Bab 61•Culik.

578 22 0
                                    

"WOI LO NGAPAIN?!"

Teriakan lantang itu mengundang seluruh pasang mata yang berada di aula. Semua murid melihat Dodo yang berteriak lantang. Termasuk Kana.

Dodo berlari mengejar pria bertopeng hitam. Kana heran, ada apa sebenarnya? Gitu pikirnya.
Lampu menyala, begitupun pas dengan Dodo serta pria bertopeng yang sekarang sudah keluar dari aula. Bimo berlari menyusul Dodo. Kana pun sama, dia tidak jadi bernyanyi.

Renalda yang baru saja memasuki aula pun terkaget dengan keadaan di dalam aula.

"Ada apa?!" tanya Renalda pada Kana yang baru saja ingin keluar dari aula.

"Dodo, Bimo, mereka lagi ngejar pria bertopeng," jawab Kana.

"Pria bertopeng?" tanya Renalda bingung. Kana mengangguk sebagai jawaban.

Renalda tertawa tiba-tiba,"pria bertopeng siapa? Gue aneh aja denger nya."

Kana mengangkat kedua bahunya acuh,"aku gak tau, kan dia pake topeng."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Kana pergi lanjut berlari untuk mengejar Dodo dan Bimo. Gadis itu terjatuh ketika dirinya tersandung batu. Kana meringis, tiba-tiba seseorang menutup mulutnya dengan kain dari belakang. Kana terkejut, berusaha melepaskan tangan orang tersebut dari mulutnya. Tetapi nihil, karena detik berikutnya dia pingsan.

Seseorang bertopeng putih, tersenyum senang. Merasa menang karena dia sudah membuat Kana pingsan dengan kain yang dicampur obat bius di dalamnya.

Pria itu mengangkat tubuh Kana menuju mobilnya. Seseorang menyambutnya dengan tepukan tangan.

"Bagus," ucap seorang pria yang berada di dalam mobil hitam itu. Pria itu adalah pria yang disebut topeng hitam. Pria bertopeng hitam. Ya, dia mengumpat di dalam mobil milik saudaranya. Entah bagaimana kabar Bimo dan Dodo sekarang yang daritadi mengejar pria itu.

———

Didi mengambil earphone di dalam saku jasnya. Pria itu terkejut ketika seorang gadis bergaun ungu datang lalu duduk di hadapannya.

"Lo ngapain?" tanya Didi pada Crista. Ya, gadis bergaun Ungu.

"Papah gue yang nyuruh kesini, lo sendiri ngapain disini?" tanya balik Crista.

"Papah gue yang nyuruh gue kesini." Crista mengangguk-angguk mengerti. Mengerti kenapa Papahnya menyuruh ia untuk pergi ke tempat ini. Soal perjodohan, pasti. Pasti akan membicarakan soal itu.

"Kalian udah datang? Maaf kami lama." Seorang pria paruh baya, yaitu Fredo, diikuti dengan Diana dibelakangnya, datang dengan senyuman khas dibibirnya.

Tak lama, orang tua Crista datang dengan wajah yang sangat kelihatan senang. Senang anaknya dijodohkan dengan Didi? Mungkin.

"Udah dari tadi, Di?" tanya Fredo pada Didi.

"Lumayan," jawab Didi singkat.

"Crista cantik ya Di?" tanya Fredo lagi pada Didi.

"Cantikan Kana, pacar aku." Crista memandang Didi kesal. Didi meliriknya sekilas lalu memainkan ponselnya.

"Taruh ponselmu! Gak sopan!" perintah Fredo pada Didi. Didi menghiraukannya, malah makin sibuk memainkan ponselnya.

Dia membuka akun instagram sekolahnya kembali. Rasa penasarannya muncul tentang Kana. Bagaimana kabar gadis itu sekarang? Itu yang ada dibenak Didi.

La-Luna (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang