Bab 3 •Didi dan Dodo.

2.2K 132 21
                                    

Matahari itu terbit, membuat cahaya nya menyelusup melalui jendela kamar sang empu yang sedang tertidur pulas. Hal itu membuat ia harus terbangun karna tidurnya terusik oleh cahaya matahari tersebut.

"Hngggg..." erang seorang cowok sambil merentangkan kedua tangannya ke atas dan berusaha membuka kedua matanya yang masih mengantuk.

"DIDIIII BANGUUUNN!" Teriak seorang wanita paruh baya namun masih terlihat cantik, yaitu 'Diana' ibu dari cowok yang bernama Didi.

"Iya iya bundaa ini Didi udah bangun. Ettde," kata Didi, alias Refaldi.

"Yaudah abis itu mandi! Lihat ini udah jam berapa?! Kamu mau ke sekolah kapan? Abis ashar?" omel Diana kepada anaknya.

"Yakali bun abis ashar," kata Didi lalu berjalan ke kamar mandi dengan sempoyongan karna dirinya masih mengantuk.

Setelah membasuh dan membersihkan diri, Didi berdiri di depan cermin besar yang dapat memperlihatkan penampilannya saat ini.

Baju yang tidak di masukkan dan tidak di kancingkan, membuat kaos hitam di dalam nya terpampang dengan jelas, dia tak memakai dasi, tetapi memakai gesper, karna gesper saja menurutnya sudah sangat komplit. Jelas, karna ini Didi dengan kriteria Badboy. Bukan Dodo yang kriteria Kutu buku.

"Yah minyak wangi gue habis lagi." gumamnya sambil mengocok ngocok minyak wanginya yang sudah tak terisi.

"Hmm... Gue pikir pikir dulu.." pikirnya pada diri sendiri sambil mengetuk dagu dengan jari telunjuknya. Berarti ia sedang berfikir keras.
"Ah yaa si Dodo kan minyak wangi nya masih banyak!" seru nya gembira lalu lantas keluar dari kamarnya dan pergi menuju kamar Dodo. Kembarannya.

Dengan jalan mengendap ngendap seperti maling, Didi masuk ke kamar Dodo yang sekarang sudah tak ada orang nya,karna Dodo sudah turun ke bawah untuk sarapan.

"Aman." gumamnya lalu memasuki kamar kembarannya sambil tersenyum senang.

Sekadar info, nama asli Dodo adalah Renaldo. Cuma beda Di - dan Do- dengan Didi. So, kenapa di panggil Dodo dan Didi padahal nama mereka berdua cukup bagus. Alasannya karna dulu nenek mereka lah yang memanggilnya dengan panggilan tersebut. Mau tak mau, semua orang ikut memanggilnya dengan panggilan itu.

Back to the topic.

Setelah menyemprot minyak wangi ke baju nya, Didi buru buru keluar dari kamar sang kembarannya itu. Karna kalau lama lama ia bisa di curigai oleh bundanya. Namun saat ia ingin menutup pintu kamar tersebut tiba tiba.

"Ngapain lo?" tanya Dodo memergoki Didi yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Eh ada pangeran kodok.Hehe.." bukannya menjawab, Didi malah meledek Dodo.

"Ck,gue lagi serius Di. Lo abis ngapain?" Tanya Dodo sambil memutar bola matanya kesal.

"Gue ya? Ohh itu tadii gue abis PUP. Abis air di kamar gue mati. Ga adil bangat kan masa air di kamar lo nyala di kamar gue mati." jawab Didi ngelantur.

"Gue gak percaya sama omongan lo tapinya." kata Dodo sambil menatap Didi dengan alis menyatu.

"Gini deh Do. Di dalam suatu hubungan tuh perlu di adakannya kepercayaan, termasuk hubungan keluarga. Kalo lo gak percayaan sama gue, gimana hubungan keluarga kita mau baik baik aja?" tanya Didi sok bijak.

"Emang lo keluarga gue?" tanya Dodo balik.

Ok,fine sekarang Didi nyerah.

"Oke fine lo bukan keluarga gue? Baik kalau begitu,terserah lo aja pangeran kodok. Dan gue mau jujur, gue tadi minta minyak wangi lo." jujur Didi menyerah karna sedari tadi dirinya kalah bicara dengan kembarannya.

"Sudah gue duga. Kenapa sih lo jadi orang gak modal? Beli minyak wangi aja gak mampu?" kesal Dodo karna tiap bulannya pasti minyak wangi Didi lah yang duluan habis. Padahal dirinya dan kembarannya selalu membeli minyak wangi itu di waktu yang sama. Dodo kadang berfikir kalau Didi meminum minyak wangi nya itu, maka nya minyam wangi dia cepat habis.

"Eh cencorang! bukannya gue gak modal ya, tapi uang gue itu gue tabungin buat masa depan. Dari pada gue harus beli minyak wangi itu mending uang nya gue tabungin deh, kan masih ada minyak wangi lo yang bisa gue pinta." jelas Didi sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Gue bingung harus salut atau gak sama lo. Kayak nya sih otak lo kudu di aborsi deh Di."

[][][][]

La-Luna (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang