berjarak 3 tahun, tetapi abangnya itu masih saja menganggapnya seperti anak kecil.
"Dek, itu beneran jaket lo? Gede banget kayaknya. Kayak ukuran cowok," tanya Fajar.
"Bukan,"
"Loh, punya siapa? Pacar?"
Acha mendelik tidak suka, "Bukan!"
"Waduh, biasa aja neng. Jangan ngegas brum brum brummm!" jawab Fajar yang kemudian disusul tawa renyahnya sendiri.
"Bang, tolong berhenti ngereceh. Kapan abang bisa sembuh dari kerecehan ini?"
"Hehehe," Fajar hanya tertawa garing, "Jadi, itu jaket siapa?"
"Kok abang jadi kepo gini sih?"
Seakan menjadi bumerang, kalimat 'kepo' yang Fajar gunakan untuk meledek Acha tadi kini ditujukan kepadanya.
Fajar cemberut. Wajah ngambek yang dibuat-buatnya sendiri itu membuat Acha tertawa melihatnya.
Acha sangat akur dengan Fajar. Yah, Fajar Alfian. Abangnya itu seorang atlet bulutangkis yang cukup populer. Walau begitu, Acha sama sekali tidak tahu menahu soal bulutangkis. Yang ia tahu hanyalah abangnya adalah seorang atlet dan sering memenangkan kejuaraan. Selebihnya, Acha benar-benar tidak tahu apa-apa.
Mereka cukup dekat, sebagai seorang adik dan kakak sepupu. Tetapi jika baru melihat, mungkin orang-orang akan mengira mereka adalah sepasang kekasih. Yah, sebegitu dekatnya.
Setelah setengah perjalanan menuju kerumahnya, mobil yang mereka kendarai berhenti di depan minimarket. Acha menoleh dengan wajah yang bertanya-tanya, "Ngapain bang?"
"Dek, tunggu disini ya. Abang mau ke atm sebentar," kata Fajar yang langsung keluar tanpa menunggu jawaban dari Acha.
Acha hanya mengangguk pelan. Cewek itu kemudian kembali fokus pada ponselnya. Membalas beberapa pesan yang masuk di Line-nya. Beberapa pesan dari cowok-cowok yang mengajaknya berkenalan, kemudian sisanya dari teman-teman kampus yang memberikan kabar soal tugas-tugas yang Acha lewati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taaruf | Rian Ardianto
FanficRian dan Acha, seorang atlet dan seorang mahasiswi kedokteran yang tidak sengaja dipertemukan dalam sebuah kejadian. Pertemuan yang benar-benar menjadi memori itu, menyatukan hati mereka tanpa pernyataan dan campur tangan siapapun. Tetapi tidak ada...