Bab 55

772 41 16
                                    

Didi melangkahkan kakinya untuk menuju kelasnya. Pekikan-pekikan siswi sangat heboh terdengar di telinganya.

Tangannya dia masukkan ke dalam saku celananya. Tasnya ia gendong dibahu sebelah kirinya. Rambut yang sudah mulai panjang ia biarkan untuk acak-acakan. Jangan tanyakan seperti apa keadaan seragamnya, sudah pasti tidak tertata rapi.

Bruk

Sebuah sepatu mengenai kepala bagian belakangnya. Didi menoleh ke arah belakang, melihat siapa yang melempar sepatu tersebut.

Matanya memicing melihat dua orang cewek sedang memelotot kaget ke arahnya.
Dia sangat kenal dengan cewek tersebut.
Matanya melihat ke arah sepatu yang sekarang berada di bawahnya.

Dia membungkukkan badannya, mengambil sepatu tersebut kemudian berjalan mendekati cewek berambut pirang.

"Lo yang lempar, kan?" tanya Didi pada Crista. Ya, cewek berambut pirang adalah Crista.

Crista menelan ludahnya, lalu mengangguk.
"Kasih ke Kana sekarang, terus minta maaf. Gue gak terima protes, apalagi penolakan."

"Gak, gue gak mau. Rendah banget derajat gue kalau minta maaf ke cewek pemulung itu!"

"Merasa derajat lo tinggi ya?" tanya Didi pada Crista.

"Bahkan menurut gue, derajat lo lebih rendah daripada sepatu yang gue pegang ini." Didi menunjukan sepatu yang tadi ia ambil ke hadapan wajah Crista.

Crista menggeram kesal, ingin sekali menjambak Didi namun dia sayang dengan cowok itu.

"Kasih sepatu ini sekarang, terus minta maaf ke Kana! Lo ngerti kan?"

Didi menyodorkan sepatu Kana yang tadi Crista lempar lalu mengenai kepala Didi.
Crista mengambilnya kasar, lalu menatap Didi dengan tatapan ingin memakan cowok itu hidup-hidup.

"Nih sepatu lo, maaf," ucap Crista iya-iya enggak-enggak.

"Yang bener dong, gak serius amat minta maaf nya!" suruh Didi.

"Lo ngerjain gue?" tanya Crista ketus pada Didi.

"Enggak," jawab Didi santai.

"Ck, gue beneran minta maaf sama lo Na," kata Crista pada Kana.

Kana terdiam, tidak menjawab ucapan Crista.

"Jawab dooong, lo maafin apa enggak! Diem-diem aja, bisu lo ya?!"

"Minta maaf yang ikhlas woy!" celetuk Didi di belakang. Crista menarik nafasnya dalam-dalam, menarik lengkungan bibirnya untuk tersenyum ke arah Kana, dengan terpaksa.

"Gue gak peduli lo mau maafin gue atau gak, yang jelas, gue udah minta maaf. Sekali lagi, maafin gue."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Crista pergi dari tempatnya dengan kaki yang dihentakan-hentakan.

Keadaan sekarang canggung, hanya ada Didi dan Kana yang saling bertatap mata tapi enggan untuk berbicara.

Kana tersenyum kaku, Didi menatapnya datar.

"Aku duluan, permisi," kata Kana kaku. Didi masih menatapnya dengan datar.

Setelah jarak Kana lumayan jauh dengannya, cowok itu berbicara lirih,"gue kangen lo. Maafin gue."

☕☕☕

"Perayaan ulang tahun sekolah kita bakal diadain lusa."

Seorang cewek berambut kuncir kuda berbicara. Kedua teman di hadapannya menatap serius ke arahnya.

"Serius lo? Kata siapa?" tanya Cici pada Gea.

La-Luna (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang