PART|.15

84 11 0
                                    

Malam ini Angel dkk akan nongkrong dicáfenya Axel. Mereka hanya nongkrong bertiga, karena Arka ada tugas kelompok, sedangkan Kevin dan Axel mereka harus berkumpul dengan anak geng Maniac Racing.

Mereka bertiga masuk kedalam dan duduk ditempat biasa. Sudah berapa bulan terakhir mereka selalu nongkrong dicáfenya Axel. Hampir tiap hari malah. Sampai-sampai pelayan cáfe kenal sama mereka.

"Mau pesan apa mba?" Tanya waiters.

"Biasa yah mba." Jawab Angel, lalu waiters tersebut pergi.

"Ehh besok kan malam minggu, gimana kalau kita nongkrong diclub aja." Ucap Michelle.

"Gila lo! Tapi ide lo bagus juga sih, gue sih ikut aja." Ucap Syena.

"Yaudah kita nongkrong diclub besok, nanti gue kasih tau cowok-cowoknya." Jelas Angel.

"Oke deal." Ucap Syena dan Michelle.

Mereka lalu menikmati minuman yang sudah disediakan dimeja. Mereka jadi tidak sabar untuk pergi keclub. Michelle sangat bersemangat jika membicarakan suatu hal yang berkaitan dengan club. Bagaimana tidak, dulu dia sering pergi keclub. Tapi setelah ia tertangkap basah oleh kakaknya, dia jadi tak pernah lagi pergi keclub sekarang.

"Ehh buy the way anyway busway, kok sih Ezzell tadi bilang mau minta maaf?" Tanya Michelle.

"Sekalipun dia minta maaf, gue nggak akan maafin, gue bakal maafin dia kalau kak Axel udah seutuhnya jadi milik gue." Jelas Angel.

"Emang lo sama kak Axel belum pacaran?" Tanya Syena.

"Kalau gue udah pacaran sama dia, tiap hari gue udah jalan sama dia, ninggalin kalian somplak! Aneh banget sih lo!" Jelas Angel.

"Bego dipiara! Tapi gue rasa kak Axel bakal nembak lo dalam waktu dekat ini deh." Ucap Michelle.

"Emang lo cenayang? Lo mana tau pikirannya kak Axel!" Seru Angel.

"Gue emang bukan cenayang, tapi gue bisa liat dari dia mandang lo! Tiap ketemu sama lo pasti dia selalu mandang muka lo." Jelas Michelle.

"Iya bener Ngel, gue rasa dalam waktu dekat ini kak Axel bakal nembak lo, terus kalian pacaran, abis itu Michelle jadi jones deh! Kasian banget sih lo! Hahaha." Jelas Syena sambil tertawa meledek Michelle.

"Gue mah nggak jones, gue tuh single kali!" Ucap Michelle tak terima dengan penjelasan Syena.

"Apa bedanya? Sama aja, sama-sama sendiri, hahaha." Ucap Angel sambil menertawakan Michelle.

"Beda, jomblo itu nasib, single itu pilihan! Dan harus kalian tau, gue itu laku, banyak kok cowok yang nembak gue, cuman gue tolak, gue mah setia nunggu kak Kevin." Jelas Michelle.

"Nggak ada bedanya somplak! Sama aja lo sendiri!" Seru Syena sambil menoyor kepala Michelle.

"Ikhlas mah gue kalau ditoyor sama lo, udah jadi makanan sehari-hari gue." Ucap Michelle.

"Habis ini kemana?" Tanya Angel.

"Pulang lah, gue nggak bisa nongkrong sampai tengah malam, soalnya kakak gue bakal pulang dari luar kota malam ini." Jelas Michelle.

"Oh yaudah." Jawab Syena.

Setelah menghabiskan waktu hampir satu jam, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Setelah mengantar Syena dan Angel pulang kerumah masing-masing, Michelle langsung melajukan mobilnya.

<><><>

Michelle berjalan mengendap-endap seperti maling yang takut ketahuan pemilik rumah. Michelle berjalan melewati ruang keluarga. Namun seketika mata Michelle membulat saat lampu tiba-tiba menyala. Michelle menghela nafas panjang sebelum mendengar ocehan panjang kakaknya.

"Dari mana Chelle? Kenapa baru pulang? Ini sudah jam sembilan malam loh, dan kamu meninggalkan Michael sendirian dirumah, apakah kamu masih waras?" Oceh seorang pria pada Michelle. Namun itu bukan suara Marchel, melainkan suara berat seorang pria paruh baya.

"Jawab Papi Michelle! Atau Papi tampar kamu!" Seru Papi Michelle, Mike.

"Udah Pi, jangan terlalu kasar sama Michelle." Sambung Melly, Mami Michelle.

"Dia itu anak gadis, seharusnya dia tau waktu, ini sudah malam, tapi dia baru pulang!" Ujar Mike.

"Papi peduli sama Michelle? Sejak kapan Pi? Kok Michelle baru sadar sekarang?" Tanya Michelle yang ingin memancing emosi Mike.

"Dasar anak kurang ajar yah kamu, tidak tau untung!" Seru Mike, lalu..

Plakk

Sebuah tamparan keras mendarat dipipi Michelle. Michelle mengusap pipinya yang terasa panas akibat tamparan Papinya itu. Matanya memanas, dan benteng yang ada dipelupuk matanya runtuh.

"Tampar terus Pi sampai puas, sampai Papi lupa kalau Papi yang salah saat ini!" Jelas Michelle lalu pergi.

"Dasar anak sialan!" Umpat Mike.

Dilain sisi Michelle terus saja menangis sambil memeluk boneka teddy kesayangannya. Dia sangat membenci pria paruh baya itu, sangat benci! Michelle tak peduli jika ia disebut anak kurang ajar atau sebagainya. Menurutnya ini adalah hidupnya, tak ada yang boleh mengatur kehidupannya saat ini.

"Kenapa sih Mami betah nikah sama Papi? Apa bagusnya Papi? Suka gonta-ganti pasangan, dan Mami masih saja sabar menghadapinya? Mami terlalu baik." Gumam Michelle.

"Pria tak tau malu, setelah menikah dengan wanita lain, dia memilih kembali dengan Mami, dan Mami dengan mudahnya menerima semua itu." Ucap Michelle sambil tersenyum pahit.

"Bulshit! Lalu apa gunanya keluarga ini ada? Semuanya tak berguna!"

Perlahan Michelle menutup matanya sambil mengusap pipinya yang masih terasa sakit. Ingin rasanya ia tidur untuk selamanya, namun dia selalu ingat kalau hidup cuman sekali, dan nikmatilah hidup. Michelle masih memegang teguh prinsipnya itu.

<><><>

Holllaaa Gengs!

Gimana part kali ini? Bagus nggak? Ciee yang abis ditampar sama Papinya, yang sabar yah neng, orang sabat disayang readers S'sTG.

Jangan lupa voment yah!

Bye..!!

SOMVLAK's THE GENGS •SEVENTWICE•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang