Chapter 11- Menggoda

1.6K 200 61
                                    

Author POV

Sudah satu jam berlalu, Nie Mingjue berusaha untuk berjalan.

"Bagaimana? Sudah bisa?" tanya A-Yao.

"Iya, sudah bisa," jawab A-Jue.

A-Yao menghela nafas lega.

"Jadi..., apakah kau masih ingin mengajakku berkeliling di sini atau kita balik?" tanya A-Yao.

"Hmmm.... sebenarnya aku masih ingin mengajakmu berkeliling. Tapi.. janji jangan apa-apakan aku," jawab Mingjue.

A-Yao tertawa terbahak-bahak sampai ia berguling-guling di lantai rumah pohon. Ia menangis bahagia.

A-Yao mengusap mata kanannya.

"Tenanglah! Aku takkan menendang 'pisang'-mu lagi!" ujar A-Yao.

'Awas jika kau menyukaiku. Akan ku buat kau tak bisa berjalan suatu saat!' batin Nie Mingjue berteriak.

Nie Mingjue mengeluarkan senyuman aneh sejenak. Lalu, ekspresi wajahnya jadi datar.

"Ikut aku," ujarnya.

Dan mereka sekarang berada di depan pohon dengan buah yang memenuhi hampir seluruh tangkainya.

"Buah-buah ini sangat manis. Kau ingin mencoba?" tawar Nie Mingjue.

A-Yao mengangguk. Nie Mingjue berusaha memanjat pohon.

"Eeh. Tak perlu memanjat! Aku ada ide!" teriak A-Yao.

"Apa itu?" tanya Mingjue.

A-Yao celingak-celinguk. Mencari kayu rotan. Dan kebetulan ada rotan yang sangat panjang. Apalagi, kayu rotan itu tak ada akar dan tak bergelantungan di pohon lain. Ukurannya juga pas-pasan untuk dijadikan cambuk.

Salah satu ujung rotan itu dibuat simpul yang membentuk lingkaran oleh A-Yao.

"Mingjue kemarikan lenganmu," ujarnya.

Mingjue mengulurkan lengan kanannya. Dan...

Crak!

..... ummm..... Baju lengannya dirobek oleh A-Yao. Full.

".........................................."

A-Yao membungkus simpul lingkaran itu. Membentuk semacam kantung berlubang.

Ekspresi Mingjue gelap. Seluruh udara di sekitarnya dingin. Bisakah kalian bayangkan seperti apa ekspresinya sekarang? Haha!

Mingjue terus menatap A-Yao dengan ekspresi itu. A-Yao yang merasa diperhatikan pun akhirnya membalas tatap.

"Kenapa kau lihat aku seperti itu? Naksir?" tanya A-Yao sedikit jengkel.

"Iya," jawab Mingjue.

A-Yao terkekeh pelan.

"Kau salah minum obatkah? Atau masih ling-lung karena ku baru saja menendang 'pisang'-mu?" ujarnya.

"A-Yao."

Mingjue memegang kedua bahunya.

"Tidak bisakah kau mengerti keadaanku sekarang?"

A-Yao berkeringat dingin. Ia baru sadar jika ia berbuat lancang pada pakaian seorang ChiFeng-Zun.

"Haha! Huuush! Udara sangat panas ya sekarang! Mari kita ambil buahnya dan memakannya sambil berjalan!" ujar A-Yao seraya mengipasi dirinya dengan tangannya.

Nie Mingjue melepaskan kedua tangannya pada bahunya. Lalu, mengusap dadanya.

'Sabar.... jangan jantungan.... jangan jantungan atau kau akan mati perjaka,' bisik Mingjue dalam hati.

A-Yao mengambil sebuah kerikil. Kerikil itu dimasukkan ke dalam kantung berlubang cambuk rotannya. Ia mengayunkan cambuk rotan itu dan melemparnya ke arah buah itu. Dan dua buah pun terjatuh.

"Nah untukmu," ujar A-Yao.

Dan mereka berdua makan sambil berjalan mencari udara segar. Setelah selesai makan, mereka ingin balik. Tapi...

"Uuuh... ChiFeng-Zun.... jika Para Sekte Nie melihat lenganmu......."

Mingjue melihat baju lengannya yang dirobek. Kebetulan, A-Yao sedang menggunakan mantel biasa khas Sekte Nie.

Sebenarnya, ia ingin memintanya baik-baik. Tapi, ia baru terpikir cara untuk membalas dendam.

Mingjue menarik pergelangan tangan A-Yao dan memutarnya. Buah A-Yao terjatuh dan A-Yao shock. Dan saat A-Yao berusaha mengikuti gerakan putaran Mingjue supaya pergelangannya tidak terpelintir. Saat ia berbalik, ia dipeluk dari belakang. Kedua kakinya dikunci oleh kaki kanan Mingjue dengan kuat. Kedua tangannya dikunci oleh tangan kanan Mingjue dengan kuat.

Mingjue mendekati telinga A-Yao.

"KYAAAAAAAAAAAA! APA YANG INGIN KAU LAKUKAN!!!!!!!!!!"

"Hmm? Kau pikir apa?" goda Mingjue.

Tangan kirinya perlahan-lahan melepaskan mantelnya dari bahu kiri A-Yao.

"TOLONG! ADA PERMERKOSAAN! ADA PEMERKOSAAN! CABUL! CABUUUL!!!!!"

Mingjue berusaha keras untuk menahan tawanya. Sungguh mengerjai A-Yao itu sangat menyenangkan. Lihatlah dia seberapa lucunya dia saat panik.

Mantel di sisi kirinya terlepas. Tangan kirinya melingkari tubuh A-Yao menuruni mantel di sisi kanannya. A-Yao menangis.

"HUWAAAAAA! IBU! KAKAK! ADIK XUANYUUUU! AYAAAAAAH HWAAAAAAAAAA! ANAKMU INI SUDAH MAU DIPERKOSA! ADIKMU INI SUDAH MAU DIPERKOSA! KAKAKMU INI SUDAH MAU DIPERKOSAAAA!"

Mantelnya terlepas. Mingjue melepaskan A-Yao. A-Yao berhenti menangis. Dan sekarang ia kebingungan.

Mingjue tertawa terbahak-bahak dan memakai mantelnya. Ia tertawa sampai berguling-guling di tanah. Ia menangis bahagia.

Wajah A-Yao merah padam. Ia memukul-mukul kepala Nie Mingjue.

"SUAMI DURHAKA! SUAMI DURHAKA! SUAMI DURHAKA!"

"HAHAHAHHA! ADOI ADOI! SUDAH SUDAH SUDAAAH!"

A-Yao berhenti memukulnya dan membelakanginya. Memeluk dirinya sendiri dengan muka yang merah padam. Pundung.

Sudah lama ia berdiam seperti itu. A-Jue mendekatinya.

"Sudah selesai ngambeknya?" tanya Mingjue.

A-Yao tidak mau menjawabnya.

"Oh ayolah! Aku hanya iseng denganmu! Jangan mengambek nona muda!"

"Siapa yang nona muda?!" bentak A-Yao.

"Kalau begitu.... Madam Jin?" goda Mingjue.

Mingjue dipukuli lagi.

"Lihat kau! Lagi-lagi mengerjaiku!"

"Adoi! Adoi! Hei! Itu menyakitkan! Kau Omega tapi pukulanmu sekeras Alpha! Oi! Sakit woeee!"

A-Yao berhenti memukulinya.

"Kalau begitu jangan mengerjaiku lagi. Kau tahu? Kau terlihat seperti om-om cabul ketika mengerjaiku," ujar A-Yao.

"Aaahhh. Tapi, jika aku tidak mau?" goda Mingjue.

"Ingin merasakan tendangan 'pisang' lagi?" ancam A-Yao.

"....... tidak."

"Naaah kalau begitu jadilah anak baik," balas A-Yao.

Mingjue tidak percaya. Bagaimana caranya ia untuk menaklukkan hatinya?! Orangnya saja sudah seperti ibu singa!

Dan mereka pun kembali ke Sekte Nie.

-to be continue-

You [mdzs fanfic bl]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang