Chaeyoung masuk kedalam rumahnya sambil berjalan mengendap-endap. Kata Woozi tadi dichat ayahnya sedang marah besar, jadi Chaeyoung harus berhati-hati. Takutnya dapat siraman rohani dipagi hari. Ayah Chaeyoung itu galak banget, Chaeyoung sama Woozi aja takut banget sama ayahnya.
Chaeyoung dan Ezzell masuk kedalam kamar Chaeyoung. Ternyata sudah ada Woozi yang duduk diatas kasur Chaeyoung. Chaeyoung membulatkan matanya saat melihat wajah Woozi yang babak belur.
"Eomeona oppa! (astaga kakak!)" Seru Chaeyoung sambil memegang wajah lebam Woozi.
"Aigo! (aduh!)" Ringis Woozi.
"Kak Woozi kok bisa babak belur gitu? Abis berantem?" Tanya Ezzell.
"Anio, jho chinaesumnida Chae. (Tidak, aku baik Chae.)" Ucap Woozi.
"Keojitmal! (bohong!)" Seru Chaeyoung.
"Oppa (kakak) dipukul sama Appa (papa), semalam tante Lexa datang, tapi kamu nggak ada, jadi Oppa dipukul sama Appa, katanya Oppa nggak bisa jaga kamu." Jelas Woozi.
"Eomeona, mianhamnida. (astaga, maaf.)" Ucap Chaeyoung.
"Kwenchanseumnida. (tidak apa-apa.)" Ucap Woozi.
"Masih sakit?" Tanya Chaeyoung.
"Anio. (tidak.)" Jawab Woozi.
"Oppa Chaeyoung takut kalau Appa akan menikah, tapi Chaeyoung lebih takut lagi kalau Appa akan batal menikah, Chaeyoung takut kalau tante Lexa tidak bisa jadi ibu yang baik, apa lagi Oemma (mama) juga memilih hal yang lebih parah, aku takut oppa." Jelas Chaeyoung. Tubuhnya bergetar, Woozi bisa merasakan itu, karena Chaeyoung memeluknya.
"Maksud kamu? Apa yang lebih parah? Kenapa kamu bilang oemma lebih parah?" Tanya Woozzi.
"Oppa kenal Andreas? Mantan sahabat dekat oppa?" Tanya Chaeyoung.
"Mantan kekasihmu itu? Memangnya dia kenapa?" Tanya Woozi kembali.
"Dia berhubungan dengan oemma, alu takut jika dia akan menghancurkan hidup oemma, dia itu pria brengsek." Jelas Chaeyoung.
"Tenanglah, jika itu terjadi biarlah, kita harus hidup bahagia, walau tanpa kasih sayang dari orang tua kita." Jelas Woozi yang dibalas anggukan oleh Chaeyoung.
<><><>
Setelah melakukan ritual mandinya, Michelle langsung keluar dari kamarnya. Ternyata Papinya belum kembali ke New York. Menyebalkan jika harus satu meja makan dengan Papinya. Namun Michelle harus menjalani sarapan ini, takutnya akan ada perang dunia lagi dirumah ini.
"Michelle Papi mau ngomong sama kamu." Ucap Mike sambil menatap tajam Michelle.
"Chelle kalau Papi bicara diperhatikan dong, jangan liat kebawah terus." Sambung Marchel.
"Papi sama Mami akan kembali ke New York besok, ingat Chelle jangan buat Papi kecewa sama kamu, Papi kasih kamu kebebasan, tapi kamu nggak boleh nyalah gunain kebebasan itu." Jelas Mike, Michelle hanya diam.
"Chelle.." Panggil Vandra.
"Ya kak?" Tanya Michelle.
"Papi lagi ngomong sama kamu, liatin dong Papinya." Ucap Vandra
"Papi sama Mami mau balik ke New York? Terus aku gimana? Kak Michelle mah jail, dia juga kadang-kadang nyubit aku, Papi pergi sendiri aja yah, atau nggak aku ikut sama kalian ke New York." Sambung Michael.
"Michael mau ikut? Minta izin dulu sama kakak." Ucap Melly.
"Kak Acel, Michael boleh ikut Mami sama Papi? Michael mau main salju kak Acel." Pinta Michael sambil menunjukan tatapan puppy eyes.
"Kalau kamu kek gitu kak Acel nggak bisa nolak sayang, kak Acel izinin, tapi kamu minta izin dulu sama kak Icel." Jelas Marchel sambil menatap Michelle.
"Michael nggak perlu izin kak Icel kok, yang penting Michael udah dapat izin dari kak Acel, lagian kak Icel pasti izinin kok." Jelas Michael.
"Chael mau ninggalin kak Icel dirumah? Nanti kalau kak Acel kerja, terus kak Vandra kerja gimana? Kak Icel janji deh nggak bakal jail lagi sama Chael, Pliisss!" Pinta Michelle.
"Kok kak Icel gitu sih, jadinya Michael nggak bisa nolak permintaan kak Icel, Michael nggak jadi deh ikut Papi sama Mami, tapi kak Icel janji nggak bakal jahat sama Michael." Jelas Michael.
"Kakak janji, tapi Chael juga harus janji nggak bakal nakal sama ngompol lagi." Ucap Michelle.
"Janji!" Seru Michael.
Setelah menyelesaikan sarapan yang ditemani suasana mencekam dan juga tegang, mereka kembali kekamar masing-masing. Sebenarnya Michelle bisa mengizinkan adiknya ikut dengan kedua orang tuanya. Tapi hanya adiknya yang bisa membuatnya terus tersenyum. Baginya Michael adalah segalanya.
Michelle mengambil boneka teddy kesayangannya. Dia memeluknya sangat erat. Tanpa Michelle sadari air matanya mulai mengalir dikedua pipinya. Sampai tangisannya benar-benar pecah. Penderitaannya akan tetap terjadi, karena menurutnya ayahnya tak akan pernah berubah.
Ceklek
Pintu kamar Michelle terbuka. Michelle tersenyum saat melihat jagoan kecil kesayangannya. Michael masuk kedalam kamar Michelle.
"Kak Icel kenapa? Kok kak Icel nangis?" Tanya Michael.
"Kakak nggakpapa, Chael janjikan nggak akan ninggalin kak Icel? Kak Icel janji deh nggak akan bikin Chael nangis lagi." Jelas Michelle.
"Michael janji deh nggak akan ninggalin kak Icel, tapi kak Icel nggak boleh nangis." Ucap Michael.
"Makasih yah Chael udah mau temenin kak Icel, abis ini Chael mau nggak jalan sama kak Icel, kita pergi makan ice cream." Ucap Michelle.
"Kak Icel mau kak! Kita berangkat sekarang aja, bentar yah kak aku mau ganti baju dulu." Ucap Michael.
Michael lalu berlari meninggalkan kamar Michael. Michelle tersenyum kecil saat melihat jagoan kecil kesayangannya itu sangat antusias. Michael memang sangat suka hal yang berkaitan dengan ice cream.
<><><>
Holllaaa Gengs!!
Kangen nggak sama aku? Hehehe sori yah aku jarang Up, soalnya aku tuh lagi sibuk belajar buat UN. Bentar lagi aku lulus, makanya kalian harus doain aku lulus biar aku cepet Up.
Sekedar info, nama adenya Michelle itu Michael, bacaanya Maikel. Kalau Marchel, bacaanya Marsel. Kalau Michelle, bacaanya Misyel. Itu aja infonya.
Jangan lupa voment yah!!
Bye..!!
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMVLAK's THE GENGS •SEVENTWICE•
Teen FictionSOMVLAK's THE GENGS, itulah nama geng yang cocok untuk mereka. Otak mereka sama-sama gesrek. Yah mereka sama-sama gila. Memiliki karakter yang berbeda, tapi mereka saling melengkapi, dan saling mengisi kekurangan masing-masing. Dibalik seluruh perbe...