PART|.28

67 5 0
                                    

Hari ini tepat seminggu Arka menjalani masa komanya. Ingin rasanya Syena mengakhiri hidupnya saat ini juga saat Arka tak kunjung sadar. Putus asa, itulah yang Syena rasakan. Melihat Arka terbujur kaku seperti ini adalah sebuah kehancuran yang sangat dalam dihidupnya.

Sama halnya dengan Syena, Angel juga merasakan hal yang sama. Melihat sang saudara kembar sedang terbaring lemah diatas bankar rumah sakit membuatnya sangat hancur. Arka memang sudah melewati masa kritisnya, tapi sampai hari ini Arka masih terbaring dengan kelopak mata yang terpejam.

"Arka.." Lirih Syena.

"Syen jangan kayak gini terus, gue tau lo takut kehilangan Arka, gue juga gitu Syen." Sambung Angel.

"Lo merasa kehilangan pacar lo dan gue kehilangan kakak kembar gue, jangan jadiin Arka alasan buat lo ikutan sakit." Jelas Angel.

"Gue nggak bisa Ngel, gue terlalu takut kehilangan Arka." Ucap Syena.

"Lo takut, gue juga takut, Arka itu kuat, dia selalu kuat buat lo, gue, Mama, Papa, dan juga kak Alvin." Jelas Angel.

Syena tak kuasa lagi menahan air matanya. Syena takut kehilangan Arka untuk selamanya. Kehilangan Arka itu bencana baginya.

'Tuhan jika engkau ingin memisahkan aku dan Arka, tolong cabut nyawaku  sebelum Arka pergi.' Batin Syena.

'Tuhan jangan pernah pisahkan Arka dariku dan juga Syena. Kumohon tuhan.' Batin Angel.

Disisi lain Arka merasa ada yang terus memanggilnya. Arka terus mencari dimana letak suara itu, namun Arka tak kunjung menemukannya. Arka memperhatikan dimana dirinya sekarang? Kenapa tempat ini sangat sepi dan indah?

"Mama?" Arka memegang pundak seorang wanita paruh baya yang ada dihadapannya.

"Kenapa kita disini? Syena sama Angel mana?" Tanya Arka.

"Pulang sayang, semuanya merindukanmu." Ucap wanita paruh baya tersebut. Jennie.

"Bagaimana caranya kita pulang? Tidak ada jalan keluar disini? Kita dimana?" Tanya Arka bertubi-tubi.

"Ikutilah kata hatimu nak, jangan pernah kau salah dalam melangkah."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Jennie menghilang dari hadapan Arka. Arka mengernyitkan keningnya berusaha mencerna ucapan Jennie tadi. Apa maksudnya?

Arka melihat sebuah cahaya yang bersinar terang, lalu Arka mendengar suara tangisan perempuan yang sangat dia cintai. Suara Syena.

Arka masuk kedalam cahaya tersebut dan berusaha mencari suara Syena. Namun suara Syena perlahan menghilang bahkan tak bisa ia dengar lagi.

Syena melihat jari telunjuk Arka bergerak, kelopak matanya mengerjap. Syena tersenyum bahagia saat melihat kelopak mata Arka terbuka sempurna. Walau matanya tak seperti biasa, namun Syena tetap bahagia melihat mata yang sangat dia rindukan selama ini.

"Syen.." Lirih Arka.

"A.. Arka?" Bahagia, terharu, terkejut, dan sebagainya. Arka mengusap pipi Syena.

"Arka?" Angel yang tadinya tertidur, kemudian bangun karena mendengar suara Syena.

"Lo udah sadar?" Tanya Angel, Arka mengangguk.

"Operasi lo berjalan lancar, kata dokter lo cuman butuh banyak istirahat aja." Jelas Angel.

"Makasih." Ucap Arka.

"Lo harus sembuh, lo nggak boleh ninggalin gue." Ucap Angel.

"Hm." deham Arka.

"Kamu mau apa?" Tanya Syena.

"Aku nggak butuh apa-apa, kamu disini aja." Ucap Arka.

"Gue pulang dulu, sekalian gue mau kasih tau Mama, oya lo butuh apa Syen?" Tanya Angel.

"Mm.. Pinjam pakaian lo aja, gue mau mandi disini aja." Ucap Syena.

"Serius lo? Diruangan Arka? Lo yakin disini? Nanti Arka junior bangun lo, emang lo mau tanggung jawab?" Cerocos Angel.

"Sialan lo!" Umpat Arka pelan.

"Masih sakit aja udah ngumpatin gue lo, gimana kalau sembuh?" Ucap Angel sambil mengerucutkan bibirnya. "Yaudah gue pulang dulu, gue ada baju kok dilaci."

"Oke makasih."

Akhirnya Angel pulang dan membiarkan saudara kembarnya itu berdua dengan kekasihnya. Sebenarnya Angel masih ingin diruangan Arka untuk melihat kondisinya, namun kelihatannya Arka lebih suka ditemani Syena.

"Makasih udah mau nunggu aku sampai sadar." Ucap Arka.

"Sama-sama, lagian aku nggak akan pernah ninggalin kamu." Tambah Syena.

"I love you more." Ucap Arka.

"Love you too." Jawab Syena.

<><><>

Chaeyoung tertawa saat mendengar lelucon yang diberikan Dino. Hari ini Dino mengajaknya untuk bertemu dicafe. Tadi Dino sempat menawarkan untuk menjemputnya, namun Chaeyoung menolak. Takutnya Dino bertemu dengan ayahnya. Bisa kelar hidup Dino.

"Oya Chae, aku mau nanya sama kamu." Ucap Dino.

"Silahkan." Jawab Chaeyoung.

"Tentang aku nyatain perasaan aku, kamu mau jadi pacar aku?" Tanya Dino.

Chaeyoung diam, semua kata yang tersusun rapi diotaknya tiba-tiba berantakan. Chaeyoung tak tau harus bicara apalagi. Pertanyaan yang diberikan Dino tak mampu ia jawab.

"Bagaimana Chae?" Tanya Dino.

"Mm.. Kak Dino serius kan sama aku? Nggak ada niatan jadiin aku pelampiasan?" Tanya Chaeyoung, ia ingat dulu Dino pernah cerita bahwa ia ditinggalkan kekasihnya.

"Apa untungnya aku jadiin kamu pelampiasan?" Tanya Dino balik.

"Siapa tau aja kak Dino belum move on dari mantan terus aku dijadiin pelampiasan." Jawab Chaeyoung.

"Nggak ada gunanya aku kayak gitu, toh kalau aku kek gitu mantan aku nggak akan balik sama aku lagi, jadi gimana?" Tanya Dino.

"Mm.. Aku.. Mm.. Ma.. Mau." Jawab Chaeyoung.

"Hah? Tadi kamu bilang apa? Aku nggak denger." Tanya Dino dengan seringai jahilnya.

"Aku mau jadi pacar kamu." Jawab Chaeyoung.

Dino langsung memeluk tubuh Chaeyoung. Chaeyoung tak segan membalas pelukan hangat yang diberikan kekasihnya itu. Mungkin Dino bukanlah pria romantis yang akan menyatakan perasaannya sambil memgang bunga atau sebagainya. Namun Chaeyoung suka cara Dino menyatakan perasaannya.

<><><>

Holllaaa Gengs!!

Maaf yah jarang UP, aku lagi sibuk belajar buat UN. Bentar lagi mamak author bakal lulus, nggak ada gitu doa dari kalian buat mamak author? Yang udah doain makasih yah!

Jangan lupa voment yah!!

Bye..

SOMVLAK's THE GENGS •SEVENTWICE•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang