Jonathan mengambil beberapa foto Regina yang sedang tidur dan bersandar di jok mobil.
Merasa tak cukup dengan itu, ia mengambil lagi foto yang memperlihatkan seolah-olah mereka berciuman dan sengaja melingkarkan tangan Regina di lehernya.
Regina kemudian terbangun dan bingung dengan keadaan sekitarnya. Yang dilihatnya hanya Jonathan yang sedang menatapnya.
"Aku dimana?" Regina mengucek matanya. Untung eyeliner nya tidak luntur.
"Yang lain kemana?" tanya Regina selanjutnya
"Kita ada di depan rumahmu. Aku sudah mengantar Heny lebih dulu, sekarang kamu harus masuk" Jonathan berbicara dengan manis.
"Kamu mengantar kami pulang? Terima kasih banyak ya" Regina pun segera turun, ia menunggu di tepi jalan sampai mobil Jonathan menghilang dari pandangannya.
***
Hari Sabtu jam 6.30 pagi, Regina mendengar handphonenya berbunyi, ada pesan masuk di WA nya.
"HAAAAA" Suara Regina cukup keras sampai mengagetkan ibunya.
"Kenapa sayang?" suara Tante Linda terdengar dari dapur
"Tidak apa-apa Mam". Regina buru-buru menjawab ibunya. Beberapa foto dikirim dari handphone Jonathan. Walaupun nomornya belum tersimpan tapi foto profil pengirimnya adalah foto Jonathan.
Empat foto dikirimkan dari nomor tidak dikenal tapi foto pengirimnya adalah Jonathan, foto itu menunjukkan beberapa posenya tidur dilengan Jonathan dan seperti sementara berciuman.
Antara bingung dan marah Regina segera membalas WA "Ayo kita bertemu"
"Aduh nih cowok baik iya, ngeselin iya, bentar bad boy, bentar sweet boy, bikin grafik mood naik turun persis suhu orang kena demam berdarah. Kelar masalah ini aku ngak mau berurusan lagi sama dia" Regina bicara sendiri dikamarnya
Jonathan tertawa lebar saat mengirimkan WA, apalagi setelah mendapat balasan dari Regina. Tak bosan-bosannya ia ingin mengerjai Regina agar tetap terhubung dengannya.
Jonathan : "Ok kita ketemu di Thasin Resto jam 18.00"
Jonathan memilih Tashin Resto milik keluarganya untuk bertemu dengan Regina. Ia sengaja memilih jam 18.00 agar bisa dinner dengan gadis itu
***
Dengan terusan sederhana, sepatu kets putih, Regina menuju ke Tashin Resto setelah pulang mengajar di Harmonic School.
Walaupun ia memulai harinya dengan hati kesal, tapi Regina mampu mengatur emosinya agar tetap profesional sebagai instruktur musik. Awalnya Regina ingin menolak untuk bertemu di tempat itu, tapi Regina juga tidak menemukan tempat yang tepat untuk berbicara dengan Jonathan sehingga akhirnya ia menurut saja.
Jonathan segera menjemput Regina setelah melihat Regina di pintu masuk restoran. Regina menatapnya dengan kesal tapi ia juga harus tetap sopan karena di restoran itu ada beberapa tamu. Jonathan tersenyum kecil melihat ekspresi Regina yang sudah familiar baginya.
"Apa maumu?" Regina bertanya ketus sebelum dia duduk.
"Duduk dulu, santai saja, kita makan baru membahasnya, ok?"
"Tujuanku ke sini bukan untuk makan, kamu tahu kan?"
"Tapi itu syaratnya sebelum kita bicara soal foto itu. Kamu bisa pergi kalau tidak setuju". Jonathan agak takut menyampaikan kalimat terakhir itu tapi ia juga mau mengetes Regina.
"Ok kita makan dulu". Kata Regina dengan cemberut.
"Finally, good job boy" guman Jonathan di hatinya.
Jonathan telah memesan jus yang mungkin di sukai Regina. Beberapa menu makanan favorit di Restoran yang sangat terkenal itupun dihidangkan di meja mereka.
Regina walaupun kesal tapi menyantap dengan lahap makanan di depannya, apalagi ia baru pulang mengajar dan bertepatan sudah hampir jam makan malam.
Regina selalu makan tepat waktu dan tiga kali sehari sehingga jarang jajan di luar rumah selain makan siang di kampus. Pola makannya ini sudah teratur sejak ia masih kecil, alasan ibunya adalah supaya mereka bisa tetap sehat tapi juga hemat.
Setelah selesai makan, Jonathan mengajak Regina ke arah bagian belakang restoran itu. Warna jingga sisa matahari terbenam masih sempat mereka nikmati.
Sejenak Regina terpesona dengan pemandangan laut di depan mereka tapi buru-buru ia tersadar tujuannya ke tempat itu, banyak pertanyaan dan pernyataan yang ingin ia lontarkan kepada Jonathan, tapi ia tidak tahu harus darimana.
"Tolong hapus foto-foto itu, please?." Regina meminta
"Kamu tidak bertanya kenapa aku mengambil foto itu?" tanya Jonathan sambil memiringkan kepalanya
"Aku tidak perlu bertanya, kalau menjawab, mungkin juga kamu berbohong"
Jonathan agak kesal sekaligus senang dengan jawaban dan ekspresi Regina seolah-olah Regina sudah mengenalnya.
"Seperti yang kamu lihat, bukan aku yang menciummu di foto itu tapi kamu yang menarikku dan mencium lebih dulu" kata Jonathan berbohong
"Apa? Aku tidak mungkin melakukannya" Regina menantangnya
"Iya... Tidak mungkin, kalau kamu sadar, tapi waktu itu kamu teler dan mungkin mengkhayal memiliki cowok setampan aku, lalu melingkarkan tanganmu di leherku dan kau tahu dalam keadaan itu siapapun tidak bisa mengontrol dirinya kan?" Jonathan terus meyakinkan kebohongannya
Please klik bintang kecilnya

KAMU SEDANG MEMBACA
Gitarku dan Cintaku
Teen FictionIni karya kedua saya di wattpad, semoga menikmati ceritanya ya.. Jonathan Leonardo Sondakh adalah mahluk sempurna, sosok tampan dengan limpahan kasih sayang dari keluarga utuh nan bahagia, sahabat-sahabat yang selalu ada, harta yang tidak perlu dita...