Terimakasih sudah membaca, semoga suka!<3
❣❣❣
Didi menenggelamkan kepala nya di tas hitam miliknya. Cowok itu tertidur, ketika seorang guru bernama Pak Sarmin menjelaskan materi pelajarannya. Bukan hanya Didi yang tertidur, melainkan Fero, dan Deni juga ikut tertidur.
Pak Sarmin menaikkan kacamatanya, dan mengalihkan pandangannya dari papan tulis. Bapak itu mengedarkan pandangannya ke seluruh isi kelas. Mata nya mendelik kesal ketika mendapati Didi, Fero, dan Deni sedang tertidur di atas meja dengan kepala ditengelamkan ke tasnya masing-masing.
Murid-murid yang tadinya ingin ikut tidur seperti Didi dan teman-temannya, sontak mengurungkan niat ketika Pak Sarmin mengambil penggaris panjang di atas meja guru.
Pak Sarmin berjalan ke arah meja Didi, Fero, dan Deni yang kebetulan bersebelahan. Matanya tak lepas dari tatapan tajamnya. Kacamatanya sudah mulai menurun karena hidung nya yang pesek.
Murid-murid di sana bergidik ngeri ketika Pak Sarmin menggebrak meja Didi dan Deni dengan penggaris panjang berbahan kayu itu.
"Apansi ah, ganggu aja, berisik tau!" gerutu Fero sambil mengucek-ngucek matanya.
"Berani-beraninya kalian tidur dijam pelajaran saya?!" bentak Pak Sarmin dengan mata memelototi Didi dan sahabatnya.
"Yaelahh Pak, ngantuk ini kita, tadi malem begadang nonton FTV SCTV." Pak Sarmin hendak ingin memelototi Didi, tetapi tidak jadi ketika suara bel istirahat berbunyi.
"Noh Pak, udah istirahat kan? Boleh kali kita tidur lagi." Pak Sarmin menggelengkan kepalanya. Tidak kuat dengan perilaku Didi dan sahabatnya. Dia berjalan keluar kelas dengan tumpukan buku yang dibawanya. Sebelum itu, dia sempat menggebrak meja guru dan mengatakan,"kalau sampai Minggu depan ada yang tidur lagi di jam pelajaran bapak, bapak santet pake boneka!"
Tio menyahut,"boneka apa pak?"
"Hello Kitty, ya boneka santet lah!" Setelah mengucapkan kalimat itu, Pak Sarmin keluar kelas. Didi, Deni, dan Fero memilih untuk tidur di jam istirahat. Sedangkan murid lain, pergi ke kantin untuk mengisi perut.
❣❣❣
Kana mengedarkan pandangannya ke seluruh isi kantin. Pandangan gadis itu terlihat seperti sedang mencari seseorang yang sudah lama dia tunggu. Dia menggertakkan giginya dan alisnya mengerut. Satu persatu siswa maupun siswi tak lepas dari pandangannya.
Gadis itu mengetuk-ngetuk meja kantin dengan sendok di tangannya. Cici dan Gea yang sedari tadi bingung dengan tingkah gadis itu, mengerutkan keningnya.
"Nyariin siapa sih lo? Panik bangat kek nya," tanya Gea sambil menyuapkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya. Kana menatap Gea, lalu menjawab,"Didi."
"Yaelahh cowok itu mah gak usah di cariin, paling mentok-mentok lagi tidur di rooftop." Cici mengangguk-angguk, tanda setuju dengan ucapan Gea. Sedangkan Kana, gadis itu menggeleng, tidak setuju dengan ucapan Gea.
"Oh iya Na, si Bimo tumben udah lama ga temuin lo lagi?" Gea menatap Kana penuh dengan penasaran. Kana mendelik ke arah Gea.
"Gak juga, tadi pagi dia ngajak aku ke taman." Kana menjawab pertanyaan Gea tanpa menatap ke lawan bicaranya.
Gea terbelalak, begitupun Cici,"serius lo?" Kana mengangguk.
"Lo... Gak curiga gitu?" Kana menoleh ke arah Cici.
KAMU SEDANG MEMBACA
La-Luna (Selesai)
Teen Fiction[Fiksi Remaja] -- Alkana Febiola Alfarieta, gadis yang biasa disapa Kana adalah seorang gadis yang belum mengetahui kehidupannya yang sebenarnya. Gadis itu memiliki wajah cantik. Berkulit putih, hidung cukup mancung, bulu mata lentik, dan mata canti...