Cari Kado

49 7 0
                                        


"Sayang, istirahatlah kamu sudah cukup lelah hari ini kan?" Linda duduk di ranjang dan mengecup lembut kepala anak kesayangannya itu. Ia tergerak masuk ke kamar Regina karena masih mendengar petikan gitar.

Walaupun Regina cukup ceria dan bersemangat saat menceritakan pengalaman pertamanya mengajar waktu makan malam, tapi Linda dapat merasakan kelelahan anaknya itu.

Linda yakin mampu membiayai kehidupan mereka dan membayar uang kuliah Regina, tapi karena Regina terus memohon agar dapat bekerja sambil kuliah akhirnya Linda menyetujuinya dengan syarat yaitu Regina harus dapat membagi waktu dengan baik, kuliah harus jadi prioritas utama dan IP nya tidak boleh turun

"Malam ini Mama tidur disini, bisa kan?".

Regina mengangguk dan melingkarkan tangan kirinya ke tubuh Linda. Ia juga merasakan kelelahan mamanya setelah bekerja delapan jam sehari di rumah makan.

Sebelum Regina tertidur, ia tersenyum sendiri mengingat pertengkaran kecilnya dengan Jonathan. Kenapa juga dia harus lari kalau ternyata Jonathan tidak akan melakukan kekerasan padanya, benar-benar konyol. Menghadapi Jonathan hari itu sebenarnya lebih melelahkan daripada menghadapi pekerjaan barunya.

Regina menarik selimut sampai menutup wajahnya karena takut Tante Linda melihat dia senyum sendiri. Tak lupa Regina berdoa sebelum menutup hari itu dengan tidur lelapnya.

***

Sinar matahari menembus melalui jendela kamarnya. Regina kaget melihat sudah jam 7.45 pagi. Pulas sekali tidurnya dan sengaja ia tidak menyetel alarm bangun pagi di handphonenya karena ini hari Sabtu. Handphonenya berbunyi, terlihat Heny memanggil.

"Halo" Regina mengangkat sambil menguap.

"Kamu punya waktu nanti sore? Temani aku mencari kado ya please..."

Regina langsung menyetujui. Kegiatannya hari itu adalah mencetak kembali makalahnya yang rusak, mengajar di Harmonic School dan setelah itu menemani Heny.

***

Sabtu sore

"Buat siapa kadonya Hen?" Regina menanyakan saat Heny menjemputnya di Harmonic School.

"Buat kakakku. Aku bingung kado yang paling bagus apa ya?"

"Buku"

"Kamu benar-benar kutu buku" kata Heny tersenyum dan menyikut Regina

"Aku pernah menghadiahkan buku untuk beberapa temanku yang ulang tahun, karena lewat buku kamu dapat memberi pesan atau menyatakan perasaan atau sekedar menghibur seseorang. Buku juga tidak mudah rusak seperti kado lainnya dan gampang dibungkus" Regina berusaha meyakinkan Heny.

Setuju dengan Regina, keduanya langsung mencegat angkutan kota dan mengarah ke Toko Buku Gramedia.

Setelah mencari beberapa buku, "Chicken Soup for The Woman Soul" adalah buku yang tepat menurut Heny untuk menjadi kadonya. Kakaknya belum lama putus cinta dengan seorang cowok yang sudah berpacaran dengannya sekitar tiga tahun.

"Ternyata sesakit itu putus cinta ya" kata Heny sambil memperhatikan beberapa buku lainnya.

"Kalau tidak mau putus cinta, ya jangan jatuh cinta. Simple kan? "Regina menjawab Heny dengan enteng.

Heny kaget, tapi juga penasaran.

"Jangan bilang kamu belum pernah jatuh cinta atau belum pernah pacaran Gina."

"Ehm, apa perlu dijawab?" Gina membuat Heny lebih penasaran

"Tidak mungkin cewek dengan kualitas sepertimu cantik, pintar, bisa main musik belum pernah pacaran" Heny menghentikan langkah Regina saat menuju kasir.

"Aku sudah punya calon pasangan hidupku nanti. Tapi saat ini dia bukan prioritas bagiku dan untuk itu dia sangat mengerti. Dia sangat baik, dia selalu support aku, katanya aku harus selesai kuliah tepat waktu. Kelar kuliah aku berencana bekerja dulu dan menikah dengannya" Regina menjelaskan dengan meyakinkan.

"Wow..."

Gitarku dan CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang