Bertemu - Ganti Rugi

37 9 0
                                    

Heny segerah merogoh handphone dari tasnya.

"Halo, Gina kamu dimana? Ha? Di perpustakaan? Ada yang cari kamu"

Mendengar kata perpustakaan Jonathan langsung berjalan agak cepat ke arah ruangan itu meninggalkan Heny yang masih berbicara di telepon.

Heny hanya terpaku melihat Jonathan yang segera berlalu darinya, sedangkan Regina masih menunggu informasi dari Heny

"Siapa Hen? Heny? Hen.. halooo" suara Regina belum di jawab oleh Heny

Karena tidak mendapat jawaban dari Heny, Regina langsung mematikan handphonenya dan melanjutkan membaca.

***

Mata Jonathan mencari-cari gadis yang membuatnya menunggu satu jam lebih.

"Hai" Jonathan menyapa Regina saat mendapatinya sedang membaca sambil menulis di salah satu meja perpustakaan

Regina kaget melihat Jonathan

"Duh kenapa lagi nih cowok " tanya Regina dalam hatinya

"Kenapa liat aku begitu? Apa aku terlihat menakutkan?" tanya Jonathan melihat ekspresi gugup yang ditunjukkan Regina

"Ehmm... Bukan, hmm maksudku kenapa kamu ke sini?" tanya Regina

"Ini perpustakaan, semua orang bisa kesini kan?"

"O, iya ya..." kata Regina salah tingkah, tapi menutupnya dengan tersenyum

"Nah gitu dong, jangan liat aku seperti liat hantu" kata Jonathan

"cewek ini jarang senyum tapi sekali senyum dia bukan cuma cantik tapi manis" puji Jonathan dalam hatinya

"duduk disini boleh?" tanya Jonathan menarik kursi tepat di depan Regina

"Boleh terserah" jawab Regina hati-hati. Jujur dia sebenarnya agak risih berhadapan dengan Jonathan

Masuk sms dari Heny : "Tadi Jonathan cari kamu"

"kamu cari aku tadi?" Regina melihat ke arah Jonathan.

"Ini, aku bawa kertas untuk ganti makalahmu yang rusak waktu itu. Dan ada printer baru di mobil, nanti pulang kampus aku bisa antar ke rumahmu, anggap ini sebagai permintaan maaf"

Jonathan meletakkan kertas di atas meja depan Regina duduk.

Sebenarnya kertas itu hanya alasannya untuk bertemu dengan Regina. Dua hari Sabtu dan Minggu sangat berat dilaluinya tanpa melihat gadis itu.

"Aku rasa ngak perlu lagi" kata Regina

"maksud kamu?" tanya Jonathan

"kamu ngak perlu beli kertas apalagi sampe beli printer, aku dah cetak lagi makalahnya," Regina berbicara tanpa melihat Jonathan, tangannya kembali membuka lembaran buku yang sudah ditandainya.

Jonathan berharap dapat respon menyenangkan ternyata ia malah diabaikan karena Regina lebih fokus pada bacaannya.

"Apa aku diacuhkan? Apakah aura rupawan ini tidak berpengaruh padanya? Memangnya buku itu lebih tampan dibanding aku? Kok aku aku jadi saingan sama buku?" tanya Jonathan dalam hati dengan rasa kesal.

Tanpa disadarinya telapak tangannya menutup lembaran buku yang sedang dibaca Regina.

Regina sangat terkejut dengan sikap Jonathan. Regina menaikkan alisnya menatap Jonathan

"kamu ngak bisa bilang makasih aja ya..? Kamu juga ngak liat aku saat bicara, ck ck ck" Jonathan protes sambil menggelengkan kepalanya

"Hmm.. Jadi gini ya, aku bicara apa adanya. Ngak masalah kalo kamu ngak ngasih kertas atau printer itu karena memang benar aku sudah mencetaknya lagi. Ini.... Makalahnya akan ku serahkan hari ini." Regina berusaha menanggapinya dengan tenang, sambil menunjukkan makalahnya, dan menyingkirkan telapak tangan Jonathan dari buku yang dibacanya.

Walaupun merasa diacuhkan tapi yang dikatakan Regina juga tidak salah, ia saja yang agak berlebihan pikir Jonathan sambil menyandarkan badannya dikursi depan Regina.

Regina melanjutkan membaca. Jonathan terus menatapnya, baginya Regina bukan hanya cantik tapi juga realistis karena ia akan minta maaf atau berterima kasih pada tempatnya. Regina semakin menarik dimatanya.

Terus diperhatikan orang yang duduk didepannya, Regina melirik Jonathan.

Merasa ketahuan Jonathan pun segera meraih salah satu buku yang dipilih Regina untuk dibacanya. Walaupun pura-pura membuka buku, tapi Jonathan melihat sepintas buku yang dibaca Regina adalah adalah buku tentang hukum.

"Bukannya kamu jurusan Akuntansi kenapa bacanya buku hukum?" Jonathan bertanya heran.

"Saat ini perusahaan-perusahaan baru banyak bermunculan. Untuk perusahaan yang memiliki modal yang cukup besar pasti sudah memiliki pengacara atau tim hukum sendiri. Tapi untuk perusahaan atau usaha-usaha kecil dan menengah dengan modal yang pas-pas-an, jangankan membayar pengacara, biaya konsultasi soal pengelolaan keuangan atau pelaporan keuangan saja belum tentu mereka mampu bayar. Jadi sebagai calon akuntan aku harus siap untuk itu. Setidaknya aku bisa memberikan sedikit informasi soal legalitas dan saran hukum lainnya untuk bisnis mereka" Regina menjelaskan dengan gaya seperti ibu dosen mengajar sambil memegang pulpen yang sedari tadi di tangannya.

"wuiiiih.... Pak,pak,pak" Jonathan hampir tak mampu menahan untuk bertepuk tangan

Jangan lupa klik bintangnya n ditunggu komennya, .....

Gitarku dan CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang