Chapter 37- Nie Mingyao

1.1K 134 86
                                    

Author POV

8 tahun kemudian...

Hari ini adalah hari pertemuan para sekte (kecuali Wen Chao, Sekte Wen hanya ada Wen Ning) yang biasa dilakukan oleh para pendahulu sebagai tradisi. Tak lupa anak-anak mereka juga dibawa beserta ibu mereka. Hanya saja meskipun dalam satu tempat, terdapat tiga kelompok yaitu kelompok orang tua, kelompok anak-anak, dan kelompok remaja [Jin Ling, Lan Sizhui, Lan Jingyi (nikah muda dan termasuk remaja), dan Huaisang (nikah muda dan termasuk remaja)]

Lan Hong (anak XiCheng), Jin Huo (anak ke-2 Jin Zixuan), Nie Qi, Wen Rong, dan Wen Ran bermain bola bersama.

Para orang tua juga sedang mengawasi anak-anak sambil mengobrol santai. Anak-anak itu bermain dengan girangnya.

"Yah! Bolanya jatuh ke dalam lubang!"

Teriakan Jin Huo sukses menarik perhatian kelompok remaja dan orang tua. Kelompok remaja yang berada di samping kelompok orang tua pun ingin membantu, tapi segera dicegah Mingjue.

"Biarkan mereka berpikir sendiri."

Anak-anak itu berkerumun di lubang yang dimasuki bola itu. Mereka tak lain dari kerumunan semut yang mengelilingi gula.

"Bagaimana ini?" ujar Lan Hong.

"Jika bolanya tidak ada, kita tidak bisa main." Wen Ran memanyunkan bibirnya.

"Rong-Gege memiliki lengan yang panjang! Bagaimana jika Rong-Gege mengambilnya?" usul Jin Huo.

"Tapi aku tak yakin bisa. Karena lubangnya sangat dalam."

"Haiya coba saja ba."

Wen Rong pun mengangguk. Ia berusaha mengambil bolanya. Namun tidak berhasil.

"Sudah kubilang kan?"

"Bagaimana ini? Lengan tangan Rong-Gege saja tidak bisa apalagi kita."

"Apakah ada tongkat di sini?" usul Lan Hong.

"Tidak ada."

Anak-anak itu mengelilingi lubang itu dengan gelisah. Entah kenapa di mata para remaja dan orang tua itu malah terkesan menggemaskan.

Nie Qi mendapatkan ide.

"Gege-gege, Qi-er telah mendapatkan ide!"

Pandangan anak-anak itu beralih ke Qi-er, mata mereka berbinar. Seperti mendapatkan harapan baru.

"Gege-gege tolong bantu Qi-er membawa tiga ember berisi air."

Mereka semua awalnya bingung. Mereka saling menatap satu sama lain kecuali Qi-er. Lalu mereka seperti merundingkan sesuatu lagi. Astaga ini seperti dalam pemilu saja! Ckckck.

"Untuk apa kita membawa ember berisi air?"

"Kita lihat saja nanti." Qi-er mengedipkan sebelah matanya dengan genit. Itu sukses membuat para orang tua terkikik geli.

Anak-anak itu akhirnya membuntuti Qi-er dengan bingung. Mereka tak lama pun kembali sambil bergotong membawa tiga ember air.

"Tuang!"

Mereka pun bergotong menuangkan satu ember air ke dalam lubang. Lalu kedua dan disusulkan yang ketiga. Lubang itu terisi penuh dengan air.

Mereka semua kembali mengerumuni lubang itu. Tak lupa dengan diskusi mereka.

"Apa kau yakin ini akan berhasil?" tanya Lan Hong.

"En."

"Bagaimana jika tidak berhasil?" tanya Jin Huo.

"Kita bermain petak umpet saja," jawab Qi-er.

"Tapi.... tapi... di sini tidak banyak tempat persembunyian," ujar Wen Rong.

"Bagaimana dong?"

"Ya sudah kita leyeh-leyeh di tanah," jawab Qi-er.

"Tapi itu akan sangat membosankan~!"

Lalu tak lama bola pun mengapung dan muncul di permukaan. Raut wajah khawatir mereka pun hilang.

"Yeeyyy! Bolanya bisa diambil!"

Mereka segera mengambil bola yang basah itu. Itu sukses membuat para orang tua dan remaja terkejut. Dan ini menarik perhatian Mingjue.

"Qi-er kemarilah!" ujar A-Jue.

Qi-er menoleh ke ayahnya. Ia berlari mendekati ayahnya.

"A-Die~!"

A-Jue pun segera menggendong Qi-er yang berada di hadapannya.

"Siapa yang mengajarimu jika air bisa mengapungkan bola? Ibumu?"

Qi-er menggeleng.

"Benarkah?"

Qi-er mengangguk.

"Lalu bagaimana pola pikirmu?"

Qi-er tersenyum jahil.

"Beritahu tidak ya?"

A-Jue segera mencubit pipi Qi-er.

"A-Die serius."

Setelah A-Jue melepaskan cubitannya, Qi-er pun membuka suara.

"Qi-er hanya berpikir, jika air bisa mengapungkan kapal, air pasti bisa mengapungkan bola."

A-Jue mendengus puas. Ternyata sesederhana itu?

"Penjelasan singkat yang bagus."

A-Jue menurunkan Qi-er. Qi-er pun bermain lagi dengan gege-gegenya. Kaki mungil dengan tubuh mungil itu bergerak lincah mengejar gege-gegenya yang asik bermain.

"Gege-gege! Gege-gege!"

Melihat itu para orang tua terkekeh geli melihat aksi gemas anak itu.

"Qi-er sangat cerdas. LianFang-Zun anda sangat beruntung," ujar Yanli.

A-Yao tersentak dari lamunannya sedari tadi. Sejak melihat ide luar biasa Qi-er, A-Yao memang sudah melamun sedari tadi.

A-Yao dengan gugupnya tersenyum.

Aku sendiri bahkan tidak tahu jika Qi-er bisa seperti itu

-to be continue-

You [mdzs fanfic bl]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang