Chapter 9- Tak Mengerti

1.5K 206 20
                                    

Author POV

A-Yao terdiam. Dan Mingjue melepaskan ciumannya. Meskipun wajahnya memberikan kesan marah. Dalam hatinya ia gemas terhadap istrinya.

"Lebih baik kau diam atau kau akan habis," ancam Mingjue.

A-Yao mengangguk. Mingjue membawa A-Yao balik ke Unclean Realm. Sesampainya di Unclean Realm. Seseorang dengan dua pelayan yang membawa masing masing satu papan kayu di sisi kiri dan kanan, menemui mereka.

"Mau dijalankan sekarang hukumannya?" tanya orang itu dengan tidak tega.

A-Yao bergidik ngeri. Meskipun pernah dihukum seperti itu, ia takut untuk mengalaminya. Meskipun ia kebal dengan rasa sakitnya, ia tak ingin merasakannya lagi.

Nie Mingjue menatap A-Yao dengan wajah datar. A-Yao kembali menatapnya dengan muka yang pucat pasi.

"Tidak perlu hukuman," ujar Nie Mingjue.

Ungkapannya benar-benar sukses menghebohkan Sekte Nie. Bagaimana bisa seorang ChiFeng-Zun dengan mudahnya memaafkan seseorang? Sejak kapan!

Orang tersebut mengerti dan membubarkan dua pelayan itu. A-Yao juga bingung dan menatap mata Nie Mingjue yang tajam.

Mingjue.... apakah itu kau?

Nie Mingjue pun membawa A-Yao ke kamarnya. Ia menurunkan A-Yao di ranjang. Lalu ia pergi keluar dan mengunci pintu kamarnya. A-Yao hanya terduduk di sana sambil menatap kepergiannya.

'Aku tak mengerti,' bisiknya dalam hati.

Jin Guangyao POV

Mengapa ia ingin berbuat seperti itu? Kenapa gosip seorang ChiFeng-Zun yang akan membantai siapa pun yang baginya salah itu tak terjadi padaku?

Aku tak mengerti. Benar-benar tak mengerti. Aku bangun dan berusaha membuka pintu itu. Terkunci. Aku benar-benar lelah untuk saat ini. Aku tak ingin memikirkan rencana untuk kabur. Aku pun kembali ke ranjang. Merebahkan diriku.

Ingin tertidur tapi tak bisa. Ingin berbuat sesuatu tapi malas. Mati saja sana! Huuuft...

Aku pun bangun dari ranjang, berkeliling di dalam kamar itu. Yah, sebagian besar aku telah melihatnya. Bosan, cukup bosan.

Setelah puas berkeliling aku kembali duduk di ranjang. JUJUR SAJA AKU SEPERTI SEMUT YANG TERKENA AIR GARAM! SANGAT TIDAK NYAMAN SAMPAI INGIN MATI! Si tua itu apakah dia tidak memiliki rasa simpati terhadap orang sepertiku?! Bagaimana bisa kau mengurung orang yang suka berjalan-jalan di dalam kamar ini?!

Aku pun berguling-guling di ranjang. Persetan dengan rambut berantakan! Dan kembali terdiam. Hahhh.....

Sudah malam dan Nie Mingjue masuk ke kamar.

"Hah.... sudah kapok? Sekarang waktunya makan malam," ujarnya.

Aku pun menganggukkan kepalaku. Nie Mingjue keluar dan aku merapikan pakaianku dan rambutku. Lalu, aku keluar dan mengikutinya.

Aku telah sampai di ruang makan khusus keluarga Pemimpin Sekte Nie. Aku duduk bersebelahan dengan Mingjue. Selain Huaisang, di sana ada seseorang yang belum aku kenal sebelumnya. Aku mendekati telinga Mingjue dan berbisik.

"Siapa orang yang di sana?" tanyaku seraya menunjuk sedikit.

"Sepupu pihak ibu. Dia adalah Sha MoRan. Pangeran ke-2 Kerajaan Sha. Dia ingin menginap di sini sekitar.... satu bulan," jawabnya.

Aku terkejut.

"Kau memiliki hubungan darah dengan anggota keluarga kerajaan? Hebat!"

"Saudara Mingjue, omega yang ada di sampingmu..... adalah istrimu?" tanya Sha MoRan.

Aku tersentak dan kembali pada posisi semula. Nie Mingjue tersenyum dan mengangguk.

"Waaah Mingjue kita sudah dewasa yaa. Kupikir kau takkan menikah. Kenapa tak mengundangku dan yang lainnya?" tanyanya.

Mingjue terdiam. Ekspresinya berubah menjadi dingin.

"Maaf Saudara Sha. Sepertinya surat undangannya tak terkirim," jawab Mingjue.

"Aaah tidak apa-apa," ujar Sha MoRan.

Sepertinya hubungan mereka tidak baik.

Setelah selesai makan malam...

Aku pergi untuk mandi setelah Mingjue. Lalu, seperti biasa aku memakai baju tidur dan bersiap-siap untuk tidur. Nie Mingjue kembali tidur pada tempatnya seperti biasa.

"Mingjue," panggilku.

"Hm."

"Kenapa kau tidak menghukumku?" tanyaku.

"....."

Hening.

"Halo? Mingjueeee."

"Bukan urusanmu," jawabnya.

Aku terdiam. Aku bangun dari tempat tidurku lalu mendekati Mingjue.

"Tapi, bukankah kau tidak pernah bertoleransi terhadap orang yang berdosa? Aku berdosa. Kenapa kau tidak menghukumku?"

"Jika aku menjawab karena aku peduli padamu. Apakah kau akan mempercayaiku?"

Aku terdiam. Lalu tertawa canggung.

"Kau bercanda."

"Nah karena kau tidak mempercayaiku bisakah kita lupakan masalah ini? Aku lelah dan ingin tidur."

Dia berbalik dan tertidur. Aku menghela nafasku. Lalu balik ke ranjang.

Tetap saja aku masih tak mengerti. Atas dasar apa dia peduli padaku? Dia bahkan tak menyukaiku.

Lalu aku tertidur.

-to be continue-

You [mdzs fanfic bl]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang