Bab 54

564 31 2
                                    

"Kenapa tiba-tiba ada di depan aku? Kenapa hilang kemarin-kemarin? Crista benar pacar kamu?"

Didi terdiam. Mendengarkan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh Kana.
Ia bingung harus menjawab apa. Walaupun jujur, Kana akan merasakan sakit juga.

"Tuhan, beri aku mudah," batin Didi berbicara.

"Kamu khawatir sama aku?" tanya Kana yang tampak memberi jeda pada pertanyaannya.

"Iya."

"Kemarin-kemarin kemana aja, Di?"

Didi diam. Tidak bisa menjawab.

"Kita ini sebenarnya udah putus atau belum?"

Deg.

Didi sendiri bingung. Dia masih sayang dengan gadis nya itu. Tetapi, kenyataan selalu membuatnya ingin berlari dari kenyataannya.

"Gue bingung. Gue gak bisa jelasin. Gue gak mau lo sakit hati. Ini bukan keputusan gue. Ini bukan kemauan gue. Gue gak tau harus apa lagi."

Kana terdiam. Tidak mengerti maksud omongan Didi. Gadis itu mengerutkan kedua alisnya.

"Maksudnya?"

Didi memijit pelipis nya pelan,"gue sayang sama lo Na, gua gak mau hubungan kita sampai disini."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Didi pergi dari tempatnya. Kana terdiam, memandang punggung Didi yang semakin lama semakin menjauh. Air mata mengalir di pipi nya. Bibirnya tersenyum. Dan pikiran nya campur aduk.

Seseorang menepuk bahu Kana, yang ditepuk pun menoleh.

"Ngomong apa dia?" tanya Bimo pada Kana. Kana menggeleng, sambil tertawa kecil dan menghapus air matanya.

"Engga, dia cuma bantu aku tadi."

"Bantu?"

"Crista, dia bully aku lagi."

"Lo kenapa gak bilang gue sih? Kalo lo kenapa-kenapa gimana? Gue gak mau ya! Lain kali kalo ada apa-apa tuh bilang, Kana!"

Kana tersenyum geli,"iyaa abaaaang."

☕☕☕

Seorang cowok merogoh saku celananya. Mencari ponsel nya yang dari tadi berbunyi menandakan panggilan masuk. Cowok itu berdecih ketika membaca sebuah nama yang menelponnya. Dia mengangkat dengan malas panggilan tersebut.

"......." Sesorang berbicara lantang di sebrang sana.

"Hm," balas Didi tak berniat untuk berbicara panjang lebar.

"......."

"Iya, gue kesana."

Didi memasukkan kembali ponselnya pada saku celananya. Melajukan mobilnya menuju tempat yang ingin ia tuju.

Saat sudah sampai, dia turun dari mobilnya, lalu masuk ke dalam bangunan yang di atap luarnya bertuliskan; Grinders kafe.

Pandangannya tak henti-hentinya mencari seseorang yang tadi menelponnya lalu mengajaknya untuk pergi ke tempat ini.

Seorang cewek berambut pirang sebahu sedang memainkan ponsel di pojok kafe. Didi kenal betul siapa cewek tersebut.

Kaki Didi berjalan menghampiri cewek tersebut.

La-Luna (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang