Bab 13 •Pria berjas hitam

1.5K 80 5
                                    

[Happy Reading!]
Jangan lupa voment kalau suka,
Terimakasih🙎

———

Pria berjas hitam,berlevis hitam,dan berkacamata, keluar dari mobil. Dia membenarkan kacamata nya yang hampir merosot dari batang hidung nya. Tak lama untuk membenarkan kacamata, ia segera memasuki sebuah kantor, yaitu kantor polisi. Dia tak sendiri, melainkan bersama seorang bodyguard nya yang mengikutinya di belakang.

Setelah memasuki kantor tersebut,ia duduk di sebuah meja yang berhadapan langsung dengan seorang polisi.

"Bagaimana? Apa anda sudah menemukan tanda-tanda keberadaan anak saya?" tanya pria tersebut pada seorang polisi yang sedang berhadapan dengannya.

"Maap pak. Kami belum menemukan tanda atau jejak dimana anak anda berada. Terlebih, kejadian itu sudah sangat lama. Maka kami dari pihak polisi agak sulit untuk menemukan anak bapak." Jelas polisi.

"Lalu bagaimana?" tanya pria berjas hitam tersebut sambil mengerutkan kedua alisnya.

"Hanya ada dua kemungkinan menurut saya. Anak bapak meninggal dimakan binatang buas, atau anak bapak ditemukan oleh warga sekitar tempat kejadian itu." jawab polisi itu.

Pria berjas hitam itu mengacak ngacak rambutnya. Bingung, itu yang ia rasakan. Ia sangat rindu dengan anak nya sekarang. Bagaimana pun caranya, ia ingin bertemu dengan anak nya itu dan merawat nya,serta memberi apapun yang anaknya mau.

"Bapak tenang saja. Kami akan berusaha untuk menemukan anak bapak." kata polisi untuk menenangkan pria itu.

"Kabari saya jika ada informasi baru." ucap pria itu lalu berdiri dari kursi nya dan pergi menuju mobilnya, serta diikuti oleh bodyguard nya.

———

"Bosen bangat gue. Do, jalan kuy!" ajak Didi yang sedang terguling-guling di kasur Dodo. Hal itu membuat Dodo tidak dapat tiduran dikasurnya,karna keberadaan Didi. Kaki Didi terus terusan menendangi kepala dan pundak Dodo. Dodo meringis. Ingin sekali ia membakar kembarannya hidup hidup.

"Mager." jawab Dodo singkat.

Bugh!

Sebuah bantal guling mendarat di kepala Dodo dengan kencang. Dodo sudah tau siapa pelaku yang melempar bantal tersebut. Tentu saja Didi.

"Lo bisa diem gak sih? Recet bangat dari tadi!" kesal Dodo menatap Didi tajam.

"Salah lo. Siapa suruh gue ajak jalan gak mau." kata Didi santai lalu menarik dan membuka selimut Dodo yang ada di samping nya. Membuat selimut tersebut berantakan sekarang.

"Gue cowok normal. Ogah banget gue jalan sama lo. Di sangka homo nanti." kata Dodo lalu melanjutkan kegiatan nonton tv nya yang tadi sempat tertunda.

"Idih. Gue juga gak mau kali kalau di sangka homo." kata Didi yang sekarang sudah merebut remote tv yang sedang di pegang Dodo.

"ALLAHUAKBAR KABIROO!! LO BISA GAK SIH DIEEEMMM AJA SEDETIK!" teriak Dodo kesal membuat Didi menutup telinganya dengan kedua telapak tangan.

"IYA IYA DODO GEMEZZ BANG DIDI DIEM DEH!" Kata Didi tak kalah teriak membuat Dodo menutup kedua telinganya.

"Do.." panggil Didi.

La-Luna (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang