49. Gift and Flower

1.7K 235 44
                                    

Hari minggu yang selalu Rose nantikan tiba. Di akhir pekan Rose bisa menenangkan pikiran dan berkumpul lagi bersama keluarga kecilnya. Tak apa meski hanya sehari, itu sudah cukup untuk meminimalisir kemungkinan terburuk yang selalu ia ciptakan sendiri di kepalanya.

"Rose turun makan nak!" teriak mama Rose yang sudah menyiapkan makanan spesial untuk Rose.

"Iya ma, Rose udah turun nih, hehe." Rose sekarang sudah duduk di meja makan.

"Pagi, pa," sapa Rose pada papanya yang tidak ia lihat selama beberapa hari.

"Pagi juga, anak kesayangan papa," balas papa Rose sambil mengusap surai legam milik putrinya. "Maafin mama sama papa ya, sayang. Soalnya kemarin kamu ulang tahun tapi mama papa sibuk gak sempet ucapin. Tapi papa ucapin sekarang. Selamat ulang tahun anak papa yang cantik, semoga semua yang disemogain cepat terkabul," sambung papa Rose kemudian Rose langsung memeluk papanya.

"Iya pa, gapapa kok. Rose sayang papa," kata Rose. "Sayang mama juga." Rose juga membawa mamanya dalam pelukannya.

Setelah berpelukan mereka bertiga langsung menikmati hidangan khas buatan mama Rose. Meski ini terlambat, tapi Rose tidak masalah. Ia sudah bersyukur kedua orang tuanya begitu menyayanginya. Ia juga paham dengan keadaan orang tuanya yang sibuk. Itu semua demi dirinya agar bisa hidup dengan baik.

"Oh ya, Jimin dimana? Kok mama udah jarang lihat kalian barengan sih." tanya mama Rose.

"Uhukk!" Rose langsung tersedak. Sedikit kaget dengan pertanyaan mamanya. Sekarang ia harus menjawab apa.

"Itu, anu ma, Jimin emang belakangan ini sibuk." Rose gelagapan kemudian dia meneguk segelas air.

"Marahan ya sama Jimin?" mama Rose menatap Rose intens.

Ting tung!

Bunyi bell rumah membuat Rose lega seketika. Ia tersenyum tipis kemudian bangkit dari duduknya dan berlari keluar. Siapapun orang yang menekan bell rumah, Rose sangat berterima kasih. Karena itu, ia bisa menghindari pertanyaan dari mamanya.

Rose kemudian membuka pintu. Ternyata itu adalah pengantar paket. Namun, seingatnya ia tidak memesan apapun.

"Atas nama Roseanne Park?" tanya sang kurir.

"Iya?" jawab Rose ragu.

"Ini paket anda." Kurir tersebut memberi bingkisan yang tak biasa, malahan tidak terlihat seperti paket kebanyakan.

"Maaf, ini kiriman dari siapa ya? Kayaknya saya gak pernah pesan ini deh," ucap rose sembari melihat-lihat paket itu. "Tapi alamatnya bener, ini juga nama gua." Rose masih dilanda kebingungan sementara kurir tadi hanya tersenyum lalu pamit.

"Mungkin dari mama," batin Rose.

Baru beberapa langkah Rose menjauhi pintu utama, tiba-tiba bell rumahnya berbunyi lagi. Saat ia membuka pintu, tidak ada siapa-siapa. Hanya ada sebuket bunga mawar putih yang tergeletak di lantai. Anehnya lagi, tidak ada nama pengirim.

Pikirannya semakin melayang kemana-mana, tetapi mama atau papanya ada dua orang utama yang Rose curigai sebagai pengirim. Bisa saja mereka menyiapkan itu semua sebagai kejutan untuknya.

Setelah itu Rose buru-buru masuk dan menghampiri mama dan papanya yang masih duduk di meja makan menunggunya.

"Ini hadiah dari mama papa bukan?" tanya Rose memperlihatkan bingkisan kotak berwarna putih dan buket bunga.

"Bukan tuh, kan baru hari ini papa sama mama mau ajak kamu jalan-jalan," kata papa Rose.

"Oh gitu ya." Rose masih bingung lalu ia meletakkan barang tadi, memutuskan untuk membukanya setelah ia makan.

Setelah makan, Rose buru-buru naik ke kamarnya dan menutup pintunya rapat-rapat berharap tidak ada gangguan dari luar. Dengan rasa penasaran, ia membuka kado yang entah dari siapa. Matanya berbinar saat melihat sebuah hoodie putih cantik nan lembut.

"Eh, ada kartu ucapan." Rose mengambil sebuah kartu berisi coretan yang terselip diantara hoodie yang terlipat tadi.

Hai.

Begitu kira-kira isinya. Hanya tiga huruf dilengkapi satu tanda baca. Hal sesederhana itu mampu membuat Rose penasaran setengah mati hingga ia terus menebak-nebak siapa si pengirim misterius ini.

"Lah, singkat amat. Kayak gak niat banget nulisnya, kalo gini mah mending gak usah pake kartu ucapan segala," celoteh Rose. "Tapi hoodienya cantik banget," sambungnya gemas melihat hoodie tadi.

•••

Sudah 3 hari berturut-turut Rose terus menerima bunga mawar. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, ia selalu menemukan bunga mawar putih atau terkadang mawar merah di depan pintunya. Kadang setangkai, kadang dua tangkai atau lebih dan entah dari siapa.

Hari ini Rose sengaja bangun pagi-pagi sekali untuk memastikan siapa sebenarnya orang iseng ini. Bukannya ia tidak suka, hanya saja itu membuatnya penasaran. Fakta bahwa ia baik-baik saja selama dikirimi bunga juga membuatnya mengambil kesimpulan kalau orang ini tidak berbahaya.

Sekarang sudah pukul 07.00, sedari tadi Rose berdiri mengintip dibalik jendela. Namun, orang yang ia tunggu tak juga datang menampakkan diri. Kakinya bahkan sudah pegal.

Tak berselang lama, seseorang yang mencurigakan masuk lewat celah gerbang rumah Rose yang memang tidak tertutup rapat. Seorang berperawakan tinggi, memakai hoodie, masker hitam, dan kacamata hitam. Penampilannya yang tak biasa dan terkesan misterius membuat Rose tak bisa mengenali orang itu.

Hingga akhirnya Rose langsung cepat membuka pintu saat seseorang tersebut meletakkan bunga di depan pintunya. Orang tersebut kaget bukan main dan langsung berlari sebelum Rose berhasil menangkapnya.

"Heh jangan lari lo!" teriak Rose kemudian mengejar orang misterius itu.

Tampaknya, hoodie orang itu tersangkut di gerbang membuat Rose mampu menyusulnya. Dengan sigap, Rose segera menarik penutup kepala orang tersebut. Rose menahannya agar ia tak kabur.

"Siapa lo? Maksud lo apaan naruh bunga di depan pintu rumah gua?"

Tanya Rose yang berusaha menahannya. Baru saja Rose mau membuka maskernya, hoodie orang itu sudah terlepas dan dengan sigap ia mendorong Rose hingga Rose tersungkur dan kehilangan jejak karena tidak bisa mengejarnya lagi.

"Sial! Hah, siapa sih tu orang?" Rose bercakap sendiri sambil membersihkan rerumputan yang menempel di rok sekolahnya.

Dari apa yang ia perhatikan, sepertinya Rose tidak mengenal orang tadi. Dari postur tubuh dan celana seragam sekolah yang berbeda dengannya membuatnya yakin jika orang itu adalah orang asing.

Ada dua kemungkinan yang bisa Rose simpulkan tentang orang tadi. Ia sudah membuntuti Rose sejak lama dan menjadi stalkernya atau ia adalah suruhan orang lain yang mungkin Rose kenal.

To Be Continued ...

Just Friend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang