Bab 47•Hilang.

696 41 2
                                    

Selamat membaca, dan selamat melepas rindu dengan Kana dan Didi.

Semoga suka!

☂☂☂

"APA APAAN HAH?!" Didi mengusap rahangnya yang terkena tonjokan dari Bimo. Cowok itu menatap Bimo tajam, begitupun Bimo.

"Berani bangat lo selingkuhin cewek sebaik Kana!"

"Dia aja berani, kenapa gue enggak?"

"Sialan!" Bimo menonjok kembali rahang Didi. Sudut bibir Didi berdarah. Crista yang melihatnya pun panik, dan berusaha untuk melerai. Tetapi nihil, kekuatan kedua cowok itu lebih besar darinya.

"DIA ADIK TIRI GUE, BANGSAT!" Didi terdiam. Ternyata dia salah paham. Hatinya mulai dipenuhi rasa bersalah kepada Kana. Tetapi ego nya yang besar memenuhi pikirannya.

"Gausah ngibul anjeng, gue tau lo ngomong gitu supaya cewek lo gak gue katain murahan."

"Terserah lo mau ngomong apa. Gue males berantem sama lo, buang-buang waktu buat cowok bodoh macem lo." Bimo meninggalkan tempat itu. Cowok itu mengendarai motornya untuk mencari Kana.

Crista menyentuh sudut bibir Didi yang berdarah. Didi meringis, merasakan perih pada sudut bibirnya. Dia menepis tangan Crista,"gila lo ya? Sakit!"

Crista terdiam, tidak memikirkan ucapan Didi barusan. Cewek itu menarik Didi untuk duduk di kursi dekat sana. Didi mengikuti nya, lalu membiarkan Crista sibuk dengan wajahnya yang luka-luka.

"Gue ke dalem dulu, beli obat merah." Didi tidak menjawab. Cowok itu sibuk dengan pikirannya yang sekarang dipenuhi tentang Kana. Bahkan dia tidak tau jika Crista sudah berjalan masuk ke supermarket.

Seorang anak kecil laki-laki berumuran tujuh tahun menghampiri Didi.

"Kak, beli boneka saya ya kak." Suara itu menyadarkan Didi dari lamunan nya. Didi menatap anak kecil itu yang memakai pakaian lusuh.

"Berapa?" tanya Didi.

"Tiga puluh ribu kak. Beli ya kak, bantu saya, ibu saya sedang di rumah sakit. Saya gak tau harus bayar rumah sakit uang dari mana." Perkataan anak kecil itu membuat hati Didi berdesir. Didi merogoh saku celananya, lalu mengeluarkan dua lembar uang berwarna merah.

"Banyak bangat kak, saya gak ada kembaliannya."

"Ambil aja buat kamu."

"Benerrr kak?" Didi mengangguk. Anak kecil itu tersenyum senang, lalu menyerahkan boneka Stitch kepada Didi.

"Kak, ini bener dua ratus ribunya buat saya?" tanya anak kecil itu, lalu dibalas anggukan oleh Didi.

"Makasih ya kak, sehat selalu."

"Aamiin."

Anak kecil itu pergi dari hadapan Didi dengan berlari. Tak lupa, senyumnya yang selalu mekar di bibirnya. Didi tersenyum bisa memberikan separuh rezeki nya pada orang yang membutuhkan.

Tepukan pada pundaknya membuat cowok itu menoleh ke arah kiri. Crista sedang tersenyum lebar sambil menatapnya. Gadis itu menunjukan bungkusan putih bertuliskan 'Indomaret' pada Didi.

"Apa itu?" tanya Didi.

"Obat merah, kan tadi udah gue bilang, gue ke dalem buat beli obat merah," jawab Crista sambil duduk di sebelah Didi.

"Kapan lo bilang?"

"Tadi sayang." Didi memelototkan matanya.

"Sayang-sayangan palelu!"

La-Luna (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang