17. Regretted

1.8K 217 6
                                        

Setelah melihat Rose yang sudah nampak tenang, Jungkook memutuskan untuk pamit pulang karena hari juga sudah hampir petang. Setelah Jungkook sudah menghilang dari sana, tinggallah Jimin dan mamanya berada di ruang tamu berdua sedangkan Rose sudah ada di kamar beristirahat.

"Uang jajan kamu mama potong selama seminggu!" bentak mama Jimin.

"Lah, kok gitu sih Ma?" protes Jimin tak terima, "kenapa tiba-tba di potong sih? Kan Jimin udah di kasih ceramah tadi," lanjutnya.

"Sesuai perjanjian, sayang. Kamu gak jagain Rose dengan baik. Cuma seminggu, kamu gak bakal mati karena  kekurangan uang jajan."

"Ajal gak ada yang tau, Ma."

Mama Jimin mengangkat bahu tak peduli. Ia kemudian beranjak meninggalkan Jimin yang masih duduk di sana. Menghela napas sejenak, Jimin berjalan naik ke kamarnya untuk melihat bagaimana kondisi gadis itu.

"Rose," panggil Jimin yang berdiri di samping ranjang namun tak ada balasan dari seseorang yang matanya tertutup di sana. Sepertinya Rose tertidur lelap.

"Rose, gua minta maaf. Gua ngaku salah, harusnya tadi gua gak ninggalin lo gitu aja sampe lo jatuh. Maafin gua," gumam Jimin yang benar-benar merasa bersalah.

Rose mendengar kalimat Jimin. Sebenarnya ia hanya menutup mata, tidak terlelap. Perlahan ia membuka matanya lalu memberikan seulas senyumnya pada Jimin.

"Gapapa elah, santai aja. Gua paham kok, pasti lo bingung tadi," ucap Rose.

"Tapi tetep aja, kaki lo yang seharusnya cepat sembuh makin parah gara-gara gua. Gua nyesel, maafin gua."

"Haha gapapa Jimin. Tapi lain kali lo jangan gegabah lagi," pesan Rose lalu mendapat anggukan mantap dari Jimin.

Malamnya, Jimin dan Rose bersantai di ruang tamu. Mereka tak saling berbicara, hanya berkutat dengan ponsel masing-masing.

Ting tong...

Mereka berdua menoleh bersamaan ke arah pintu utama lalu saling bertukar pandang satu sama lain. Jimin segera bangkit dari duduknya untuk membukakan pintu. Siapa yang datang bertamu malam-malam begini.

"H-hai," sapa seseorang dari balik pintu.

"Seulgi?" Jimin mengerutkan dahinya.

"Rose ada gak?" tanya Seulgi.

"Ada, sini masuk," ucap Jimin mempersilahkan.

Seulgi kemudian masuk dan kini duduk di sofa ruang tamu. Rose yang berada di depannya agak terkejut melihat kedatangan Seulgi yang begitu tiba-tiba.

"Maaf malam-malam gini ganggu kalian. Rose ini buat kamu," ucap Seulgi membuka pembicaraan lalu menyodorkan keranjang kecil berisi buah pada Rose.

"Aduh, kok lo repot-repot gini sih. Gua jadi gak enak," ucap Rose canggung.

"Gapapa. Aku juga mau minta maaf atas kejadian tadi. Gara-gara aku kaki kamu makin parah. Maaf ya?" ucap Seulgi.

"Santai aja kali, gua gapapa kok," balas Rose sembari tersenyum ramah, "eh, Jimin, buatin dia minum. Masa tamu gak lo jamu."

"Iya, bentar."

"Eh, gak usah. Aku udah mau pulang, takutnya nanti kemaleman," tahan Seulgi.

"Lah, cepet amat," sahut Jimin.

"Kapan-kapan kalo boleh aku main ke sini lagi."

"Boleh kok, dateng aja. Gua selalu stay di rumah."

"Ah, taksinya udah dateng kayaknya. Aku duluan ya, cepet sembuh Rose," ucap Seulgi lalu diantar keluar oleh Jimin.

"Hati-hati ya," ucap Jimin lalu melambai ke arah Seulgi.

Just Friend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang