Bab 48•Perjodohan.

732 41 0
                                    

"Bunda denger-denger, kamu lagi ada masalah sama pacar mu, benar?" Didi menoleh ke arah Bundanya yang tengah menatapnya.

Cowok itu mengangkat kedua bahunya acuh,"biasa aja."

"Bunda kurang setuju kamu sama dia," ucap Diana tiba-tiba.

Dengan cepat Didi menoleh ke arah Bundanya,"maksud Bunda?"

"Bunda kurang setuju kamu sama dia. Bunda dan Ayah, mau menjodohkan kamu dengan Crista." Didi menekuk kedua alisnya bingung. Apa-apaan ini?! Pikirnya.

"Gue juga gak setuju lo sama Kana," celetuk Dodo tiba-tiba.

"Diem lo kutil badak!" gertak Didi.

"Lo terlalu buruk buat cewek sebaik Kana," ucap Dodo yang membuat Didi menaikkan emosinya.

"Gue lagi ngomong sama Bunda, bukan sama lo!" kata Didi sambil menunjuk Dodo yang sekarang sedang memakan kacang kulit dengan santai. Dodo mengangkat kedua bahunya acuh, tak peduli dengan ucapan Didi.

"Ada apa ini?" tanya seorang pria paruh baya yang baru saja memasuki ruangan itu. Pria itu Fredo, ayah Didi dan Dodo.

"Bunda udah omongin soal yang kemarin malam." Fredo duduk di sebelah Diana. Pria itu menatap Didi sambil tersenyum harap.

"Bagus lah, gimana Didi? Kamu setuju dijodohkan dengan Crista?" tanya Fredo.

"Ga."

"Ayah sama Bunda gak terima penolakan. Ini demi masa depan kamu dan Crista," kata Fredo tegas.

"Didi juga gak terima pemaksaan. Ini demi masa depan Didi dan Kana," kata Didi membalas perkataan ayah nya.

Fredo memijit pelan pelipisnya.

"Apa yang kamu harapkan dari pacar mu itu?" tanya Fredo.

"Gak ada," jawab Didi.

"Lalu, menurut mu, dia lebih sempurna dari pada Crista?"

"Iya."

"Gausah pura-pura seolah-olah lo cinta banget sama Kana. Gue tau, lo pacaran sama dia karena taruhan!" celetuk Dodo tiba-tiba. Didi menoleh tajam ke arah kembarannya yang menurutnya tak tau diri itu.

"Kalau gak tau apa-apa mending lo diem aja! Mulut lo sampah tau gak!" ketus Didi.

"Bodo amat, mulut mulut gue, bukan mulut lo."

"Udah-udah kenapa kalian jadi ribut?! Papa gak nyuruh kalian buat ribut. Kamu, Didi, Papa gak terima penolakan," kata Fredo tegas.

"Didi gak ma---"

"Saya gak terima penolakan!" potong Fredo.

Didi terdiam.

Cowok itu menatap tajam ke arah ayahnya.

Dia bangun dari duduknya, lalu pergi keluar dari ruangan tersebut.

Cowok itu mengambil kunci mobil yang tersimpan di atas laci. Sambil berjalan menuju garasi, dia merogoh saku celananya untuk mencari ponselnya.

Didi mengetikkan sebuah nama pada ponselnya. Cowok itu menghubungi seseorang.

☂☂☂

"Ayah kapan sadar sih Bim?" tanya Kana pada Bimo yang sedang fokus dengan game di ponselnya.

"Hah? Apa?" Kana berdecak sebal. "Ayah kapan sadar?!"

"Mana gue tau, gue bukan dokter," jawab Bimo masih fokus dengan ponselnya.

"Ish, kangen banget sama ayah. Baru juga mau ketemu, tapi Ayah nya udah gini."

La-Luna (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang