Bau obat-obatan mendominasi tempat yang biasa disebut rumah sakit ini. Kevin tak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan adik dan juga kekasihnya. Sudah dua jam dokter menangani Syena dan Michelle, namun belum ada tanda-tanda dokter untuk keluar dari ruang yang biasa disebut ICU itu.
Keluarga Kevin sudah datang setelah setengah jam Syena dan Michelle tiba dirumah sakit. Disusul kedatangan Marchel, Vandra, dan Michael. Tak lama setelah itu Angel dan Arka datang. Adik Michelle tak henti-hentinya menangis saat tahu kakaknya mengalami kecelakaan. Bocah enam tahun itu sangat takut kehilangan kakak perempuannya.
"Kak Icel.." Lirih Michael disela isak tangisnya.
Vandra hanya bisa mengusap punggung Michael untuk menenangkan adik iparnya itu. Vandra juga merasakan apa yang dirasakan Michael saat ini.
"Michael jangan nangis, nanti kak Rara juga nangis." Ucap Vandra.
"Hiks.. Kenapa kak Icel kayak gini? Aku hiks.. Takut kehilangan kak Icel. Aku janji nggak akan nakal lagi, asal kal Icel bangun. Hiks.." Ucap Michael sesenggukan.
"Jangan nangis lagi yah, kak Icel pasti sadar buat kamu. Kak Icel pasti kuat kalau kamu kuat." Ucap Vandra.
Vandra mengusap pipi gembul Michael, menghapus bekas air mata yang tersisa dikedua pipinya. Hampir sama dengan Michael, Kevin sama sedihnya dengan calon adik iparnya itu. Bibir Kevin bergetar karena takut apabila terjadi sesuatu dengan dua gadis yang sanga dia cintai.
Begitu juga dengan Arka, pria itu juga hampir menangis jika saja Angel tal mengingatkannya. Arka terus berusaha agar air matanya tak jatuh sia-sia. Arka jadi tahu bagaimana perasaan Syena waktu ia koma dulu. Bagaimana terpuruknya Syena melihat orang yang dia cintai sedang terbaring tak sadarkan diri.
Ceklek..
Pintu ruang ICU terbuka menampilkan dua orang wanita yang menggunakan snelli putih dan stetoskop dilhehernya. Clarissa, ibu Syena buru-buru berdiri dan mendekati dokter yang menangani kedua gadis yang sedang terbaring didalam ruangan tersebut.
"Bagaimana keadaan anak-anak saya dok?" Tanya Clarissa.
"Untuk Michelle, kami sudah menanganinya dan Alhamdulillah denyut nadinya sudah normal. Sekarang Michelle sedang melakukan transfusi darah. Michelle kehilangan banyak darah, sehingga kami harus memberikan dia empat kantung darah." Jelas dokter yang bernama Livia.
"Kalau untuk Syena, saya masih belum bisa memastikannya. Kepala Syena terbentur terlalu keras. Sekarang Syena dalam kondisi kritis, kita hanya bisa berdoa untuk kesembuhannya." Jelas dokter Anisa.
Tubuh Kevin dan Arka menegang seketika saat mendengar penjelasan dokter Anisa. Sebegitu parahkah kondisi Syena sekarang? Clarissa langsung jatuh pingsan saat mendengar bahwa putri bungsunya itu sedang dalam kondisi yang tidak baik.
"Dokter lakukan yang terbaik untuk anak saya. Saya akan bayar berapapun biayanya, asal putri saya selamat." Ucap Alvaro, ayah Syena dengan nada tegasnya.
"Saya pasti akan melakukan yang terbaik, tapi kesembuhan Syena tergantung doa dari kalian. Pasti Allah akan menyembuhkan Syena." Jelas dokter Anisa.
Dua dokter itu melenggang pergi meninggalkan mereka semua. Clarissa langsung dipindahkan keruang ICU. Alasannya karena ruang ICU yang paling dekat. Sudah beribu doa yang diucapkan Kevin. Begitu juga Arka. Doa agar Syena selamat.
"Gue mau bicara sama lo." Kevin mendongak menatap pria yang berdiri dihadapannya. Marchel menatap Kevin dengan sorot mata dingin.
Kevib berdiri, lalu mereka berdua meninggalkan yang lainnya didepan ruang ICU. Tak ada yang membuka suara. Marchel menatap kedepan datar. Kevin juga tak mau membuka suara. Lidahnya kelu untuk bicara.
"Lo udah tau kalau Michelle lagi ada masalah?" Tanya Marchel. Kevin langsung menatap kearah Marchel.
"Michelle dijodohin." Ucap Marchel.
Deg..
Jantung Kevin berdetak tak beraturan sekarang. Masalah apa lagi ini? Kenapa banyak sekali masalah akhir-akhir ini? Jujur Marchel tak bisa melihat Michelle sedih jika harus menerima perjodohannya. Namun tak ada yang bisa merubah keputusan Mike, ayah mereka.
"Lo harus perjuangin Michelle, jangan sampai dia harus jadi bayaran untuk uang yang diberikan partner kerja bokap gue." Jelas Marchel.
"Michelle dijodohin sama siapa?" Tanya Kevin.
"Dia dijodohin sama partner kerja bokap gue. Namanya Duta Wira Kartajaya." Ucap Marchel.
Deg..
Jantung Kevin kembali berdetak tak karuan saat mendengar nama yang diucapkan Marchel. Duta Wira Kartajaya? Putra semata wayang dari Hariyanto Kartajaya dan Aldina Jovanka. Apa maksudnya ini? Michelle dijodohkan dengan sepupunya? Kenapa tuhan tak adil pada Kevin?
"Namanya Duta Wira Kartajaya? Pewaris Kartajaya Group?" Tanya Kevin.
"Lo tau?" Tanya Marchel balik.
"Gue kenal dia, kenal banget, gue sepupunya. Nyokapnya itu kakak bokap gue." Ucap Kevin.
"Berarti lo harus siap bersaing dengan sepupu lo, jangan menyerah hanya karena lo sama dia sepupu. Ingat cinta Michelle buat lo, jangan jadi banci." Marchel menepuk bahu Kevin, lalu melenggang pergi untuk kembali keruang ICU.
Kevin tak bisa menghadapi semua masalah ini dalam waktu bersamaan. Mulai dari Syena yang kritis, Michelle yang mengalami kecelakaan, dan sekarang Michelle dijodohkan dengan sepupunya. Sepupu yang sangat menjadi panutannya.
"Duta, sekarang lo yang akan jadi bahan permainan gue." Ucap Kevin sambil mengepal kedua tangannya.
"Berani lo deketin Michelle, berarti lo buru-buru pengen masuk dalam tanah." Ucap Kevin.
<><><>
Holllaaa Gengs!
I'm comeback. Huh akhirnya Kevin tau juga yah tentang perjodohan Michelle. Duh greget deh. Mamak author makin semangat. Apalagi kalau kalian bayar Mamak pake voment. Beuh pasti kalian bakal dapat double up.
Kevin: Woi Mak, napa abang sepupu gue sih yang dijodohin sama Michelle? Kagak ada yang lain?
Author: Kagak tau, tiba-tiba aja Mamak kepikiran gitu, terus jadiin abang sepupu lo yang dijodohin sama Michelle.
Kevin: Kan masih ada yang lain.
Author: Nggak bisa Kevin! Lo kagak tau aja gimana perjuangan gue!
Kevin: Yaudah, jangan marah lah Mak, nanti cantiknya ilang.
Author: Guombal!
Jangan lupa voment yah!
Bye..
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMVLAK's THE GENGS •SEVENTWICE•
Teen FictionSOMVLAK's THE GENGS, itulah nama geng yang cocok untuk mereka. Otak mereka sama-sama gesrek. Yah mereka sama-sama gila. Memiliki karakter yang berbeda, tapi mereka saling melengkapi, dan saling mengisi kekurangan masing-masing. Dibalik seluruh perbe...