Pagi ini adalah pagi yang sangat membosankan menurut Devano dan juga istri tercintanya. Mereka berdua sedang bermalas-malasan diatas tempat tidur. Dari semalam anak mereka---Raza, terus menangis tanpa henti. Sekarang Raza sudah terlelap sejak pukul lima subuh.
Devano memeluk Ezzell dari belakang lalu menghirup aroma tubuh istrinya. Aroma tubuh Ezzell selalu menjadi candu Devano beberapa bulan terakhir. Ezzell merasa geli dengan perlakuan suaminya ini.
"Dev udah ahh mending kamu bangun terus mandi." Ucap Ezzell sambil menyingkirkan tangan kekar suaminya dari perutnya.
"Aku lagi nggak ada jadwal kuliah hari ini." Ucap Devano tanpa membuka matanya.
"Kalau nggak kekampus mending kekantor Papa aja. Atau kamu pergi sama kak Nathan aja." Jelas Ezzell.
"Aku mager nih sayang. Aku lagi pengen sama kamu aja. Mending kita buat adik aja untuk Raza." Kalimat terakhir yang diucapkan Devano barusan membuat Ezzell terbelalak.
"Makin mesum aja yah kamu! Aku lagi ada tamu bulanan. Jadi nggak bisa gitu-gitu sama kamu." Devano tersenyum tipis. Dia tau betul bahwa istrinya itu sedang berbohong.
"Emang tamu bulanan itu tiap hari yah sayang? Minggu lalu kamu bilang kamu lagi dapet. Sekarang emang masih dapet? Jangan bohongin aku loh. Dosa!" Devano menjawil hidung Ezzell yang sudah merubah posisinya menghadap Devano.
"…"
"Yaudah kalau kamu emang nggak mau, aku mau mandi terus pergi aja." Ucap Devano yang pura-pura ngambek.
"…"
"Oya kalau aku nggak pulang jangan nyariin aku yah."
Ezzell mencekal tangan Devano yang sudah berdiri. Mata Ezzell langsung berkaca-kaca saat melihat Devano yang mulai ngambek dengannya. Sungguh Ezzell tak bisa marahan dengan suaminya ini. Itu sangat menyakitkan.
"Serius aku lagi dapet sekarang. Yang kemarin itu aku bohong. Maafin aku yah, kamu jangan ninggalin aku sayang." Ezzell mulai terisak. Melihat istrinya menangis membuat Devano merasa bersalah.
"…"
Ezzell langsung memeluk Devano yang hanya diam. "Aku mohon banget sama kamu jangan pergi. Kamu nggak boleh nyari kepuasan diluar sana. Tunggu aku sampai selesai dapet. Aku mohon!"
"Nggak mungkin aku ninggalin kamu sayang. Aku itu sangat mencintai kamu dan anak kita. Aku nggak akan pernah nyari kepuasan diluar sana. Untuk apa bayar orang lain kalau ada yang gratis dirumah." Jelas Devano yang mendapat pukulan dari Ezzell.
"Kok kamu nyebelin sih? Kamu fikir lucu? Aku kira kamu bakal ninggalin aku." Ezzell mengerucutkan bibirnya.
"Kamu itu segalanya buat aku, ditambah lagi anak kita. Kebahagiaan aku itu cuman kamu sayang, nggak ada yang lain." Devano mengecup bibir Ezzell.
Devano menangkup wajah Ezzell dengan kedua tangannya. Jantung Ezzell berdetak lebih kuat saat melihat wajah Devano yang sangat dekat dengannya. Ezzell menutup matanya saat melihat Devano akan menciumnya lagi. Namun..
"Aku mau mandi dulu sayang, jangan kangen." Bisik Devano. Nafasnya menerpa telinga Ezzell.
Ezzell membuka matanya saat melihat Devano yang sudah berlari kearah kamar mandi. Ezzell berdecak kesal dengan tingkah suaminya yang jahil tingkat akut. Devano sangat sering seperti ini. Untung saja Ezzell tidak seperti wanita PMS yang lain. Kalau tidak bisa nggak dikasih jatah setahun nih Devano.
"AAA DEVANO KAMU NGESELIN BANGET SIH JADI MANUSIA!" Teriakan Ezzell membangunkan putra kecilnya, Raza.
"Aaa!!" Tangisan Raza menggema dikamar Devano dan Ezzell.
Ezzell menggaruk tengkuknya, lalu menggendong Raza yang berada dalam box bayi. Ezzell mengecup kedua mata Raza agar berhenti menangis. Untungnya bocah yang usianya hampir setahun itu langsung menghentikan tangisannya.
"Sayang jangan nangis lagi yah, kamu kan baru berhenti nangis dua jam yang lalu." Ucap Ezzell sambil menepuk-nepuk bokong Raza.
Raza langsung terdiam digendongan ibunya. Ezzell tersenyum saat merasa nafas Raza mulai teratur. Devano keluar dari kamar mandi dan masih menggunakan handuk yang menutup bagian bawah tubuhnya. Ezzell menatap tajam kearah Devano yang sedang mengeringkan rambutnya.
"Kamu kok usil banget sih jadi orang? Untung aja Raza nggak lanjut nangis lagi." Omel Ezzell sambil menidurkan Raza diatas ranjangnya.
"Hehehe maaf sayang, abis tadi aku gemes banget sama kamu." Devano mencubit pipi Ezzell, alhasil pipi Ezzell jadi merah.
"Sakit Dev! Kamu ini makin hari makin usil aja jadi manusia. Nyebelin!" Gerutu Ezzell.
"Maaf yah sayang." Ucap Devano yang diberikan satu anggukan dari Ezzell.
"Oya kamu jagain Raza aja dirumah, kan kamu nggak ada kerajaan atau jadwal kuliah. Aku mau hangout bareng anak-anak." Jelas Ezzell yang membuat Devano terbelalak. Sebenarnya Devano ada mata kuliah hari ini, tapi dia ingin berduaan dengan istrinya.
"Ehh sayang kamu dirumah aja, jagain anak kita. Atau nggak aku temenin kamu jalan."
"Giliran disuruh jagain Raza nggak pernah mau. Dasar suami pemalas tingkat akut!"
"Hehehe sayang aku temenin kamu jalan yah!"
"Nggak usah! Aku bisa pergi sendiri! Biar aku aja yang jagain Raza."
Ezzell berjalan kearah kamar mandi sambil memegang Baju yang akan dia gunakan nanti. Devano menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sungguh dia merasa bersalah pada istrinya. Namun Devano bingung bagaimana cara menjaga Raza. Pasalnya bocah itu terus menangis jika tanpa ibunya.
<><><>
Holllaaa Gengs!
Huhuy Author UP lagi! Gimana sih alur cerita ini? Author aja nggak paham. Uhh Author udah jadi Oma nih. Udah punya dua cucu. Hehehe Author gila kali yak? Maklum lah Author lagi galau nih.
Jangan lupa voment yah!
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMVLAK's THE GENGS •SEVENTWICE•
Novela JuvenilSOMVLAK's THE GENGS, itulah nama geng yang cocok untuk mereka. Otak mereka sama-sama gesrek. Yah mereka sama-sama gila. Memiliki karakter yang berbeda, tapi mereka saling melengkapi, dan saling mengisi kekurangan masing-masing. Dibalik seluruh perbe...