Bab 8 •Bully.

1.8K 96 6
                                    

"Bagaimana proses belajarmu dengan Dodo?" Tanya Bu Aan pada Kana yang sekarang sedang berhadapan dengan nya Di ruang guru. Tadi Kana sempat dipanggil Bu Aan untuk membicarakan soal olimpiade yang akan datang.

Kana tersenyum, "baik kok bu," jawab Kana. "Saya sama Dodo udah membahas materi di buku dari bab 1 sampai bab 5." lanjutnya.

"Bagus sekali Kana. Oh ya, kalau bisa buku belajar mu membahas bab tersebut kasih lihat ke ibu ya! Biar ibu koreksi jawabannya." kata Bu Aan.

"Iya bu. Nanti saya bawa bukunya besok." kata Kana dan di balas anggukan tegas dari bu Aan.

———

"Aku bawa bekal. Kalian ke kantin aja, makan nya disini." kata Kana pada Cici dan Gea yang sekarang sedang mengajak nya pergi ke Kantin. Jam istirahat sudah berbunyi semenjak 10 menit yang lalu. Tetapi Kana dengan sahabatnya masih berada di dalam kelas, akibat mereka menunggu Cici yang sedang menyalin jawaban pr untuk jam pelajaran terakhir.

Dan sekarang, Gea dan Cici sedang membujuk Kana untuk ke Kantin.
Tentu saja Kana menolak, karna dia sudah dibekali oleh Bu Tri. "Uang hasil kerjamu tabungkan. Biar masalah makanmu di Sekolah akan ibu siapkan bekal setiap harinya." Kata bu Tri kemarin malam.

Bu Tri memang sering menginap di rumah Kana. Ralat, rumah nya sendiri maksudnya, Tetapi Kana yang tinggal disana. Jujur saja, sebetulnya Kana yang meminta bu Tri untuk menginap disana. Karna alasan, ia kesepian jika harus sendiri di rumah tersebut. Bu Tri pun sama. Anaknya berkerja di Jakarta, suaminya sudah lama meninggal sekitar 3 tahun yang lalu. Mau tak mau ia harus tinggal sendiri di rumahnya. Oleh karna itu, ia sering menuruti kemauan Kana untuk menginap di tempat tinggal Kana.

"Yaudah kalau gitu kita beli makanan dulu Ya Na. Lo tunggu sini!" kata Gea lalu menarik Cici untuk cepat pergi menuju Kantin.

Kana pun menunggu keduanya di dalam kelas sendiri. Sebab, teman teman yang lainnya pasti pergi ke Kantin. Sudah biasa begini, Kana lebih suka menyendiri sebetulnya dari pada ramai. Karna menurutnya, tempat yang ramai itu panas, bau, dan sumpek. Ia suka mual kalau berada di ruangan ramai.

"Duh kok mau buang air kecil ya?" kata Kana bergumam sendiri. Ia yang merasa ingin pipis pun buru buru pergi ke toilet.

Bruk.
Kebiasaan. Selalu saja begini.

"Maaf gak sengaja." kata Kana sembari menunduk.

"Lo lagi yang nabrak gue!? Gak bisa gitu sehari gak nabrak? Apa nabrak gue emang udah jadi hobi lo?" tanya Didi, seseorang yang ditabrak Kana. Jujur, Didi heran sekali. Heran sangat sangat heran. Kenapa Kana selalu saja menabrak nya jika berjalan? Cewek itu punya penyakit apa sampai setiap hari menabraknya?. Bukan apa apa,Didi cuma bosen ditabrak. Bisa bisa badannya remuk kalau ditabrak terus.

"Aku gak sengaja. Udah kebelet, permisi." Kata Kana lalu cepat pergi meninggalkan Didi. Malas berantem dengan cowok itu. Bisa bisa ia naik darah kalau terus terusan berantem dengan nya. Didi pun sama.

"Heran bat gue. Punya penyakit apa sih tuh bocah?" gumam Didi keheranan.

———

Dia melihat wajahnya dipantulan cermin wastafel. Tidak dekil menurutnya, tapi dekil menurut orang lain. Sudah biasa. Hinaan, hujatan, caci maki, sudah biasa Kana dengar.

Selesai membuang air kecil, Kana buru buru untuk membasuh muka nya di wastafel.
"Aku dekil dari mana nya?" tanya Kana bergumam sendiri.

Setelah bergumam seperti itu, Kana buru buru keluar dari toilet. Tetapi ia tiba tiba mundur kembali setelah melihat seorang gadis masuk ke dalam toilet itu, lalu menarik tangannya kencang.

La-Luna (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang