Happy Reading🎈
•
•
•
KriiiinggggGema bunyi alarm tersebut menyeruak masuk ke indra pendengaran gadis yang masih menggeliat manja di atas kasurnya. Detik berikutnya ia segera bangkit dari magnet punggungnya sembari mematikan jam bekernya. Kemudian berjalan gontai menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap-siap ke sekolah.
Setelah bersiap, gadis yang biasa di sapa dengan panggilan Rose itu menuruni tangga. Ia melihat mamanya tengah menyiapkan sarapan bersama seorang cowok yang tampak sebaya dengannya.
"Lama banget sih lo capek gua nunggu, gua dah laper nih.” Sewot cowok yang berseragam sama dengannya itu.
Rose hanya mendengus kasar mendengar ucapan Jimin barusan, ia kemudian duduk di meja makan dengan Jimin yang duduk di sampingnya dan mamanya duduk di depannya. Ya, hanya mereka bertiga karena papa Rose sedang ada urusan di luar kota.
Jimin dan Rose itu bagaikan bunga dan tawon yang tidak bisa terpisahkan, karena mereka sudah bersahabat sejak masih dalam kandungan. Bukan apanya, mama mereka berdua selalu ngidam hal yang sama seperti makan salju, berjemur di genteng, panjat pinang, dan hal-hal nyeleneh lainnya. Rumah mereka pun bersebelahan dan orang tua Rose sudah menganggap Jimin sebagai anak sendiri begitu pun dengan orang tua Jimin yang sudah menganggap Rose anak sendiri.
"Dih, gak tau malu emang lo. Emangnya lo gak punya rumah sampe kalo sarapan pun harus di rumah gua, hah?" omel Rose menatap Jimin malas.
“Galak amat, kayak banteng matador.” ejek Jimin sembari menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya.
“Apa lo bilang!?” bentak Rose membuat Jimin terkejut karena suara Rose yang memekik nyaring tersebut.
"Udah udah, ayo makan tuh nasi, entar dingin kan gak enak.” ucap mama Rose menengahi.
“Abisnya Rose bosen lihat dia ma, nyebelin banget.” keluh Rose kesal dan membuat mamanya hanya geleng-geleng kepala.
Melupakan perdebatan kecil tadi, mereka pun makan dengan lahapnya. Tak terkecuali Jimin yang sudah 2 kali menambah nasi ke piringnya. Dan cara makannya yang seperti tak diberi makan selama berbulan-bulan.
"Ish jorok banget sih lo, makan sampe belepotan kek gitu. Lo laper atau doyan atau emang gak pernah dikasih makan sih?" protes Rose yang melihat sahabatnya makan dengan cara yang tidak selow.
"Cih, lu kayak gak tau gua aja." celetuk Jimin sambil nyengir memperlihatkan deretan giginya.
"Pantesan lu bantet." balas Rose.
"Biarin." ucap jimin cuek.
Setelah si duo bangsat ini makan, mereka bergegas keluar untuk segera pergi sekolah. Mereka duduk di sekolah menengah kelas 11 jadi tidak terlalu memikirkan pelajaran, mereka lebih banyak bersenang-senang dalam artian yang positif.
"Cepetan woi, kita dah telat nih." protes Jimin sambil menunjukkan arlojinya ke Rose yang sedang memakai sepatunya.
"Sabar dikit bangke, gua lagi pake sepatu nih. Sewot amat sih lu kek cewek aja.” Jawab Rose datar sambil buru-buru mengikat tali sepatunya.
"Iye dah." jawab Jimin pasrah.
Mereka berdua berangkat sekolah selalu naik kendaraan umum yaitu bus. Bukan karena tak di fasilitasi kendaraan pribadi tetapi itu sebagai upaya untuk mengurangi polusi akibat asap kendaraan.
Mereka kini tiba di sekolah selama kurang lebih 20 menit perjalanan. Tetapi gerbang sudah di tutup. Melihat arloji, mereka terlambat 7 menit. Para siswa telah berbaris rapi di dalam sana mengikuti jalannya upacara bendera hari senin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend [END]
RandomFOLLOW SEBELUM MEMBACA. Bagaimana jika persahabatan yang di bina sejak lama perlahan akan hancur begitu saja hanya karena perasaan sepihak? Namun, siapa yang salah? Tidak ada. Nyatanya perasaan itu tumbuh begitu saja tanpa tahu kepada siapa ia singg...