Jimin kembali berkumpul dengan keluarganya setelah mengantar Seulgi pulang. Dan benar saja, Rose masih betah di sana. Papanya kini juga ikut bergabung bersama mereka.
"Rose, waktu om sama tante gak di rumah, Jimin gimana?" tanya papanya Jimin.
"Jimin baik-baik aja kok om, dia sering di suruh nginep sama mama di rumah, tapi gak mau. Cuma sarapannya di rumah Rose." jelas Rose.
"Dia gak nakal kan?" kali ini mama Jimin yang bertanya.
Rose melirik sebentar ke arah Jimin yang melototkan mata padanya. Ia kemudian tersenyum miring.
"Uh, nakal banget tante. Dia sering jahilin Rose, sering mukul orang juga." jawab Rose antusias.
"Jimin." papa Jimin langsung menatap putranya itu dengan tatapan tajam.
"Hehe cuma main-main kok." jawab Jimin dengan senyum terpaksa. Lihat saja nanti, ia akan membalas gadis itu.
"Lain kali kalo dia jahilin kamu, pukul aja. Yang penting jangan pukul mukanya, kasihan entar kegantengan yang saya kasih ke dia berkurang." ucap papa Jimin. Jadi jangan heran jika Jimin pedenya minta ampun, ia mewarisi gen narsis papanya.
"Hehe iya om." kata Rose sambil tersenyum masam.
Tak lama kemudian, ponsel Rose berdering.
"Siapa?" tanya Jimin.
"Mama." ucap Rose sambil mengangkat panggilan telepon dari mamanya.
"Halo Ma! Ada apa?" tanya Rose.
"Kamu sekarang dimana?" tanya mama Rose dari seberang sana.
"Dirumah Jimin, Ma. Ini orang tuanya Jimin udah pulang."
"Ooh. Bagus deh, soalnya Mama sibuk banget sayang. Pulangnya mungkin subuh atau tengah malem. Kamu nginep di rumah Jimin aja ya?"
"Ih gak enak Ma, takut ngerepotin."
"Aduh, udah dulu ya sayang. Mama sibuk. Sampaikan salam Mama sama orang tua Jimin."
Tut.. Tut.. Tut..
Panggilan diputuskan sepihak oleh mama Rose. Sekarang Rose harus bagaimana? Ia benar-benar tidak mau merepotkan orang tua Jimin jika harus menginap.
"Kenapa Rose?" tanya mama Jimin yang menyadari perubahan ekspresi Rose.
"Anu Tante, Mama cuma ngasih tau kalo dia entar pulang subuh soalnya kerjaannya banyak banget." ucap Rose.
"Kalo gitu mendingan kamu nginep di sini aja. Bahaya kalo sendirian di rumah. Ya kan pa?" ucap mama Jimin sambil menatap papa Jimin bertanya.
"Iyaa betul, pasti kamu juga gak berani sendiri dirumahmu kan? Mending nginap di sini." timpal papa Jimin.
"Yaudah deh, Om. Oh iya, Mama nitip salam sama Om, Tante." ucap Rose dan diberi anggukan oleh kedua orang tua Jimin.
"Bantet, temenin gua ke rumah ganti pakean!" teriak Rose ke Jimin.
"Ssstt itu suara apa toa neng. Lagian lo penakut amat sih." protes Jimin.
"Ish, ayo cepetan." ucap Rose sambil menarik-narik tangan Jimin.
"Santai aja dong bangsat, rumah lo gabakal lari juga." kesal Jimin yang kini bajunya ditarik-tarik membuat Rose mengerucutkan bibirnya sebal.
"Jimin, jaga omongan kamu. Gak baik katain orang kek gitu apalagi dia cewek." ucap papa Jimin menasehati. Padahal dia tidak tahu bahwa itu adalah kata sehari-hari mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend [END]
RandomFOLLOW SEBELUM MEMBACA. Bagaimana jika persahabatan yang di bina sejak lama perlahan akan hancur begitu saja hanya karena perasaan sepihak? Namun, siapa yang salah? Tidak ada. Nyatanya perasaan itu tumbuh begitu saja tanpa tahu kepada siapa ia singg...