Bab 58•Pria bertopeng.

509 26 0
                                    

"Gimana? Udah mendingan?" tanya Bimo pada Kana.

Kana menyisir rambutnya rapi. Menyemprotkan minyak wangi pada seragamnya. Sedangkan Bimo, baru saja memasuki kamarnya lalu menanyakan keadaannya sekarang.

"Udah dong," jawab Kana dengan senyumannya.

"Minyak wangi lo dikit lagi abis, mau gue beliin?" tanya Bimo sembari menunjukan minyak wangi Kana yang memang sedikit lagi akan habis.

"Gak usah bang Bimooo, baru dikit lagi, bukan udah." Kana mengacak-acak rambut Bimo pelan.

"Kalau barang lo ada yang habis bilang gue ya. Nanti gue beliin, atau gak kita beli bareng." Bimo membalas mengacak-acak rambut Kana.

"Ih, aku udah nyisir tau!" kesel Kana.

"Gue juga udah nyisir tadi, tapi lo acak-acak lagi."

Kana tidak peduli dengan perkataan Bimo. Gadis itu meninggalkan Bimo sendirian di kamarnya. Dia menenteng tas merahnya di sebelah pundaknya. Meski tidak terlalu beda dengan dulu, semenjak tinggal dengan Ayah kandungnya, penampilannya sedikit beda. Hanya sedikit, tidak banyak.

Bimo menyusul Kana yang meninggalkannya terlebih dahulu. Cowok itu menarik rambut Kana pelan ketika berada di belakangnya.

"Bim, jangan gitu," tegas Herman, sang Ayah dari keduanya.

"Abang mu emang gak berperikemanusian Na," tambah Risa, istri Herman. Alias Ibu kandung Bimo, dan Ibu tiri Kana.

"Tau, jahat bangat!"

"Yaelah bercanda Na. Ohiya, pulang sekolah gue mau ajak lo ke suatu tempat—"

"Gama—"

"Gak ada penolakan!" tegas Bimo memotong penolakan Kana.

Kana melirik tajam ke arah Bimo.

"Tenang Na, gue gak bawa lo ke rawa-rawa kok. Mana mau gue ama kucing liar kek lo."

"Bimo!" gertak Herman lagi.

"Iya Yah iya, maaf."

———

Alisnya mengerut, merasa aneh dengan sikap murid di sekolah ini sekarang.

"Kana, udah sembuh?" Seseorang menyapanya dan menanyai keadaannya. Kana menjawab dengan ramah. Padahal dia tidak tahu siapa barusan orang tersebut.

"Kenapa? Aneh ya?" tanya Bimo pada Kana. Cowok itu mengerti dengan ekspresi yang Kana tunjukan sekarang.

"Bangat, ada apa sih? Kok semuanya jadi tiba-tiba baik sama aku?" tanya Kana pada Bimo. Bimo tersenyum penuh arti. Cowok itu memegang pundak Kana.

"Nanti juga lo bakal tau sendiri. Udah, sekarang lo ke kelas ya, gue mau ke kantin dulu."

Kana makin hingung. Tau sendiri? Maksud Bimo apa sih?, kata Kana membatin.

"Yaudah, aku kelas duluan ya," pamit Kana pada Bimo.

"Iya, hati-hati." Kana mengangguk. Gadis itu langsung berjalan menuju kelasnya dengan perasaan yang masih bingung.

Sampai di kelasnya, seluruh pandangan menatap ke arahnya. Kana mengerutkan alisnya sebentar, lalu kembali berjalan untuk menuju ke mejanya.

Kedua sahabatnya langsung menyambar duduk di kursinya. Pertanyaan-pertanyaan lolos dari mulut Cici dan Gea.

"Kenapa lo gak cerita-cerita ke kita sih Na!!!"

La-Luna (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang