Chaeyoung masuk kedalam kamarnya, ternyata ada Woozi didalam sana. Chaeyoung mengernyitkan keningnya melihat Woozi yang sudah sangat rapi. Setaunya hari ini Woozi sedang tidak ada acara, atau pertemuan.
"Annyeong. (halo.)" Sapa Chaeyoung.
"Chae sini dulu oppa (kakak) mau ngomong." Ucap Woozi.
"Ada apa?" Tanya Chaeyoung.
"Oppa akan pindah ke Korea setengah jam lagi, Appa (papa) sudah mempersiapkan semuanya, oppa akan kembali setelah kamu lulus SMA." Jelas Woozi.
"Apa?! Kenapa harus pergi? Apa salah oppa? Chaeyoung juga mau ikut oppa ke Korea." Ucap Chaeyoung sambil mengeteskan air matanya.
"Chae Appa sudah yakin dengan keputusannya, Appa sengaja memindahkan Oppa karena menurutnya Oppa tak bisa menjaga kamu, maafkan Oppa Chae karena membuat kamu harus tinggal sendiri." Jelas Woozi, Chaeyoung hanya menunduk tak mampu menjawab penjelasan kakaknya.
"Chae ingatlah kamu tidak sendiri disini, ada teman-temanmu disini, ada Appa, Oemma, dan masih banyak lagi." Jelas Woozi lagi.
"Oppa janji akan telfon kamu tiap hari, video call sama kamu tiap hari, Oppa akan kasih kabar ke kamu tiap hari, oke?"
"Ne, tto manapsida. (Ya, sampai jumpa.)" Ucap Chaeyoung.
"Kamu antar Oppa kebandara yah, ayo ganti baju, nggak lama lagi pesawat take off." Jelas Woozi.
Woozi keluar dari kamar adiknya, untuk menuju kamarnya. Sedangkan Chaeyoung memilih mengganti pakaiannya. Ingin rasanya ia mengakhiri hidupnya saat ini juga. Ia sangat membenci ayahnya. Dipisahkan dengan Woozi itu sangat berat bagi Chaeyoung, sang penyemangat hidupnya akam pergi meninggalkannya.
Chaeyoung keluar dari kamarnya dan pergi kebandara bersama Woozi. Kedua kakak beradik ini hanya pergi berdua tanpa didampingi kedua orang tuanya. Mereka memang sudah terbiasa hidup sendiri.
"Chae kalau kamu cuman tinggal sendiri jangan manja, jangan pernah menyusahkan orang lain, dan ingat jangan pernah menentang hubungan Appa dan tante Lexa." Jelas Woozi.
"Chae janji Oppa." Ucap Chaeyoung.
<><><>
Arka masuk kedalam rumahnya, ia melihat adiknya yang sedang duduk manis diruang keluarga. Arka memutar kedua bola matanya malas menatap Angel. Adiknya itu selalu saja terlihat biasa saja, padahal mereka sedang dalam masalah besar.
"Ngel kita lapor Papa aja kalau Mama nyita semua fasilitas kita." Ucap Arka.
"Bener tuh, siapa tau aja Papa mau bantu kita buat ngomong sama Mama." Ucap Angel.
"Kalau gitu lo telfon Papa aja." Ucap Arka.
"Oke bentar."
Angel mengambil ponselnya yang ada diatas meja. Angel mengetik sebuah nomor yang sudah ia hafal diluar kepalanya. Lalu segera menelfonnya.
"Halo.."
"Halo papa, Angel mau ngasih tau kalau semua fasilitas kita disita sama Mama." Ucap Angel mengadu pada Kai, Papanya.
"Kenapa disita? Pasti kalian buat masalah sama Mama, udahlah kalian jalani aja dulu, oya Arka mana?"
"Ini, Arka Papa mau ngomong sama lo." Ucap Angel sambil memberikan ponselnya pada Arka.
"Halo pa.."
"Arka kenapa semua fasilitas kalian disita? Pasti Mama ada alasan sita semua fasilitas kalian, coba jelaskan nak."
"Gini Pa, aku sama Angel kemarin pulang subuh, kita nongkrong sama temen-temen, terus ketahuan sama Mama." Jelas Arka.
"Nongkrong dimana? Kenapa pulang sampai subuh?"
"Tapi papa jangan marah yah, kita itu nongkrong diclub, tapi serius kita nggak ngapa-ngapain kok, cuman nongkrong aja." Jelas Arka.
"Yaudah kalau gitu nanti Papa kasih tau Mama, tapi kalian jangan ulangi oke?"
"Iya Pa, kita janji." Ucap Arka.
"Kalau gitu udah dulu, Papa ada meeting sama klien, lusa baru Papa balik ke Indonesia."
"Bye.."
TutTutTut
Arka berteriak sangat kencan hingga membuat gendang telinga Angel hampir pecah. Arka sangat senang mendengar penuturan Papanya. Mereka berdua memang sangat dimanja oleha Papanya, makanya mereka selalu berhasil membuat Mamanya mengalah.
Arka memberitahu kabar bahagia itu untuk Angel. Mereka tertawa sambil berteriak-teriak tak jelas. Mereka bahagia mendengar kabar baik dari Papanya. Mereka berdua yakin kalau Papanya berhasil membujuk Mamanya yang keras kepala.
"Ehh kita harus ketemu sama Mama dong." Ucap Angel.
"Mama dimana?" Tanya Arka.
"Keknya belum pulang, tadi Mama pergi arisan sama temen-temen sosialitanya." Jawab Angel.
"Kita liat aja nanti gimana ekspresi Mama habis diomelin sama Papa, jadi nggak sabar." Ucap Arka.
"Gue nggak sabar buat ambil semua fasilitas gue sama Mama, pengen deh gue ambil sekarang, tapi Mama belum pulang."
"Sabar Ngel, tunggu sampai malam, oya tadi temen-temen lo nyari lo."
"Terus mereka nanyain gue?"
"Iyalah, oya gue liat lo nggak pernah lagi nongkrong bareng Ezzell sama sih cewek Korea itu, kalian emang kenapa?" Tanya Arka.
"Ohh itu, gue sama mereka ada masalah." Jawab Angel.
"Masalah apa?" Tanya Arka.
"Masalah kak Axel, upss keceplosan deh." Ucap Angel sambil menutup mulutnya.
"Lo berantem sama mereka karena kak Axel? Lucu deh lo, cuman karena cowok berantem, minta maaf gih cepet." Ucap Arka.
"Ogah!"
Angel segera pergi meninggalkan Arka sebelum terjadi drama antara dua saudara kembar ini. Angel tak mau sampai Arka ikut campur dalam
masalahnya dan juga Ezzell, secara dia bukan anak kecil lagi yang harus melapor pada kakaknya kalau sedang bermasalah seperti ini.'Enak aja nyuruh gue minta maaf sama tuh orang, ogah gue minta maaf sama dia.' Batin Angel.
<><><>
Holllaaa Gengs!
Typo bertebaran, maaf yah kalau banya typo. Buat kalian yang punya instagram, follow Instagramku dan juga temen-temenku yang ikut bantu aku buat cerita ini.
Follow kuy:
(at)najhwapil_
(at)ayushinta04_
(at)sindi.nadiva
(at)chelseaferandji_
(at)adeamida_5
(at)mufida1712Bye..!!
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMVLAK's THE GENGS •SEVENTWICE•
Подростковая литератураSOMVLAK's THE GENGS, itulah nama geng yang cocok untuk mereka. Otak mereka sama-sama gesrek. Yah mereka sama-sama gila. Memiliki karakter yang berbeda, tapi mereka saling melengkapi, dan saling mengisi kekurangan masing-masing. Dibalik seluruh perbe...