Devano menarik lengan Ezzell secara paksa. Dari kemarin Ezzell tak bisa ia hubungi, bahkan pesannya saja tak dibalas. Entah mengapa Devano merasa kehilangan saat Ezzell mulai menjaga jarak dengannya. Devano tau tak ada yang mau dijadikan seperti Ezzell. Apalagi Devano hanya menganggap Ezzell sebuah permainan.
Ezzell menatap tajam kearah pria yang menariknya kasar. Ezzell benci padanya, kenapa Ezzell harus bertemu pria seperti Devano ini. Jujur Ezzell tak bisa bohong jika perasaannya mulai berubah pada Devano. Apa salah Ezzell menyukai seorang Devano? Menurutnya itu tidak salah sama sekali.
"Lo kok jauhin gue? Dari kemarin lo nggak ngankat telfon dari gue, bahkan chat gue nggak lo bales. Lo menghindar?" Tanya Devano berbondong-bondong.
"Seharusnya lo tau alasan gue buat jauhin lo. Gue nggak mau bermain terlalu jauh sama lo, apalagi sampai gue harus ngerusak hubungan sahabat gue." Ezzell menatap sengit kearah Devano.
"Lo punya perasaan lebih sama gue? Kalau lo emang punya perasaan lebih kita pacaran aja." Ucap Devano santai.
Semudah itu kah Devano mengatakan cinta pada Ezzell? Apa Devano fikir perasaan Ezzell hanya sebuah permaina? Ezzell punya harga diri yang harus dia junjung tinggi. Emosi Ezzell sudah diubun-ubun.
"Dengar yah Devano Julio! Gue nggak mau pacaran sama cowok yang nggak bisa menghargai perasaan perempuan, gue itu masih punya harga diri!" Ezzell berbalik dan berjalan meninggalkan Devano, namun tangannya dicekal Devano.
"Gue hargain lo kok, gue mau belajar mencintai lo."
Deg..
Perasaan Ezzell bercampur aduk, ada perasaan senang dan juga marah. Namun Ezzell bingun harus bagaimana lagi. Devano bisa semudah itu mengatakan cinta, apa dia tidak sadar jika sedang menyakiti Ezzell. Ezzell sakit hati melihat Devano menyatakan cinta padanya.
"Zell gue tau kok lo nggak bisa nerima pernyataan gue dalam keadaan kayak gini. Tapi gue serius sama ucapan gue, apa perlu gue lompat dari monas buat lo?" Ucap Devano sedikit bercanda.
"Jangan berjanji kalau lo nggak bisa nepatin. Gue nggak bisa jadi pacar lo, karena gue tau perasaan lo masih sepenuhnya milik Michelle. Dev gue nggak mau jadi pemeran antagonis diantara lo dan Michelle. Belum terlambat untuk lo bisa ngejar Michelle lagi." Ezzell menepuk bahu Devano dan berjalan pergi meninggalkan tempatnya berdiri tadi.
Devano mengumpat dalam hati, apakah dia telah menyakiti hati Ezzell? Tentu dia menyakitinya. Devano tau Ezzell sakit hati karena harus dijadikan sebagai alat untuk menyatukan Devano dan Michelle kembali. Jujur Devano tak pernah menyadari bahwa selama ini Ezzell tersakiti dengan kelakuannya.
"Zell gue emang cowok brengsek yang cuman bisa nyakitin lo. Tapi gue nggak akan biarin lo terus tersakiti hanya karena kebodohan gue. Maafin gue Zell."
Devano berjalan meninggalkan tempat yang membuatnya sadar bahwa Ezzell sedang tersakiti. Devano kembali kekelas karena sebentar lagi bel masuk berbunyi.
<><><>
Angel masuk kedalam kamarnya dengan wajah lesu. Baru berapa hari masuk sekolah saja sudah disibukkan dengan berbagi macam kegiatan. Waktu bertemu Axel juga jadi berkurang. Padahal Angel tak pernaj berharap menjadi anggota OSIS, nyatanya terpilih jadi anggota OSIS.
Ceklek..
Pintu kamar Angel terbuka menampilkan sosok Arka. Angel mengernyitkan keningnya saat melihat saudara kembarnya disini. Tak biasanya Arka mau berkunjung kekamarnya. Arka membanting tubuhnya diatas ranjang empuk adiknya.
"Ngel tadi ada Axel." Ucap Arka sambil memainkan rambut Angel.
"Ihh rambut gue jangan dipegang-pegang, shampo gue mahal! Btw Axel ngapain kesini?" Tanya Angel sambil merapikan rambutnya.
"Yee udah marah-marah masih aja nanya. Tadi dia nyariin lo, mau ngajak jalan." Arka mengambil ponsel adiknya itu, lalu membuka aplikasi instagram milik Syena.
"Ihh nggak modal deh lo! Masa sih lo buka instagram Syena dihp gue! Balikin hp gue!" Gerutu Angel.
"Ishh bentaran! Hp gue lagi dicharger sekarang."
"Dasar cowok nggak modal!"
"Dihh bodo amat!"
Angel masuk kedalam toilet untuk mengganti pakaiannya. Sementara Arka sibuk dengan kegiatan stalking akun sosmed Syena. Arka memang sering membajak akun Syena. Siapa tau ada cowok yang DM Syena.
DrttDrtt
Ponsel Angel bergetar menampilkan deretan nama Axel. Arka ingin menjawab, namun Angel keburu datang dan merampas ponselnya.
"Sayang kamu dimana?"
"Aku dirumah, kalau nelfon itu biasain ngucapin salam."
"Hehehe maaf sayang aku lupa. Aku jemput kamu jam tujuh yah, kita nongkrong dicáfe."
"Anak-anak nongkrong? Kok nggak kasih kabar?"
"Tadi Kevin yang nyuruh, terus dia bilang kalau dia mau nongkrong. Udah lama nggak nongkrong."
"Yaudah kita nongkrong."
"Oke, fifteen Minutes babe."
TutTut
Angel tersenyum tipis, sedangkan Arka hanya geleng-geleng melihat tingkah adiknya. Bagi Arka tersenyum menatap ponsel itu seperti orang gila. Arka kembali merebahkan tubuhnya, namun Angel menahannya.
"Lo mau ngapain?" Angel mengangkat sebelah alisnya.
"Tidurlah." Jawab Arka singkat.
"Mandi gih, kita mau nongkrong. Lo harus ikut, soalnya Syena bakal ikutan." Suruh Angel pada Arka.
"Hah? Kan Syena masih dalam masa pemulihan. Kalau kenapa-napa gimana? Duh ini pasti ulah sih Kevin nih." Gerutu Arka.
"Ihh mending lo mandi sana, gue mau mandi juga."
Angel menarik lengan Arka untuk segera keluar dari kamarnya. Arka hanya pasrah saja ditarik adik kembarnya ini. Nggak ada gunanya beredebat dengan Angel. Pasti ujung-ujungnya bakal kalah.
<><><>
Holllaaa Gengs!
Makasih udah mau baca. Nggak banyak bicara yah Author kali ini.
Jangan lupa voment yah!
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMVLAK's THE GENGS •SEVENTWICE•
Teen FictionSOMVLAK's THE GENGS, itulah nama geng yang cocok untuk mereka. Otak mereka sama-sama gesrek. Yah mereka sama-sama gila. Memiliki karakter yang berbeda, tapi mereka saling melengkapi, dan saling mengisi kekurangan masing-masing. Dibalik seluruh perbe...