Chapter 20- Permainan Catur

1K 126 26
                                    

Author POV

A-Yao sudah berusia 16 tahun. Guangshan menjodohkannya dengan Nie Mingjue. Sekarang, A-Yao sedang berada di aula utama, memprotes sang ayah.

"BAHKAN JIKA PENDAHULU SEKTE NIE TELAH BERJASA PADA SEKTE JIN, ANDA TIDAK HARUS MENGORBANKAN KEBAHAGIAAN ANAK ANDA!"

"JIN GUANGYAO! KAU ADALAH OMEGA SULUNG! KAU TIDAK BOLEH MEMIKIRKAN DIRIMU SENDIRI SAJA! KAU JUGA HARUS MEMIKIRKAN SEKTE JIN!"

"AYAH!"

Guangshan menampar A-Yao.

"KAU MASIH MEMBENTAK AYAHMU HAH?! KAU SIAPA YANG BERANI MENGGERTAKKU!"

A-Yao menitikkan air matanya.

"Bahkan pada akhirnya pun, kau hanya bisa memanfaatkanku. Kau tak pernah memberikan kebahagiaan padaku," balas A-Yao.

A-Yao berlari keluar dari aula utama. Guangshan menghela nafasnya.

"Kau harus mengerti A-Yao...."

A-Yao masuk ke dalam kamar Bibi Mo. Ia segera memeluk Bibi Mo dan menangis.

"Ibu... apakah aku tidak bisa tidak menikahi Pemimpin Sekte Nie? Aku tidak mengenalinya," ujar A-Yao.

"Kehidupan di sekte ataupun kerajaan. Sama seperti permainan catur. Raja dan pemimpin sekte adalah pemain catur. Tentara, pelayan, ratu, putri, Omega sulung, Omega Bungsu, pangeran, tuan muda, selir ataupun istri utama. Hanyalah anak catur yang dimainkan oleh mereka. Putri dan Omega... mengorbankan badan, perasaan, dan harga dirinya. Pangeran dan tuan muda mengorbankan kebebasan. Pelayan dan tentara mengorbankan nyawa. Ratu, selir dan istri utama mengorbankan kebahagiaan. Inilah kehidupan kerajaan ataupun sekte. Semuanya tidak ada kebahagiaan," jawab Bibi Mo.

"Hiks... apakah tidak ada cara untuk mengakhirinya?"

"Takdir adalah takdir. Ia tak memiliki perasaan. Salah satu cara terbaik untuk menjalaninya, hanyalah mengikuti alur. Bahkan jika hidup benar-benar mempermainkan kita."

Bibi Mo mengelus kepala A-Yao pelan.

"Berpikirlah terbuka, setiap pemimpin sekte juga memiliki beban masing-masing. Guangshan adalah ayahmu. Ayah mana yang tidak memikirkan anaknya? Seburuk apa pun dia, dia juga ayahmu. Menjodohkanmu dengan ChiFeng-Zun jugalah sebuah keterpaksaan. Sebuah pengorbanan," ujar Bibi Mo.

A-Yao masih sesegukan walaupun air matanya telah berhenti mengalir.

"Bagaimana dengan Xichen?" tanya A-Yao.

Bibi Mo terdiam sebentar.

"Salam perpisahan," jawab Bibi Mo.

Ekspresi A-Yao kosong. Terlihat hampa dan rapuh. Mau bagaimana pun, sebagai Omega Sulung ia harus bernasib sama dengan Putri Utama Kerajaan. Mengorbankan perasaan, harga diri, dan kesucian tubuhnya. Bahkan jika itu diberikan kepada seorang matahari yang sudah mau tenggelam (raja atau pemimpin sekte yang berumur 50 tahun ke atas).

Untung Mingjue muda☺☺☺☺☺ #authorkoknyempil

Sudah lama ia bersiap-siap. Ia masih tidak bisa menemui Xichen. Matanya terus menatap kosong sekitarnya.

"Yao-er....."

Akhirnya Xichen yang menemui A-Yao dalam kamarnya. A-Yao membalikkan kepalanya untuk melihat Xichen.

"A-Huan......"

"Apa yang terjadi?"

A-Yao tidak menjawab. Ia ragu.

"Lan Xichen."

A-Yao memegang kedua tangan Xichen.

"Jika suatu hari nanti, A-Yao membuat sebuah kesalahan yang membuatmu kecewa. Tolong percayalah... A-Yao tidak bermaksud seperti itu," jawab A-Yao.

"Apa maksudmu?" tanya Xichen.

"Xichen.... Xichen mengenal A-Yao. A-Yao bukan sengaja, A-Yao terpaksa. Benar-benar terpaksa. Xichen jangan marah pada A-Yao. Jangan membenci A-Yao." Suaranya serak, tangannya bergetar, matanya memerah.

Tidak lama, A-Yao menangis tersedu-sedu. Xichen terkejut dan memeluk A-Yao.

"A-Yao? Apa yang terjadi? Hei tenanglah... katakan semuanya dengan pelan-pelan," ujar Xichen.

A-Yao membalas pelukan Xichen. Hatinya terasa sakit. Dadanya sesak.

"Xichen tahu A-Yao. Xichen pasti akan mengerti A-Yao. A-Yao terpaksa! A-Yao terpaksa! Huuuuuuuuu."

Xichen mengelus punggung A-Yao.

-to be continue-

You [mdzs fanfic bl]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang