59. Maze Of Memories

1.8K 204 24
                                    


Song recomended :
Eyes Closed - Rose (BLACKPINK)

Happy Reading♥


Cuaca yang mendung menemani Rose pagi ini. Hari ini dia sudah bersiap-siap seperti biasa dengan pakaian tebal dipadukan dengan celana jeans serta sneakers tampak sangat cocok ditubuhnya. Dia terlihat turun dari Halte kemudian berjalan ke sebuah rumah sakit.

Disini, di rumah sakit ini. Seseorang tengah terbaring lemah di dalamnya. Seseorang yang sangat berarti bagi Rose. Hari ini tepat  lima bulan setelah insiden malam itu dimana Jimin tertembak dari belakang dan itu melukainya.

Jangan tanya bagaimana keadaan Rose saat itu? Dia merasa sangat hancur mengingat itu seharusnya hari bahagia malah menjadi petaka baginya. Ia merasa tidak pernah mendapatkan kebahagiaan sedikitpun dari Tuhan. Operasi pun sudah dilakukan untuk mengangkat peluru yang ada di dalam tubuh Jimin akan tetapi tidak sesuai harapan, Jimin sekarang mengalami koma.

"Rose, kamu sudah datang, nak?" ucap wanita paruh baya yang sekarang tampak sangat pucat pasi dan kantung matanya sangat terlihat. Siapa lagi kalau bukan mama Jimin yang setia menemani anaknya.

"Iya tante," ucap Rose sambil tersenyum. "Tante pasti belum makan kan? Ini Rose ada bawain makanan, tante makan dulu pasti Jimin juga sedih ngeliat tante begini." Mama Jimin pun mengangguk kemudian menerima makanan itu dari Rose.

"Kalau gitu Rose mau lihat Jimin dulu ya."

"Sebentar!" Rose berhenti sebelum memasuki ruangan Jimin karena tertahan oleh mamanya Jimin.

"Tante kemarin nemu ini dikamar Jimin. Mungkin buat kamu," ucap mama Jimin kemudian memberikan sebuah foto usang yang mungkin sudah sangat lama dan di bagian belakang foto itu terdapat tulisan yang entah berisi tentang apa. Rose akan membacanya nanti.

Setelah itu masuklah Rose di ruangan Jimin. Jimin terbaring lemah di atas bangsal rumah sakit itu dengan beberapa alat pernafasan dan beberapa alat lainnya menempel di tubuhnya. Rose duduk sambil memegang erat tangan Jimin. Itu sudah jadi kewajibannya selama beberapa bulan ini.

"Lo jahat tau gak." Rose mulai berbicara.

"Lo nyakitin gua berkali-kali."

"Lo selalu buat gua nangis."

"Lo gak pernah buat gua bahagia."

Tes.. Tess.

Air mata Rose mulai menetes tapi bibirnya tetap tersenyum dan matanya menatap seseorang yang tengah terbaring itu meski ia tidak bisa ditatap kembali. Jujur saja, Rose merindukan semua itu. Jika saja waktu bisa di ulang kembali, Rose tidak akan pernah membiarkan malam itu terjadi. Kenapa bukan dia saja yang terbaring disitu? Kenapa harus Jimin?

Tuhan itu adil, mungkin begini caraNya memberi hambanya karma.

"Lo selalu jadi pusat kesedihan gua."

"Gua benci sama lo tau gak!! Benci banget!"

"Saking bencinya, gua pen mati aja rasanya, hiks."

Tangisan Rose mulai menderas tapi sebisa mungkin dia berusaha meredamnya. Tangan kanannya bergerak menyentuh pipi Jimin dengan lembut berharap ia cepat terbangun dan melihat siapa yang merindu di sini. Air matanya terus menetes sembari tangannya menggenggam erat tangan Jimin seolah tak mau kehilangannya.

"Hiks.. Bangun! Katanya lo kuat hiks! KENAPA LO JADI LEMAH GINI SIH!!" nada bicara Rose mulai meninggi.

"Please bangun, gua mohon hiks." Rose menunduk kemudian. Percuma rasanya dia menangis, tak ada lagi yang perlu ditangisi.

Just Friend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang