Hari Jumat Pukul 18.00
Sebuah ruangan yang cukup besar dengan kain biru benhur di beberapa bagian dinding, karpet biru dongker dengan motif batik, lima lampu gantung klasik dengan cahaya temaram, kursi terbungkus kain putih berpita untuk kapasitas tiga ratus orang berjejer rapih dan bagian panggung terisi berbagai alat musik.
Walaupun ada juga yang merasa gugup tapi semua penampil konser sudah berkomitmen untuk menampilkan yang terbaik. Ucapan selamat datang dari Nia pemilik Harmonic School dan lagu "Prayer" dilantunkan indah oleh seorang siswa senior di kelas vokal membuka mini konser malam itu.
Terlihat Regina dan Andre sibuk dengan jadwal pengisi acara, tangan cewek itu tak pernah kosong dengan lembaran kertas sambil sesekali memandang ke penampil dan penonton. Cukup bangga baginya melihat undangan yang memenuhi ruangan namun merasa ada yang kurang, berharap seseorang akan duduk disana, orang yang sudah berjasa sehingga konser dapat terlaksana.
Sejak sore ia mengirim pesan meminta Jonathan untuk hadir tapi belum ada balasan padahal tidak biasanya seperti itu.
"Lagi cari siapa?" tiba-tiba ada yang memegang bahunya dari belakang. Suara itu begitu dekat, bahkan parfum maskulinnya sudah dapat dikenal oleh Regina. Hatinya berteriak senang, pria yang mengaku pacarnya itu selalu saja memberinya kejutan disaat yang tepat.
Menikmati kehadiran orang yang ditunggunya, dengan sengaja Regina menyandarkan kepala ke bahu Jonathan dan langsung di respon kecupan di punggung kepalanya,
"aaah.. senangnya... e.. lelahnya juga ilang.." batin Regina
Regina segera menyadarkan dirinya kalau disana bukan tempat yang tepat untuk menunjukkan kemesraan karena pengisi acara lalu lalang, ia membalikkan tubuhnya dan memandang lekat wajah yang sejak tadi dirindukannya.
"Kamu merindukanku?" tanya Jonathan menatap kekasihnya yang bersikap manja
Pipi Regina merona, ingin rasanya mengangguk tapi keangkuhan lebih mendominasi sehingga pertanyaan cowok tampan dihadapannya hanya dibalas dengan melukiskan senyum tipis dibibirnya.
"Kenapa kalian disini? Kalian tampil juga?" pertanyaan Regina membuyarkan pertanyaan yang akan keluar lagi dari bibir Jonathan.
3 cowok yang tidak kalah rupawan berada di belakang Jonathan, ternyata personil A Bout juga datang untuk mengisi acara
"Ia nih, karena Jonathan merengek, kami bisa apa?" kata Steve dengan sedikit cemberut.
"Apa maksudmu? Aku hanya minta kalian tampil sebagai bintang tamu karena permintaan Mbak Nia dan juga untuk support Ji dan Andre.." Jonathan tidak mau dianggap anak kecil di depan Regina.
A Bout Band dijadwalkan tampil di tengah acara, tanpa diketahui oleh Regina, yang ada dijadwal hanya tertulis band tamu.
Tidak lama Regina juga diminta tampil dengan siswa-siswa yang masih tergolong sekolah dasar
Respon yang cukup baik dari penonton ditandai dengan tepuk tangan yang tak hentinya terdengar di ruang konser. Hampir semua kursi juga terisi, selain keluarga dari siswa, stakeholder Harmonic School dan sebagian besar undangan khusus baik dari pejabat maupun pengusaha terlihat hadir.
MC : "Di akhir acara ini kita, ada permintaan khusus kita tampilkan kolaborasi dari instruktur kita Regina salah satu personel A Bout Band"
Regina masih gugup karena ia tidak menyangka akan diminta bernyanyi di kolaborasi itu.
Andre yang sudah di hubungi Jonathan lebih dulu, meminta Regina untuk melatih lagu Butterflies dengan alasan bisa saja Regina diminta bernyanyi tiba-tiba.
Walaupun hanya melatihnya sebentar dan sedikit gugup lagu itu dinyanyikan dengan indah oleh Regina dan Jonathan mengiringi dengan petikan gitar, siapapun yang menikmati kolaborasi mereka dapat menebak kalau keduanya saling mencintai.
Mata Jonathan seolah tak lepas dari orang yang diiringinya sedangkan Regina bernyanyi sambil sesekali melirik kearahnya
Malam itu konser Harmonic School sangat sukses, beberapa pejabat dan pengusaha memberi respon yang baik, bahkan ada yang langsung bersedia menjadi investor. Penonton juga ada yang langsung mengisi formulir pendaftaran.
Selesai merapihkan alat-alat musik Regina tebergegas pulang, ia tidak mau Jonathan menunggunya terlalu lama.
Jonathan duduk di mobilnya sambil menunggu Regina, ia juga menikmati malam itu, suara Regina saat bernyanyi terus terngiang di telinganya.
"Kita pulang sekarang?" Regina menyapanya dengan manis
"Baik tuan putri, silahkan masuk" jawab Jonathan sambil membukakan pintu mobil
Mobil Jonathan segera keluar dari parkiran California Hotel.
"Aku minta maaf ya? Aku pernah menuduhmu seenaknya. Aku sudah melihat gitar yang kamu pakai tadi, itu gitarmu kan? memang sangat mirip punyaku" kata-kata Jonathan ini yang ia ingin ucapkan ketika ia melihat gitar Regina di ruang persiapan, hanya ia menahannya karena ingin minta maaf di situasi yang tepat.
"Hmmm, tidak apa-apa aku sudah memaafkanmu. Aku juga akan kesal kalau benda kesayanganku diambil orang lain" ucap Regina.
Ia tersenyum kecil saat mengingat pertemuan pertama dengan Jonathan. Kalau bukan karena gitar, mereka tidak akan se akrab ini sekarang.
"Gitar itu sangat berarti bagiku, ia bahkan seperti sahabat bagiku, menemaniku melewati masa-masa senang dan susah selama beberapa tahun ini"
"Kamu beli dimana?"
"Aku tidak membelinya, lebih tepatnya aku tidak mampu karena harganya cukup mahal. Ini hadiah dari seseorang yang sangat berarti bagiku"
"Dari siapa Pria? Wanita?" tanya Jonathan dengan pandangan curiga
"Pria".
---
Please vote n komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Gitarku dan Cintaku
Novela JuvenilIni karya kedua saya di wattpad, semoga menikmati ceritanya ya.. Jonathan Leonardo Sondakh adalah mahluk sempurna, sosok tampan dengan limpahan kasih sayang dari keluarga utuh nan bahagia, sahabat-sahabat yang selalu ada, harta yang tidak perlu dita...