54. Afraid Feel

2K 202 9
                                        

"Aarrghhh!!"

Prangg prangg!

Di sini, di sebuah apartemen dimana seseorang mengamuk dan menghamburkan barang-barang yang ada di dekatnya.

"Hei tenang! Jangan liar gini dong," ucap seorang lelaki yang menenangkan Seulgi.

Lelaki itu adalah mantan pacar Seulgi, Kai namanya. Ia selalu mengetahui segala sesuatu tentang Seulgi.

"Hiks hiks!" Seulgi berada dipelukan Kai sembari menangis.

"Segitu cintanya kamu sama si Jimin itu, hah!?

"Aku bukannya gak terima diputusin Jimin, tapi aku paling gak suka kalau ada orang yang berani rendahin diri aku di depan umum begitu!" balas Seulgi.

"Tenang aja, gak usah di pikirin ya. Ada aku kok disini, aku siap ngelindungin kamu kapan aja," ucap Kai yang masih menenangkan Seulgi.

Seulgi kemudian menghapus air matanya kasar seraya berkata, "Gua gak bakalan biarin ini, tunggu aja pembalasan gua!"

•••
Sekarang sudah malam. Rose baru saja pulang dari rumah Jennie. Mereka mengadakan party kecil-kecilan. Hanya ada dirinya, Jennie, Irene, dan Taehyung.

Ketika Rose masuk ke halaman rumahnya, ia melihat Jimin yang duduk sendirian di teras rumahnya. Rose hanya cuek dan tak menghiraukan jimin. Ia hanya berjalan melewatinya. Namun, tangannya langsung dicegat membuat mereka berdua saling berdiri berhadapan.

Rose menatap Jimin tajam kemudian menepis tangan Jimin kasar.

"Apa?!" tanya Rose tak santai.

"Gua minta maaf," lirih Jimin memandang Rose dalam.

"Maaf lo bilang?" Rose tersenyum miring. "Setelah semua perbuatan yang udah lo lakuin ke gua, dengan mudahnya lo bilang maaf?! Lo gak malu apa? Gak segampang itu Jimin. Di sini masih sakit tau gak!" kata Rose sambil menunjuk dadanya.

"Maafin gua. Gua menyesal banget. Kalaupun lo gak bisa maafin gua sekarang, seenggaknya kasih gua kesempatan buat perbaikin ini semua," mohon Jimin sembari memegang pundak Rose.

"Kesempatan kedua itu omong kosong. Buat apa lo nyari kesempatan kedua kalo udah banyak kesempatan yang lo lewatin dan sia-siain. Lo bodoh. Jangan pikir setelah semua kebongkar, gua bakal maafin lo. Lo bener-bener orang paling gak tau diri!" tekan Rose menatap Jimin tajam.

"Tap–"

"Udah cukup! Gua gak mau denger lo lagi. Gua gak mau lihat lo lagi! Lebih baik lo urusin sana orang kesayangan lo. Pergi lo dari sini!" Rose mengusir Jimin tanpa berani menatapnya

"Rose, please."

"PERGI GAK LO!!" teriak Rose memotong perkataan Jimin sambil menunjuk kasar ke arah gerbang dengan napasnya yang menggebu-gebu.

Jimin hanya pasrah dan pergi dari rumah Rose, sambil berjalan lunglai menunduk dengan hati yang hancur pastinya. Setelah Jimin sudah tidak menampakkan diri, Rose langsung tumbang. Rose menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya sambil mengacak rambutnya frustasi.

Air matanya yang sedari tadi ia tahan luruh begitu saja. Dia sudah tak tau harus bagaimana lagi. Di satu sisi ia masih sakit hati, tapi di sisi lain ada rasa rindu yang terus memberontak.

Sedangkan Jimin? Dia melajukan motornya tanpa arah dan tujuan. Otaknya sekarang tak jernih dan dia butuh sesuatu yang bisa membuatnya tenang. Jimin memutuskan untuk menuju ke sebuah tempat yang tiap malamnya selalu ramai didatangi banyak kalangan.

Jimin memarkirkan motornya didepan sebuah bar. Jimin sebelumnya belum pernah kesini tapi pemilik bar ini adalah ayah teman SMPnya dulu, Jaehwan.

"Hei bro!! Apa kabar lo? Udah lama gak ketemu," sapa Jaehwan begitu melihat Jimin masuk.

Just Friend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang