Kangen Papa

53 5 2
                                    

"Apa mama pernah bertemu dengan isterinya Om Reynol?"

"Ia pernah terakhir empat tahun yang lalu waktu kamu ulang tahun dan dapat hadiah gitar dari mereka kan?"

"Setelah kita pindah kesini?"

"Belum pernah. Om Reynol baru ketemu mama pas di supermarket bersama Oma dan malam itu Om Reynol bilang akan mengantarkan Tante Mey istrinya untuk bertemu kita. Mama juga undang Om Reynol dan keluarganya untuk hadir di peringatan kematian papamu dan Om Reynol bilang akan mengatur jadwalnya supaya bisa hadir" Linda menjelaskan

"Apa mama masih ingat anak-anaknya Om Reynol?" Regina bertanya bukannya tidak tahu tapi ingin memastikan.

"Ia nama anak sulungnya Nathan dan adiknya Kezia" jawab Linda

"Jadi itu Jo...." Regina bicara sendiri. Tidak salah lagi, Jonathan salah paham terhadap papi nya sendiri.

Kali ini bukan hanya Jonathan yang marah, Regina lebih marah lagi. Sudah cukup bagi Regina saat Jonathan menuduhnya mau mencuri gitar milik Jonathan dan sekarang mamanya dianggap selingkuh dengan Om Reynol, Regina tidak bisa memaafkan Jonathan untuk yang satu ini.

***

Regina masih ingat waktu papanya masih hidup dan ia masih duduk di bangku SMP sempat berkunjung ke rumah Om Reynol. Samar-samar diingatannya ia bertemu dengan seorang cowok berseragam SMK di rumah itu tapi mereka tidak sempat berkenalan karena Regina buru-buru pergi setelah kedapatan menggunakan gitar cowok itu.

Tidak lama Linda ijin pulang lebih cepat dari tempat kerjanya

"Jane, aku ingin pulang duluan bersama Regina ya? Ibadah peringatan kematian papanya Regina jam 7 malam ini, datang ya?" Linda meminta ijin

"Ok, nanti aku akan minta sopir mengantar katering makanan ke rumah ya?"

Jane memasak beberapa masakan untuk acara malam itu, berharap dapat membantu temannya Linda.

***

Ibadah berlangsung dengan hikmat, sesekali Linda mengusap airmatanya mengingat almarhum suaminya.

Regina menangis tersedu-sedu setelah diminta menyanyikan lagu kesayangan papanya. Ia bukan hanya menangis karena mengingat sosok yang sangat mencintainya tapi juga menangis karena keadaannya dan mamanya.

Ibadah berjalan dengan hikmat, khotbah yang dibawakan Ibu Pendeta sangat menguatkan Linda dan keluarga, tapi Regina masih larut dalam kesedihan, a masih teringat bagaimana ayahnya sangat memanjakan dan menyayangi nya, jauh berbeda dengan yang diterimanya sekarang

Selesai Ibadah Regina masuk ke kamarnya, dia terus menangis menatap foto papanya di atas meja sambil menahan wajahnya dengan gitar

"Pa, kenapa papa tega meninggalkan kami?, sangat berat bagiku dan mama melewati semua ini" Regina terisak lagi, kemudian memeluk foto papanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pa, kenapa papa tega meninggalkan kami?, sangat berat bagiku dan mama melewati semua ini" Regina terisak lagi, kemudian memeluk foto papanya.

Sebelum mereka pindah ke Manado Linda sempat dituduh pengganggu rumah tangga orang oleh tetangga mereka, mungkin karena statusnya sebagai janda. Regina yang melihat penderitaan mamanya mengusulkan agar mereka ke Manado dan tinggal berdekatan dengan Oma dan Opanya karena di kota ini banyak keluarga dan teman mamanya.

Awalnya Linda tidak mau pindah karena kuburan suaminya ada di Jakarta, tapi akhirnya menerima saran Regina ketika putrinya itu terus-terusan memohon.

Sejak papanya meninggal, Regina yang dulunya manja perlahan berubah menjadi pribadi yang kuat. Ia berusaha belajar lebih giat dari teman-temannya untuk menghibur mamanya dengan nilai-nilai terbaik. Ia juga banyak menghabiskan waktu bermain musik saat di SMK untuk menumpahkan semua perasaannya, karena itulah gitar menjadi barang berharga baginya.

"Gina, aku kenal kamu sebagai cewek yang kuat" Heny masuk ke kamar dan duduk disamping sahabatnya. Ia mengusap punggung Regina dan berusaha menghibur temannya. Banyak hal sudah diceritakan Regina sepeninggal ayahnya dan Heny tahu sangatlah berat bagi sahabatnya

"Tuhan itu adil Gina, entah kita kaya atau miskin, penguasa atau rakyat jelata, hidup kita seperti balance sheet dimana debet dan kreditnya harus sama. Jika saat ini kamu merasakan sakit yang sangat besar, nanti juga kamu akan mendapat kebahagiaan yang sebanding, jadi bersabarlah sampai hal itu datang padamu"

Kata-kata Heny semakin menguatkan Regina dan dapat meredahkan tangisnya. Heny mengajak sahabatnya keluar dari kamar karena jemaat dan tamu yang datang beribadah akan bersalaman.

***

Anak Akuntansi mana suaranya....

Gitarku dan CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang